Feeling

Pukul 7 malam,begitu yang ia lihat di jam dinding kamar Al dan juga jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Saat ini,pria brewok itu tengah menidurkan bocah tampan yang baru saja menangis.Setelah mendongeng penuh penghayatan,Akhirnya Al bisa tidur dengan tenang.

Akhir-akhir ini,memang banyak kejadian yang melelahkan baginya.Entah itu karena urusan kerja,ataupun urusan pribadi, semuanya selalu membuat otaknya pusing.Lagipula,otaknya kembali disibukkan dengan kejadian tadi sore.Banyak hal yang harus ia tanyakan kepada Anjani maupun Alex,mengenai kebun yang ada di belakang rumah ini.

"Paman..."

Suara derit pintu membuyarkan lamunan Ben.Ia menoleh dan melihat wajah Anjani di ambang pintu yang terbuka sedikit.

Ben bangkit dari sisi ranjang,membelai kepala Al dengan lembut,kemudian melangkah pergi meninggalkan bocah itu dalam penerangan yang remang-remang.

"Ada apa?" Tanya Ben ketika mereka sudah berada di luar kamar.

"Apa Al masih menangis?"

Ben memandang Anjani yang terus menunduk.Gadis berambut sebahu itu biasanya tidak takut apapun.Entah mengapa,saat ini ia terlihat sangat lemah.

"Tidak,dan dia sudah tidur sekarang." Balas Ben. "Oh,ya,Anjani!bisa minta waktunya sebentar??ada yang ingin paman tanyakan." Sambungnya.

Anjani mendongak,kemudian mengangguk perlahan.

"Bagaimana kau tau jika ada kebun di belakang rumah ini??dan,kenapa feeling-mu begitu tepat jika Al berada di sana??"

"Sebelum ayah dan ibu pergi,Al juga sempat menghilang.kami juga mencarinya seperti kita mencarinya tadi.hingga ayah menemukan lorong itu dan menelusurinya,Al akhirnya dapat ditemukan."

Anjani bercerita dengan gamblang.Ekspresinya juga begitu santai,tidak seperti Ben yang nampak tegang.

"Kenapa Al berani sekali mendatangi tempat itu??padahal,Kan dia sendirian!"

"Entahlah,ini yang membuat kami bingung." Ucap Anjani sembari menggaruk kepala. "Al bilang,ada seseorang yang mengajaknya bermain.dia juga berkata,jika orang itu bertempat tinggal di balik gerbang tinggi yang kita lihat tadi."

Hening.Keadaan sepi karena malam,kini mendadak mencekam di dada Ben.Entah mengapa,pria brewok itu tiba-tiba saja berubah ekspresi.

"Sudah waktunya paman pulang."

Alis Anjani berkerut mendengar ucapan itu.Sudah malam begini pun,pria brewok itu akan tetap pulang juga.

"Apa tidak menginap saja??ini sudah malam,Paman!" Sanggahnya.

Jarak menuju ke kota memanglah sangat jauh.Belum lagi,Ben akan melewati jalanan yang berjejer pohon di sisi kanan dan kirinya.Dan kemungkinan kecil,jika Ben sampai ke kota pada saat tengah malam.

"Tidak,masih ada waktu."

Ben tersenyum.Ia juga berceloteh mengenai skill-nya Dalam berkendara.Walaupun tidak sehebat apa yang ia bicarakan,setidaknya,ia berhasil membuat Anjani tidak lagi khawatir.

"Jaga diri kalian,Ya!paman pulang dulu."

Anjani mengantarkan Ben sampai ke pekarangan rumah.Ia juga menunggu Ben sampai mobil sedannya itu menghilang di balik kegelapan.Hingga akhirnya,ia benar-benar sendiri di pekarangan yang luas tersebut.

Sebelum masuk kembali ke dalam rumah,ada berbagai hal yang membuat otak Anjani kembali berpikir.

Kejadian Al yang kembali menghilang.Anjani kembali menduga jika Al bermain bersama teman barunya itu.Ia juga belum yakin,jika teman barunya itu adalah benar-benar manusia.Seperti asumsinya,bahwa teman yang Al bicarakan adalah hantu dan sejenisnya.

Lalu Liza.Gadis berkulit cokelat itu memang selalu membuat Anjani penasaran.Dari awal ia menginjakkan kaki di rumah ini,lalu ekspresinya saat berada di kebun belakang,membuat Anjani bertanya-tanya dengan apa yang ia lihat.Dirinya ingin bertanya,namun kemungkinan kecil bisa mendapat jawaban yang lengkap.

Kemudian Ben.Sebenarnya,Anjani sedikit curiga dengan pria brewok kenalan ayahnya itu.Ben nampak menyembunyikan sesuatu dari mereka.Melihat sikapnya yang gugup dan juga gelisah saat mereka bicara tadi,membuat Anjani ingin menyelidikinya lebih dalam.

"Ha..."

Helaan nafas lelah yang hanya didengarnya sendiri.Anjani tidak mengerti kenapa ia selalu berlagak seperti detektif setiap ada suatu kejadian yang menurutnya ganjil.Mungkin saja,ini semua adalah efek dari membaca novel dan komik berbau misteri.Dan sepertinya,ia harus mengurangi kegiatan membacanya itu.

---

Pagi menjelang,langit gelap berubah menjadi terang.Angin pagi yang menyejukkan,membuat Liza sedikit bergidik namun tersenyum senang.Suasana disini tidak ada bedanya dengan di desa.Hanya saja,suara kokokan ayam jantan tergantikan dengan kicauan para burung yang bersarang di pohon-pohon.

Sesuai arahan Ben,menyiapkan sarapan adalah tugas semua orang.Namun,Liza tidak bisa hanya berdiam diri,jika semua orang masih terlelap meninggalkan dirinya di alam nyata.

Kini,Liza sudah berada di dapur,memasak nasi dan juga menghangatkan lauk-pauk yang tersisa semalam,juga menambahkan tumis kangkung di tengah-tengah meja.

Semua hidangan sudah siap.Dengan celemek yang menempel di tubuhnya,gadis berkulit cokelat itu sudah nampak seperti ibu rumah tangga.

TENG

TENG

TENG

"SARAPAN SUDAH SIAP!AYO BANGUN!HARI SUDAH SIANG!!"

Liza memukul-mukul badan panci hingga menimbulkan suara berisik yang memekakkan telinga.Aksi gilanya itu membuat Liza tertawa-tawa sendiri.Toh,ia tidak perlu khawatir.Lagipula,tidak ada orang lain selain mereka disini.

"Makan~"

Liza tersenyum,mengiyakan ucapan yang menyerupai bisikan itu.Ia juga menyuruh orang itu duduk di salah satu kursi dan menyantap makanan yang sedang hangat-hangatnya.

"Terima kasih~"

Suara itu kembali muncul.Liza hanya menanggapinya sebagai angin lalu.Sudah banyak beribu ucapan terima kasih yang diutarakan padanya,dan semua yang mengutarakan itu adalah manusia.Liza memang tidak melihat langsung siapa orang yang mengajaknya bicara itu,karena Liza tengah memandang ke tangga,dimana semua orang mulai keluar dari kamarnya masing-masing.

"Berisik sekali kau,Liza!mengganggu kualitas tidurku saja!" Dengan langkah terhuyung,Sasya nampak cemberut kesal.

"Astaga!" Pekik Vanessa tiba-tiba. "aku lupa jika harus memasak!maafkan aku,Liza!kau jadi kesusahan karena tidak ada aku,Ya!"

Bebauan aneh menusuk hidung yang keluar dari mulut Vanessa membuat Liza sedikit mual.Tanpa sengaja,ia membalikkan tubuhnya menghadap meja makan dan terdiam sesaat memandang salah satu kursi yang ada di sana.

Tidak ada angin,tidak ada pergerakan,orang yang barusan mengucapkan terima kasih padanya mendadak hilang tak berbekas.Hanya saja,kursi yang ia yakini sebagai tempat duduknya,sudah bergeser miring dari posisi awal.

"Kenapa,Liz??"

Anjani mendekat,menatap heran Liza yang nampaknya tengah kebingungan.Namun,gadis berkulit cokelat itu langsung berdiri tegak dan menampilkan ekspresi seolah tidak ada apa-apa.

"Ayo,silahkan dimakan~" Ucap Liza.Ia menghiraukan pertanyaan Anjani dan malah menyuruhnya makan.

Saat ini,Liza memang menyimpan sesuatu hal yang memang harus dirahasiakan terlebih dahulu.Hingga pada saatnya tiba,ia akan menceritakan semua hal-hal yang ia lihat dan ia rasakan kepada teman-temannya,terutama Anjani.

---

Terpopuler

Comments

🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾

🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾

Liza indigo kah?🤔

2021-05-18

1

Hiatus

Hiatus

Semangat

2021-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!