Konflik

"Paman yakin??" Tanya Liza dengan alis berkerut.Di wajahnya sama sekali tidak ada kerutan tawa atau tanda-tanda untuk menuangkan lawakan.

"Yakin!" Balas Ben mantap.Tanpa menyembunyikan tawa atau tersenyum,Ben benar-benar menjawabnya dengan jujur.

"Lalu,ini punya siapa??"

Liza terlihat bingung.Sebuah kalung yang tergantung di telapak tangannya,tidak menunjukkan tanda-tanda kepemilikan.Baik itu Vanessa,Sasya maupun Ben.

"Atau mungkin,barang ini adalah punya orang tua paman?" Sela Vanessa. "entah sengaja atau tidak,mungkin orang tua paman meninggalkan barang mereka disini." Sambungnya.

Liza dan Anjani nampak mengangguk mendengar penjelasan itu.Mereka menganggap,jika ucapan Vanessa ada benarnya.

"Mungkin saja!" Balas Ben,kemudian ia terlihat berpikir. "bagaimana kalau paman simpan dulu barang ini?paman akan bertanya kepada orang tua paman.jika paman sudah mendapatkan jawabannya,secepat mungkin akan paman beritahu." Tambahnya.

Seperti tidak ada masalah,dengan senang hati mereka mengiyakan ucapan Ben.Mereka juga tidak tertarik dengan kalung bulat berbentuk batu permata itu.

"Baiklah,kalau begitu,paman pulang dulu."

Ben berdiri,dan seperti biasa melakukan sesuatu bersama Al,seperti salam perpisahan ala mereka.Setelah itu,ia benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari pintu.

"Paman!"

Anjani berteriak,kemudian menghampiri Ben yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Lain kali,jika paman tidak ingin menginap,jangan paksakan untuk datang." Ucap Anjani. "aku kasihan melihat paman saat pulang sendirian.dan itu membuatku merasa khawatir."

Ben tersenyum.Tangan lebarnya mengacak-acak puncak kepala Anjani,hingga berantakan tak teratur.

"Jangan ucapkan kata-kata itu lagi!" Ucap Ben. "paman melakukan ini,karena paman memang sudah berjanji kepada orang tuamu.jika tidak,paman tidak akan melakukan hal ini!"

Ben tertawa garing,membuat Anjani kesal juga cemberut.Nampaknya,gadis berambut sebahu itu sangat menyesal karena sudah mengasihani orang semacam Ben.

"Baiklah,paman pulang dulu!jaga diri kalian baik-baik!"

Ben kembali melangkah dan seperti biasa,Anjani mengantarnya sampai pekarangan rumah,lalu memandangnya hingga menghilang dalam kabut tipis penuh kesunyian.

---

"Omong-omong,Liz,dimana kau menemukannya?" Tanya Vanessa.Ia sedikit penasaran dengan kalung yang berbentuk seperti batu permata itu.

"Di dekat tangga."

Liza terlihat diam.Sembari memandang kalung,nampaknya ia berniat ingin mengatakan sesuatu.

"Kemarin,aku mendapat sebuah flashback dari kalung ini." Ucapnya.

"Yang benar??"

Anjani tiba-tiba saja datang.Mendengar ucapan Liza,ia jadi penasaran dengan apa yang dilihat oleh gadis berkulit cokelat itu.

"Aku melihat sepasang suami isteri.sepertinya,mereka baru saja menikah.dan kalung ini adalah pemberian Sang suami untuk isterinya."

"Lalu?"

"...Apa??" Liza mengernyit.Ia tidak mengerti arah bicara Sasya.

"Apa yang terjadi selanjutnya?" Kali ini,Sasya bertanya dengan kalimat lengkap.Namun Liza nampak gugup untuk menceritakannya.Ia lebih memilih diam daripada dihujat karena melihat yang seharusnya tak boleh dilihat.

"Kenapa kau tidak menceritakannya kepada paman Ben?"

"Aku tidak ingin dia menganggap ku gila."

Seperti sebelum-sebelumnya,banyak orang yang tak mengenal Liza akan menganggap gadis itu gila,jika menceritakan kelebihan yang dimilikinya.Liza tidak ingin,jika Ben juga akan menganggapnya seperti itu.Dan ia lebih memilih merahasiakannya.

"Atau mungkin,orang yang kau lihat itu adalah orang yang sama di mimpiku?"

Baik itu Liza,Vanessa,maupun Anjani,serentak memandang Sasya dengan mata membulat.Entah apa yang mereka pikirkan,Sasya sangat yakin,jika mereka juga tengah mencocokkan ucapannya.

"Mungkin saja!" Ucap Anjani antusias. "berarti,pria yang membunuh wanita dan juga anak kecil itu adalah orang yang sama di dalam penglihatan Liza??"

Anjani terdiam.Ia meneguk saliva dengan berat.Entah mengapa,semuanya mendadak jadi menyeramkan.

"Kita pastikan itu nanti." Balas Liza. "yang pasti,kita harus merahasiakan ini dari paman Ben dahulu."

"Ya,benar sekali!!"

Jawaban yang sangat antusias itu membuat teman-temannya kaget.Sasya juga tak memperdulikan tatapan teman-temannya yang heran dengan sikapnya tersebut.

"Kenapa harus dirahasiakan??" Vanessa tiba-tiba angkat bicara. "bukankah akan sangat mudah jika kita memberitahukan hal ini kepada beliau??" Ucapnya lagi. "lagipula,kenapa kita harus ikut ruwet dengan mimpi Anjani dan Sasya!" Sambungnya.

Merasa tersindir,Anjani tiba-tiba saja berdiri.Dengan urat mata dan leher yang tegang,Anjani berteriak kepada Vanessa.

"Kau bicara seperti itu,karena tidak tau apa yang kami alami!mimpi itu benar-benar seperti nyata!dia menembak dan-"

"Tapi itu hanya mimpi,Anjani!"

Vanessa menyela,membuat Anjani kembali geram setelah diam beberapa saat.

"Apa kau tidak merasa ada yang aneh pada rumah ini??hilangnya Al,adanya barang tak terduga yang ditemukan oleh Liza,apa semua itu hanya kebetulan??"

Baik Liza maupun Sasya,dengan cepat mengamankan keadaan tersebut.Entah itu dengan lawakan atau mengganti topik.

"Maaf..." Sela Vanessa. "...sepertinya,aku tidak bisa ikut rencana kalian."

Gadis berambut ikal itu berdiri.Tanpa sepatah katapun,ia meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.

"Yasudah!"

Anjani kembali meluapkan emosinya yang tersisa.Hal tersebut membuat Sasya dan Liza kembali menegurnya.

Karena keadaan yang tidak kondusif,Liza memutuskan untuk menunda rencana mereka.Walaupun dengan keras Anjani membantah,pada akhirnya ia juga memakluminya.Di saat seperti ini,gadis berambut sebahu itu harus lebih pandai mengatur emosi dan juga otaknya.

---

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!