Gudang

Pagi menjelang.Suasana Malam yang mencekam perlahan hilang.Angin pagi yang berhembus membuat tidur Alex sedikit terganggu.Mata indahnya perlahan terbuka hingga akhirnya dapat melihat dengan sempurna.

Alex meregangkan tubuhnya sejenak,kemudian turun dari kasur.Nampaknya,ia telat bangun hari ini.Tapi entah mengapa,Anjani tidak berisik seperti biasanya.

Alex melangkah pelan.Luka-luka bakar yang menghiasi sebagian tubuhnya,membuat dirinya kembali mengingat kejadian kemarin.Kalau saja ia tidak berteriak, mungkin dirinya sudah habis terpanggang oleh kobaran api tersebut.

Alex membuka pintu kamarnya yang memang sengaja tidak ia kunci.Saat pintu itu terbuka sedikit,Alex berteriak ketika melihat gumpalan rambut.Benda besar berukuran manusia itu sampai menghantam lantai dengan keras saat Alex lebih melebarkan pintunya.

"Apa itu?!!"

Jeritannya yang sangat keras tersebut membuat semua orang mendadak terbangun.Mereka begitu terkejut dengan posisi tubuh yang sudah berdiri tegak.Mengingat kejadian semalam,mereka segera keluar dari kamar Al lalu menuju kamar Alex yang berada di sampingnya.

Bocah jangkung itu hanya bisa diam dengan tubuh yang sedikit gemetar.Matanya membulat dengan pandangan mendalam kepada sosok itu.Entah halusinasi atau apa,ia mendengar jika sosok itu meringis kesakitan.Sosok yang baru saja menghantam lantai itu juga mengusap kepalanya pelan.

"Alex,ada apa?!!"

Anjani berdiri paling depan.Rasa khawatirnya kembali muncul.Ia sebenarnya bersyukur saat melihat Alex berdiri sempurna dalam keadaan baik-baik saja.Namun,ia sangat terkejut saat melihat seseorang yang berbaring di lantai.

"Vanessa??"

Celetukan itu membuat semua pasang mata menatap ke arahnya,tak terkecuali Alex.Ia mengerjap-erjapkan matanya tak percaya saat kakaknya menyebut nama dari salah satu temannya.

Dengan susah payah,Alex perlahan jongkok untuk membantu Vanessa bangun.Suara kesakitan masih terdengar di telinganya,membuat dirinya merasa bersalah.

"M-maafkan aku,Kak!a-aku tidak sengaja!"

Alex terus mengucapkan itu sampai Vanessa dibopong ke kamar Anjani.Vanessa memang tidak menyalahkannya,namun Alex yang tahu bagaimana rasanya sakit,membuat dirinya kembali merasakan bersalah.Apalagi saat ia melihat benjolan kecil di dahi yang mendadak merah tersebut.

"Sudah,jangan terlalu dipikirkan!dia akan baik-baik saja."

Sasya mengelus pundak Alex untuk menenangkannya.

"Kenapa juga dia tidur di depan kamarku??a-aku jadi terkejut saat ingin membuka pintu." Balas Alex.

"Dia memang bodoh!" Sasya mendadak tertawa. "mungkin,dia takut dengan kejadian semalam."

Alex diam.Terlebih mendengar ucapan Sasya,ia seperti mengendus sesuatu.

"Kak,bau apa ini-AKHH!!"

Alex kembali menjerit.Sedikit demi sedikit,ia memundurkan dirinya dari tubuh Sasya.Entah apa yang terjadi semalam,ia harap,jika Anjani dan teman-temannya tidak memutilasi makhluk hidup.

Kaos baju Sasya yang semula berwarna putih,kini bercampur dan merubah warnanya menjadi merah.Entah itu darah atau bukan,namun Alex mencium bau anyir dari pakaian tersebut.Tak hanya itu,kedua tangan Sasya pun penuh dengan bercak darah yang mengering.

"A-a-apa yang kakak lakukan??k-kenapa k-kakak seperti i-itu??"

Seolah tengah berhadapan dengan seorang psikopat,Alex mendadak sangat takut kepada Sasya.Pikirannya sudah membayangkan,jika Sasya akan mengeluarkan benda tajam dari kantung celananya.

Namun,hal itu berbanding terbalik dengan gadis bertubuh mungil ini.Sasya nampak bingung dengan tingkah Alex.Ia bahkan kembali tertawa saat melihat Alex ketakutan.

"Kau ini bicara apa?? putus-putus begitu!" Ucapnya sembari tertawa. "akan kuceritakan kejadian semalam.tapi,aku mandi dulu,Ya!kita akan bertemu di ruang keluarga sebelum sarapan." Lanjutnya.

Sasya kembali tersenyum sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari hadapan Alex.Entah karena masih terbayang dengan cerita-cerita horor yang pernah ia dengar,ia tetap menganggap Sasya sebagai manusia berdarah dingin.

---

Pagi ini sangat cerah.Sasya bahkan bertaruh jika hari ini tidak akan hujan.Hal itu diperkuat saat melihat matahari terang-terangan menampakkan diri.

Pagi ini juga,mereka kedatangan seseorang yang sangat tidak mereka duga.Ben tiba-tiba saja datang dan membawakan camilan ringan kepada mereka.Karena jadwalnya sarapan,mereka akhirnya makan bersama dengan sosok Ben sebagai orang tua.

Sepuluh menit pun berlalu.Acara sarapan pagi mereka sudah selesai.Setelah istirahat beberapa menit,mereka kembali beraktivitas sesuai tugas mereka masing-masing.

"Jangan lupa gudang,ya,Liz!" Ucap Ben kepada Liza.

"Maksudnya??" Tanya Liza bingung. "kemarin,aku sudah membersihkannya,Paman." Tambahnya.

"Kemarin sore,sebelum paman masuk ke rumah ini,paman mampir dulu ke gudang.ya...hanya mencari barang-barang kecil paman yang lupa paman bawa." Ucap Ben sembari menggaruk kepala. "maaf kalau merepotkan." Tambah Ben lagi.

"Ah,tidak paman!" Sela Liza. "aku akan mengerjakannya.tenang saja!" Lanjutnya,sembari tersenyum yang nampak seperti dipaksakan.

Ben ikut tersenyum.Ia mengira jika Liza akan menolak permintaannya.Namun melihat reaksinya seperti itu,Ben yakin jika Liza benar-benar ikhlas melakukannya.

"Oh,Ya!" Seru Ben tiba-tiba. "Alex,jika kau masih merasa sakit,istirahatlah!paman akan menggantikan semua pekerjaanmu." Ucapnya.

"Paman serius?!"

"Ya!"

Alex tersenyum sangat lebar.Ia mengucapkan terima kasih kepada Ben sebelum akhirnya mereka kembali bergerak sesuai tugas mereka masing-masing.

---

Rumah yang semula ramai,kini mendadak sepi.Semua tugas di dalam rumah sudah diselesaikan dengan cepat.Sesuai arahan Ben,Alex harus beristirahat sampai keadaannya benar-benar kembali pulih.Namun,ia sudah sangat pulih sampai-sampai tidak kembali ke kamarnya.

Sesuai kesepakatannya dengan Sasya,Alex menunggu gadis itu di ruang keluarga.Namun bukan sebelum sarapan.Mereka mengubah waktu karena ada Ben yang tiba-tiba saja datang.

Tidak ada yang bisa ia lakukan disini.Selain menunggu Sasya,bocah itu juga menghina radio rusak yang tidak bisa dinyalakan.

TAP

TAP

TAP

Pelan namun pasti,Alex mendengar suara tapak kaki yang mendekat.Situasi-situasi seperti ini kembali mengingatkannya akan kisah horor yang pernah teman-temannya ceritakan.Wajahnya semakin berkeringat saat melihat Sasya yang datang dengan ekspresi yang tersenyum miring.Entah mengapa,ia membodohi dirinya sendiri untuk datang ke sini dan bertemu gadis yang mungkin saja pernah membunuh ini.

"Kenapa kau tegang seperti itu??biasa saja,Dong!"

Celetukan Sasya membuat Alex kembali ke dunia nyata.Walaupun begitu,ia tetap berhati-hati dan memberi jarak antara mereka.

"Kau pasti mengira aku melakukan sesuatu semalam,Ya!" Ucap Sasya sembari menghela nafas. "aku memang melakukan sesuatu.tapi-"

"Jangan mendekat!"

Alex tiba-tiba menjerit,membuat Sasya mendadak kaget.Bocah jangkung itu terlihat sangat ketakutan.Entah apa yang ditanam di dalam pikirannya,Sasya hanya bisa menghela nafas untuk memperbanyak sabar.

"Baiklah,kita mulai saja,Ya!"

Sasya kembali menghela nafas sebelum ia benar-benar menceritakan kisah semalam yang membuat ia dan teman-temannya merasa sangat ketakutan.

---

Pagi yang cerah kini tergantikan oleh siang yang terik.Hal itu diperkuat ketika Ben membakar sampah-sampah di halaman.Asap yang ditimbulkan membuat siapa saja akan merasakan sesak,entah itu dengan cara dihirup atau hanya sekedar melihatnya.

Bicara tentang Ben,pria brewok itu nampak berbeda hari ini.Ia terlihat lebih rajin dan selalu memberikan perhatian lebih kepada anak-anak.Kemarin-kemarin,ia lebih mementingkan pekerjaannya dan hanya bisa mampir saat langit menjelang sore.Namun kali ini,ia sudah berkunjung pagi-pagi sekali,membuat anak-anak itu heran sekaligus merasa senang.

Terlepas dari sikap Ben hari ini,Liza lebih mementingkan diri sendiri.Gadis berkulit cokelat itu nampak repot di dalam gudang.Entah apa yang dicari Ben, sampai-sampai isi gudang yang kemarin rapi,mendadak berantakan bak kapal pecah.

Liza memang tidak bisa menyembunyikan sikap kesalnya.Sepanjang pekerjaannya,dia selalu mengeluh,mengumpat,dan tak sedikit berkata kasar.Entah kenapa,ia menjadi sangat pemarah hari ini.Mungkin,kejadian semalam yang membuatnya kurang tidurlah yang menjadi penyebabnya.

BRAKK

"Aduh!!"

Anjani meringis kemudian mengelus kakinya dengan cepat.Entah apa yang ditabraknya,kakinya seperti menghantam batu karang.Rasa kesalnya bertambah.Ia mencari benda yang dihantam kakinya.Entah apapun itu,ia akan berkata kasar.Entah itu makhluk hidup atau benda mati.

Cukup lama ia toleh kanan dan kiri,Liza akhirnya menemukan sebuah kotak yang sangat aneh di penglihatannya.Dari posisinya yang miring,sudah pasti jika kotak itulah penyebab kakinya menjadi sakit.

Dengan cepat,Liza menunduk dan membuka kotak yang berukuran sedang itu.Saat ingin mengucap salah satu nama hewan berkaki empat,mulutnya mendadak terhenti ketika melihat benda-benda aneh yang ada di dalamnya.

Sebuah mobil-mobilan berjenis truk,sebuah pistol beserta beberapa buah peluru,dan sebuah sarung tangan yang penuh bercak darah.

Liza tertegun.Entah barang milik siapa,gadis berkulit cokelat itu nyatanya mendadak takut.Disisi lain,ia juga penasaran.Menurut apa yang ia tangkap dengan 'kelebihan'-nya, Benda-benda ini sepertinya menyimpan kisah yang mendalam.

Liza berdiri dan menutup pintu gudang yang terbuka.Ia tidak ingin seseorang mengganggu aktivitas menerawangnya terhadap benda-benda tersebut.Ia malah menduga,jika benda-benda itu adalah salah satu kepingan misteri yang terjadi di rumah ini.Mungkin saja,benda-benda ini akan membawanya pada sebuah titik terang.

---

Terpopuler

Comments

senja

senja

lah si Ben gak nemu pelurunya?
btw luka bakar itu smpai separuh badan, kenapa gak dirawat di UGD? bahaya lho

2022-02-28

0

senja

senja

typo Anjani menghantam batu itu typo, bukan Anjani tp Liza

2022-02-28

0

senja

senja

typo "menghina radio"

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!