🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN.🌹
🌹IGEH EMAK JUGA DIFOLLOW DI : @REDLILY123.🌹
🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.🌹
Mario, pria itu tengah mencari keberadaan Kirana. Dia khawatir, dia takut perempuan itu akan terluka di luar sana. Mario tidak mendapati Kirana di mana pun. Teman kuliahnya, bahkan Mario mengetahui kalau Kirana tengah mengambil cuti.
"Dimana kamu berada Kirana?"
"Kirana?" Tanya seseorang yang mana membuat Mario menengok, di sana ada adiknya yang menatap Mario tidak percaya.
"Ngapain kakak nyari-nyari itu anak? Mau dijadiin kakak ipar gue hah?!"
"Nggar, Mer. Lu salah paham, gak kayak gitu."
"Najiss ya kalau gue punya ipar kayak dia, mending gue mati."
"Mer, jangan mikir yang aneh aneh."
"Gak usah sentuh-sentuh gue. Lu gak sayang sama gue, Kak." Merlinda menepis tangan Mario yang hendak menahannya.
Sementara Mario khawatir, adiknya ini belum stabil. Dia masih menyalahkan Kirana atas apa yang terjadi dengan dirinya.
"Gue sayang sama lu. Lu adik gue."
"Tapi lu nyari dia mau apa hah?!"
"Gue cuma kasihan dia sama lakinya lagi gak bener."
"Lu penghulu apa gimana ikut campur urusan orang?!"
"Jangan teriak-teriak, Mer. Nanti Mama denger." Mario menarik adiknya masuk ke dalam kamar, dia segera mengunci pintu kemudian mendudukan adiknya di sofa.
Tangan Mario berada di pundak Merlinda. "Gak gitu, gue sayang sama lu."
"Mana hape kakak?"
"Mau apa?"
"Lu sayang gak sama gue?"
Mario memejamkan matanya dan kemudian memberikannya. Sedetik kemudian Merlinda melemparkan ponselnya kuat sampai layarnya menjadi mati.
Mario memejamkan matanya, dia tahu ini akan terjadi.
"Gak usah terlibat lagi sama mereka, gue muak, Kak. Gue capek…. Hiks…"
Mario langsung memeluk adiknya, mendekapnya sangat erat.
"Janji sama gue, lu gak bakalan peduliin lagi mereka."
"Iya, gue janji."
🌹🌹🌹
Arjuna termenung mendengar penuturan bundanya, matanya memanas, tapi tidak mengeluarkan air mata. Seolah semua air mata itu telah hilang ditelan oleh bumi, menghilang begitu saja.
"Kamu sekarang paham 'kan, Bang? Kamu paham kan kenapa Bunda minta kamu harus jaga Rana?"
Arjuna mengangguk tanpa mengucapkan apapun.
Bunda Eliza memeluk anaknya dari samping, mendekap Arjuna erat. Dia tau betul, anaknya pasti kini sedang menyesali semuanya.
"Cari dia, Bang. Temukan Kirana, lalu bawa dia pulang. Dia gak punya siapa siapa lagi selain kita. Dia mau pergi kemana? Abang tega kalau Kirana kehujanan di luar sana?"
Arjuna menggeleng dalam dekapan ibunya. Bunda Eliza meneteskan air matanya berulang kali. "Makanya cari dia, Bang. Kasihan Papanya, dia mau lihat anaknya tumbuh dengan kebahagiaan."
Arjuna mengangguk, dia mendapat usapan di kepalanya dari sang bunda.
"Udah malem, abang istirahat dulu. Bunda sama Ayah juga mau nginep di sini. Udah besok kita cari Kirana."
"Arjuna menyesal, Bun."
"Iya, Bunda tau. Besok kamu ke makam papahnya Kirana ya, minta maaf sama beliau. Kamu juga harus temukan Kirana, Bang. Tebus dosa dosa kamu. Hari ini istirahatlah dahulu."
Arjuna merasa kekosongan saat bundanya melepaskan pelukannya kemudian menjauhinya. Hal yang terakhir Arjuna rasakan adalah sebuah tepukan di bahunya, disusul oleh suara sang ayah yang berkata, "Maaf."
Kemudian pergi meninggalkannya sendiri di sana. Tidak ada air mata yang keluar, tapi Arjuna benar benar merasakan sakit di ulu hatinya. Kenapa tidak ada yang mengatakan ini? Betapa jahatnya dia telah melukai sosok yang telah kehilangan ayahnya sejak kecil. Di tambah dua orang yang merawatnya, dan Arjuna hanya memberikan rasa sakit, menggoreskan luka di hati istrinya.
Pria itu mengusap wajahnya kasar dan melangkah menaiki lantai dua. Gerakannya terhenti saat hendak membuka pintu kamar, dia menoleh ke kamar sebelah. Dimana seharusnya di jam-jam ini dia mendengarkan lantunan yang penuh dengan ketenangan.
Kaki Arjuna otomatis melangkah ke sana, membuka pintu dan mendapati ruangan yang kosong. Dia duduk di bibir ranjang, kemudian mencoba menghubungi nomor yang selalu mengkhawatirkannya.
"Nomor yang anda tuju…."
Selalu sama, jawaban itu didapatkan oleh Arjuna selama beberapa hari belakangan ini. Beralih menelpon Hank, Arjuna perlu tahu perkembangannya.
"Hallo, Tuan?"
"Bagaimana?"
"Dompet milik Nyonya Kirana ditemukan di daerah Cirebon. Sepertinya ini adalah pencurian, kami sedang mencari pencurinya supaya bisa mengetahui dimana dia mengambilnya dari Nyonya Kirana."
Arjuna memejamkan matanya. "Dan bagaimana dengan ponselnya?"
"Ditemukan sudah dijual."
Pria itu memijat pelipisnya. "Cari dia, kau harus menemukannya."
"Baik, Tuan. Dan mengenai cincin yang anda inginkan, saya sudah menyuruh seseorang mengantarkannya. Itu akan tiba besok, Tuan."
"Fokus saja pada tugasmu mencari Kirana."
"Baik, Tuan."
Setelah menutup telpon, tangan-tangan Arjuna memijat kepalanya sendiri. Dia menarik napasnya dalam. "Maaf untuk semuanya. Kumohon kembalilah."
Bahkan Arjuna tidak sanggup melihat dirinya sendiri, dia terlalu membenci dirinya. Bagaimana bisa dirinya melihat sosok itu dengan penuh kebencian, disertai kata-kata kasar yang menyakitkan.
"Kumohon kembalilah, berikan aku kesempatan kedua."
Membayangkan bagaimana istrinya menangis dalam diamnya, mengadu dalam doa. Arjuna membenci dirinya sendiri. Demi Tuhan, pada kenyataannya dia tidak rela jika ada pria lain yang menyentuh Kirana selain dirinya.
Kirana miliknya, istrinya. Dan akan dia jadikan ratu di hatinya.
Tidak ada air mata yang keluar dari manik Arjuna, sepertinya sosok pemilik mata yang sebenarnya itu sudah lelah menangisi putrinya yang tidak bahagia.
"Maaf, tolong berikan kesempatan kedua."
🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
gia nasgia
kapok 😏
2025-02-28
0
Jamaliah
nyesel kan...?
2024-05-07
0
SRI HANDAYANI
tobat lo arjuna...menderita saja lo lama2..😡😡😡😡
2024-04-15
3