Jujur

Di sebuah ruang tamu,telah berkumpul sebagian orang-orang rumah.Mereka duduk dalam diam,tak terkecuali dengan Anjani dan Vanessa.Semenjak debat kecil beberapa jam lalu,Vanessa mulai menghindar dari Anjani.Entah kesal atau apa,Vanessa hanya tidak ingin emosinya mendadak meledak,jika terus memandang wajah sok polos itu.

TAP

TAP

TAP

Langkah kaki yang lumayan terburu-buru tersebut,membuat semua pasang mata menatap ke ambang pintu.Disana,sudah ada Ben yang tengah berjalan menghampiri mereka.Dengan wajah yang penuh senyuman,Ben duduk kemudian memandang mereka semua.

Saat ingin mengungkapkan apa yang menjadi alasan mereka untuk berkumpul, tiba-tiba saja,mata Ben menangkap sesuatu hal yang aneh diantara mereka.

Al tampak begitu pucat dan lesu.Sejak kemarin,bocah itu nampaknya kehilangan keceriannya.Ben tidak tahu apa yang terjadi.Ia ingin bertanya,namun matanya kembali menangkap hal lain yang membuatnya bertambah bingung.

Anjani,salah satu lengan gadis itu diperban hingga batas siku.Walaupun terlihat bersih,nyatanya Ben dapat melihat bercak darah di satu titik.

"Kenapa dengan tanganmu??apa kau terluka??" Tanya Ben kepada Anjani yang mendadak gugup.

Gadis berambut sebahu itu hanya diam dengan mata yang melirik kesana-kemari.Ia bermaksud meminta tolong pada siapapun untuk menjelaskannya kepada Ben.Tanpa Sengaja,pandangannya bertemu dengan manik mata Vanessa.Dengan datar,gadis berambut ikal itu akhirnya bersuara.

"Ada kejadian mengerikan semalam,Paman."

Ben diam.Wajahnya yang mendadak berubah,membuat Sasya dan Alex memandangnya lekat.

Semalam memang ada kejadian menyeramkan,namun itu hanya terjadi padanya.Ia bahkan langsung pulang dan mengabaikan kehadiran Anjani saat mengantarnya sampai batas pekarangan.

"Apa...hantu anak kecil itu mengganggu kalian juga??" Tanya Ben khawatir.

"Mungkin..." Balas Vanessa seperti ragu. "...mungkin,anak kecil itulah yang membuat Al kerasukan semalam-"

"Kerasukan??!!"

Vanessa diam.Suaranya yang sangat mendebarkan jantung itu membuat mereka semua mendadak bisu.Disaat itu pula,Liza datang dengan terburu-buru.Dan tanpa beban sama sekali,Liza berperilaku normal kemudian duduk dengan santai di samping Alex.

"Lalu tanganmu??apa kau juga kerasukan?!"

"Tangannya terluka karena dia ingin menolong adiknya." Balas Vanessa. "dia dicakar Al yang kerasukan." Tambahnya sembari memalingkan muka.

"Kenapa tidak beri tahu aku soal ini?!kalian benar-benar..."

Ben berusaha kuat untuk bersabar dan menahan emosinya yang mendadak pecah.Ia menepuk-nepuk lengan sofa dan mengeluarkan semua emosinya disana.Ia tidak menyangka,jika gangguan ini semakin berlanjut dan berefek kepada anak-anak.

"Sudahlah,paman,jangan terlalu dipikirkan.aku-"

"Tidak dipikirkan bagaimana!kau terluka dan adikmu kerasukan!bagaimana aku menjelaskan semua keadaan ini jika kedua orang tuamu bertanya?!!"

Liza hanya bisa menonton tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.Awalnya ia bingung.Namun lama kelamaan,ia jadi mengerti arah pembicaraan ini.Seketika,Liza hanya menunduk seperti tengah mengheningkan cipta.

"Kami tidak apa-apa,Paman!sudahlah!" Balas Anjani. "lagipula,tidak tega untuk memanggil paman kembali ke sini.terlebih...saat melihat paman pergi dengan wajah ketakutan."

Bagai api yang disemprot APAR,emosi Ben mendadak padam.Rasa kesalnya tergantikan oleh rasa malu.Anjani benar.Malam itu,ia merasa sangat ketakutan karena bertemu dengan sosok anak kecil dengan wajah yang menyeramkan.Ia sendiri juga tidak yakin,jika ia akan kembali lagi saat Anjani menelepon.

"K-kalau begitu...paman akan keluar sebentar.paman akan belikan kau obat."

Suasana mendadak canggung.Semuanya hanya diam dan memandang Ben yang ingin pergi.Walaupun sudah ditahan oleh Anjani,nampaknya Ben sangat bersikeras.

"Baiklah kalau begitu,aku akan antar paman sampai pekarangan."

Seperti biasa,Anjani menghampiri Ben yang hendak pulang lalu mengantarnya dan menunggunya sampai mobilnya menjauh dari rumah ini.Setelah itu,ia kembali masuk dan berkumpul bersama teman-temannya di ruang tamu.

"Baguslah dia pergi!" Celetuk Liza tiba-tiba.

Semuanya menoleh dan memandang heran kepada gadis berkulit cokelat tersebut.Liza berkata sinis,seolah-olah tidak menyukai kehadiran Ben.Mungkin beberapa dari mereka,menganggap ucapannya hanya angin lalu.Mereka seolah-olah tak peduli apa yang Liza katakan.Namun,hal tersebut rupanya tidak berlaku pada seorang gadis berambut ikal.Ia nampak tidak terima saat Ben diperlakukan seperti itu.

"Apa maksudmu??"

Seketika,keadaan yang semula dingin mendadak panas.Suasana yang tiba-tiba ramai,membuat Anjani keheranan saat baru melewati pintu utama.

"Ada apa ini??"

"Berhubung kita semua berkumpul,ada yang ingin aku beritahukan.dan akan kupastikan,jika paman Ben kesayanganmu itu tidak seperti apa yang kau pikirkan selama ini."

Liza menatap Vanessa dalam.Melihat matanya saja,Vanessa tahu jika Liza ingin mengungkapkan sesuatu.Namun,ia tidak suka saat Liza berkata buruk tentang Ben.

"Ada apa,Liza?apa yang kalian bicarakan??"

Anjani yang bingung hanya bisa terus-terusan bertanya.Rasa penasarannya mendadak muncul saat Liza menampilkan ekspresi yang sangat serius.

"Aku mendapat penglihatan lagi." Ucapnya. "kali ini,aku melihat orang-orang yang ada di mimpi kalian." Lanjutnya sembari memandang Anjani dan Sasya.

Alex,bocah jangkung yang biasanya hanya diam dan tak perduli,mendadak serius dalam pembicaraan ini.Ia hanya ingin memastikan,jika apa yang menjadi dugaan Sasya benar adanya.Dan ia akan langsung memberi tahu kedua orang tuanya jika memang hal tersebut adalah kenyataannya.

"Tadi..."

---

BRUUMM

Suasana yang tadinya sepi,kini mendadak ribut karena ada mobil yang datang.Tidak seperti biasanya,mobil itu datang dengan kecepatan tinggi lalu berhenti mendadak tepat di halaman rumah.

Tak lama kemudian,seseorang keluar dari kursi kemudi dan mengagetkan hewan apapun yang melintas saat ia menutup pintu mobil dengan kencang.

Hari ini adalah hari yang paling memalukan baginya.Entah mengapa,ia merasa dirinya tidak berguna lagi.Padahal,ia sudah membuat acara untuk hari ini,namun keadaan nampaknya benar-benar tidak mendukungnya.

Kejadian semalam membuatnya kembali mengingat sesuatu hal yang sangat ia takuti.Selain mengganggu anak-anak,ia yakin,jika sosok itu datang karena ingin membalas dendam.Dan lebih parahnya,mungkin mereka juga menginginkan nyawanya.

Seakan teringat sesuatu,pria itu merogoh kantung celananya dan mendapati sebuah benda di sana.Di telapak tangannya,sebuah kalung berbentuk permata nampak indah saat terkena sinar mentari.Hal itulah yang menjadi harapannya saat melihat kalung itu berada di leher seseorang.

Angin tiba-tiba saja berhembus,tidak kencang namun mampu membuat tubuh menggigil.Pria itu akan berusaha untuk terus merahasiakan sebuah kisah masa lalunya yang menyeramkan.Ia tidak ingin siapapun yang tahu.Dan ia juga tidak ingin berurusan dengan roh-roh penasaran,ia akan menjauh sebisa mungkin,meskipun anak-anak di rumah itu mengalami kejadian yang seharusnya menimpa dirinya.

---

"Sudah kuduga..."

"Dasar!"

Celetukan ataupun umpatan keluar begitu saja dari mulut Sasya dan Alex.Entah mengapa,mereka terlihat geram saat membayangkan wajah Ben ada di hadapan mereka.

"Kalian sudah tahu hal ini??kenapa tidak memberitahuku?!" Tanya Liza kesal.

"Aku ingin cerita,tapi takut jika kalian tidak percaya dan malah menganggapku membenci paman Ben." Balas Sasya santai.

Berbeda reaksinya dengan mereka,Anjani dan Vanessa terlihat diam saja.Pikiran mereka nampak berjalan-jalan tak tentu arah.Entah apa yang mereka pikirkan,nampaknya mereka sangat kecewa.

"Lalu..." Liza tiba-tiba bicara lagi. "...masih ada satu benda lagi yang belum aku terawang."

Liza mengayun-ayunkan sepasang sarung tangan itu ke udara,membuat mata mereka mengikuti benda itu seakan terhipnotis.

"Tunggu apalagi??lakukanlah sekarang!" Ucap Sasya tak sabaran.

"Nanti saja." Balas Liza. "ada hal lain yang harus aku diskusikan kepada kalian." Tambahnya.

Seperti dugaan,mereka hanya diam dan mendengarkan.Sementara Liza mengutarakan pemikiran-pemikirannya yang kembali membuat mereka menganga.

Liza,gadis berkulit cokelat itu menyarankan,jika mereka bermain permainan pemanggilan arwah saja.Hal itu memang sudah biasa ia lakukan bersama kakaknya.Namun,hal tersebut terdengar sangat baru bagi pemula seperti teman-temannya.Tak heran,jika mereka langsung membalas ucapan Liza dengan keras.

"Tapi,hanya ini satu-satunya jalan supaya kita tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Sargah Liza. "apa kalian ingin diganggu terus?!"

Anjani diam.Dia yang semula menolak dengan keras,nampaknya tengah mencerna baik-baik ucapan Liza.Tentu ia tidak ingin hidup dalam ketakutan dan ia juga tidak ingin melihat adik-adiknya dalam bahaya.

"Percayalah,semuanya akan baik-baik saja."

Liza mencoba menenangkan sekaligus meyakinkan mereka.Baginya,inilah satu-satunya cara supaya mereka tidak lagi diganggu.Secara tidak langsung,ia juga membantu Anjani dan keluarganya untuk tinggal dengan nyaman di rumah ini.

Setelah lama memikirkan,akhirnya mereka menerima tawaran Liza.Entah ini pertanda baik atau buruk,Anjani mendadak merasa tidak enak dan jantungnya berdebar cukup kencang.Gadis itu hanya berharap,jika mereka terus dalam keadaan baik-baik saja

---

Terpopuler

Comments

senja

senja

itu Vanessa kok gak ikut Ben? tadi katanya mau ikut numpang? apa bukan Ben maksudnya?

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!