Titik Terang

"Yang benar?!!"

Entah sudah ke berapa kalinya,Alex terus-terusan terpekik.Apa yang dibicarakan Sasya sungguh menguras tenaganya.

"Jika saja kau menjerit sekali lagi,aku tidak segan-segan akan menamparmu!"

Sasya mengusap kedua telinganya.Ia tidak menyangka,jika suara Alex begitu cempreng saat berteriak.Sikap pendiamnya selama ini ternyata hanyalah cover belaka.

"Alex..." Panggil Sasya. "...terlebih dari kisah Al,apa kau juga merasa aneh pada rumah ini??apa kau juga pernah mendapatkan gangguan ghoib??"

Alex diam.Bocah itu nampak berpikir.Dengan wajah polos,ia menggeleng sebagai jawaban.

Sasya menghela nafas.Sebuah memori mendadak melintas di pikirannya.Sesuatu yang selalu mengganjal di hati dan juga otaknya,ingin sekali ia ungkapkan pada orang-orang.Namun,ia tidak bisa asal bicara.Jika perkiraannya salah, bisa-bisa ia akan ada dalam masalah.

"Kakak kenapa diam??"

Alex tiba-tiba bersuara,membuat Sasya tersentak dan bangun dari bayang-bayang keraguan.Gadis bertubuh mungil itu nampak ragu untuk menjawab pertanyaan Alex.Sembari berpikir,ia menyusun kata-kata untuk menjelaskan apa yang ada di otaknya.

"Alex..." Panggilnya. "... sebenarnya,aku menyimpan teori sendiri." Ucapnya.

"Maksudnya??" Alex yang tidak mengerti,hanya merapatkan alis dengan perasaan bingung.

"Kau masih ingat dengan mimpi kami??aku dan Anjani."

"Ya."

"Di mimpi itulah,teori ini berjalan di otakku.sekarang,aku bahkan takut untuk memandang orang itu.dia sangat mengerikan saat itu!"

Alex hanya diam.Ia tidak mengerti sama sekali apa yang diucapkan oleh Sasya.Gadis bertubuh mungil itu seolah-olah menceritakan seseorang yang sangat dekat dengan mereka.

"Alex..." Panggilnya. "...apa kau mau mendengar teoriku?aku tidak akan memaksamu untuk mempercayainya.aku hanya ingin membagi sedikit beban yang menimpa otakku padamu." Ucapnya.

Alex hanya mengangguk.Ia tidak punya pilihan lain selain mendengar kisah-kisah yang entah benar atau tidak ini.Ia malah berharap,jika luka-luka bakarnya bisa sembuh dengan cepat.

---

Lagi-lagi malam kembali hadir.Suasananya khas akan hembusan angin dingin juga lingkungan yang sepi,hingga para jangkrik pun mengambil alih dan menjadi penguasa di lingkungan malam.

Langit malam ini terlihat mendung.Petir sudah menyambar beberapa kali saja.Namun,hujan belum memberikan tanda-tanda untuk turun.

Berbeda dengan di kota,rumah ini terletak jauh di ujung kota,hingga nyaris memasuki kawasan hutan.Entah ide siapa membuat rumah diujung pembatas itu,namun nyatanya rumah tersebut berpenghuni.

Didalam rumah tersebut,ada seorang anak laki-laki yang tengah bermain di ruang keluarga.Ia bermain sendirian dan meracau sendiri dengan mainan-mainan itu.Anak itu terlihat pemberani,hingga suara petir yang menggelegar membuatnya tersentak dan mendadak diam.

Anak itu begitu kaget,semua orang bisa melihatnya dari wajah tegangnya tersebut.Walaupun begitu,ia tidak beranjak dari tempatnya.Sekilas,anak itu ingin bermain lagi.Namun, suara-suara berisik kembali membuatnya terdiam.

Kepalanya mendongak,menatap lantai dua yang sangat sepi.Ia tahu jika di atas ada manusia yang tengah berbincang.Dan sepertinya,perbincangan mereka semakin seru karena suara mereka terdengar sampai ke lantai bawah.

Anak itu penasaran.Ia berdiri sembari membawa salah satu mainannya kemudian pergi menaiki tangga.Ia ingin mendatangi sumber suara itu dan melihat perbincangan yang sepertinya semakin keras.Entah apa yang terjadi,semakin dekat dengan asal suara,ia semakin mendengar suara jeritan.

Hingga tibalah ia di sebuah kamar dengan pintu yang terbuka lebar.Dari sini saja,anak itu sudah melihat bayang-bayang manusia yang saling berhadapan.Mereka juga saling tunjuk dengan mengeluarkan suara yang paling keras, berusaha untuk lebih kuat dari lawannya.

Anak itu nampak ketakutan.Ia meremas mainannya hingga berbunyi bergemelatuk.Walaupun tidak ada niat untuk melihat lebih dekat,nyatanya anak itu maju perlahan.

Saat ia sudah berada di ambang pintu,sebuah suara mengagetkannya.Berbarengan dengan itu,ia menjatuhkan mobil truk mainannya ke lantai,hingga menimbulkan bunyi baru yang terdengar.

"HAH!!"

Liza membuka matanya.Nafasnya berderu,berlomba dengan angin.Ia memandang sekitar kemudian bernafas lega.

Gadis berkulit cokelat itu tidak menyangka,jika mobil mainan ini mempunyai kisah yang sangat mendalam.Ia juga Kembali terkejut saat mengingat wajah dari anak laki-laki tersebut.Sembari mengingat,ia menjentikkan jari dengan mata yang membulat.

"Anak ini yang aku lihat saat pertama kali masuk ke rumah ini!" Serunya. "apa dia ingin meminta tolong waktu itu??tapi,apa yang menyebabkannya terbunuh??"

Liza kembali berpikir.Penglihatan yang sekilas itu nampaknya belum membantunya.Ia membutuhkan lebih banyak penglihatan untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu.Ia yakin,jika anak laki-laki itulah yang merasuki tubuh Al dan minta dibebaskan pada saat itu.

Liza kembali merogoh kotak berbahan dasar kardus tersebut.Disana masih tersisa sebuah pistol dan juga sarung berdarah.Dengan sembarang,ia mengambil pistol itu,kemudian bersiap untuk melihat kisah kelam yang terjadi.

---

TAK

Setelah mengambil apa yang diperlukan,Anjani membuka perban yang melilit sebagian tangannya.Dengan perlahan,lilitan-lilitan itu terbuka,menampilkan luka-luka basah yang sangat perih di lengan Anjani.

Sebelum memasangkan kembali perban yang baru,ia mengangin-anginkan terlebih dahulu lukanya tersebut.Ia juga mendadak bengong dengan pikiran yang melayang-layang pada malam kemarin.

Rumah ini sangat menyeramkan,terlebih Al ketika kerasukan.Jika saja orang tuanya ada di sini,mereka tidak akan berlama-lama untuk meninggalkan rumah ini.Bicara mengenai mereka,Anjani mendadak kangen.

TAP

TAP

TAP

Anjani mendongak dan melihat Vanessa yang tengah menuruni tangga.Bukan gadis itu yang membuat Anjani mengerutkan alis bingung,namun tas yang digandeng itu yang membuatnya gagal fokus.

"Kau mau kemana??" Tanya Anjani

"Pulang." Balas Vanessa singkat.

Gadis berambut keriting itu menghampiri Anjani kemudian berdiri di sampingnya.

"Sesuai ucapanku waktu itu,aku akan pergi meninggalkan rumah ini,sekarang."

Vanessa berbalik,kemudian melangkah hendak keluar rumah.Namun,sebuah suara menghentikan langkahnya tersebut.

"Kau yakin?" Anjani nampak tersenyum miring. "kau yakin ingin berjalan kaki dari sini menuju desa??" Ucapnya lagi.Kali ini,ucapannya membuat Vanessa kembali menghadap dirinya.

"Ya,aku yakin!" Jawabnya mantap. "aku akan meminta paman Ben untuk mengantarkanku.aku yakin itu!"

"Paman Ben sedang bekerja.jangan kau ganggu dia!"

"Kenapa??aku bisa menelponnya dan memintanya untuk pulang sebentar!dia pasti-"

"Aku tidak punya nomor ponselnya."

Lagi-lagi,ucapan skakmat Anjani membuat Vanessa terdiam kaku.Ia lalu sibuk memandang sekeliling,guna mencari balasan dari ucapan temannya tersebut.

"Sudahlah..." Ucap Anjani. "...tetaplah disini.toh,liburan sebentar lagi akan berakhir!" Tambahnya.

"Tidak,kau pasti bohong..." Vanessa menggeleng kuat. "...Alex,dia pasti punya nomor ponsel paman Ben!"

"Dia tidak punya ponsel." Bohong Anjani. "sifatnya yang playboy membuat ayah dan ibuku tidak lagi mengizinkannya untuk bermain ponsel."

Vanessa tidak bisa lagi menjawab.Ia masih terpaku di tempat dengan tubuh yang perlahan melemas.Bisa-bisanya,keadaan seperti ini terjadi padanya.Ia mendadak menyesal karena sudah ikut ke dalam lubang neraka ini.Reflek,Vanessa berteriak,melepaskan semua emosinya yang hampir merenggut kejiwaannya.Ia lalu menghela nafas,menatap Anjani lama,kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Anjani.

Gadis berambut sebahu itu hanya mengangkat bahu.Walaupun menyebalkan,gadis berambut ikal itu nyatanya masih menggunakan akal sehat untuk berpikir.Dengan kata lain,Vanessa lebih memilih untuk tidak pulang dengan sepasang kaki sebagai kendaraannya.

---

CRACK

Pria itu menarik pelatuknya,lalu dengan cepat mengarahkannya pada seorang wanita dihadapannya.

Ekspresi yang ditampilkan Sang wanita begitu normal.Ia sangat ketakutan sembari mundur perlahan.Dan ia mengumpat dalam hati saat punggungnya sudah menyentuh dinding kamar.

"Ingin kemana kau??"

Sang pria nampak tertawa-tawa.Wajahnya memerah dan bau alkohol dari mulutnya,menandakan bahwa ia tengah mabuk.Pria itu terus menodongkan pistolnya seperti koboi.Namun,ia tidak kunjung menembakkannya.

Sang wanita yang merasa sedikit bebas,nampak memutar otak untuk keluar dari jeratan ini.Matanya melirik kesana-kemari dan menemukan sebuah benda yang mungkin bisa menyelamatkannya kelak.

Saat ingin mengambil benda tersebut,tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh suara Sang pria yang mendadak meneriakinya.

"Apa??apa yang ingin kau lakukan??kau ingin kabur??khekehe..."

Ucapannya yang tidak jelas itu menimbulkan keringat-keringat dingin di dahinya.Sang wanita yakin,kalau ia bertindak lebih hati-hati,maka pria itu tidak akan menembakkan pelurunya.

DORR

Sebuah peluru lolos begitu saja hingga menimbulkan bunyi dengung di telinga.Sesaat setelah pistol mengeluarkan asap,saat itulah kesadarannya kembali.

Pria itu nampak pusing,pandangannya kabur dan telinganya sakit.Tubuhnya terhuyung-huyung sembari memandang sekitar dan nampak bingung saat dirinya menggenggam sebuah pistol.

Entah apa yang terjadi,matanya seketika membulat saat melihat sesosok wanita terbaring di lantai dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Saat diperiksa lebih dalam,wanita itu mempunyai sebuah luka yang amat kecil,namun mematikan hingga ke jantung.Peluru yang ditembakkan ternyata mengenai dada bagian kiri.Hingga lubang kecil tempat bersarangnya peluru tersebut menimbulkan aliran darah yang amat banyak.

Pria itu begitu kaget.Entah apa yang terjadi,ia beranggapan jika pistol yang ia peganglah menjadi penyebabnya.Disamping tubuh yang sudah tak bernyawa itu,pria tersebut menangis sejadi-jadinya.Selain kehilangan orang yang ia cintai,ia juga takut jika para polisi mencium bau-bau pembunuhan yang tidak sengaja ini.

Saat matanya melirik ke sembarang arah,ia kembali dikagetkan oleh sosok anak kecil di ambang pintu.Wajah polos itu nampak ketakutan saat melihat dirinya.Ia bahkan hendak lari saat pria itu mengangkat pistolnya.

DORR

"AAKH!"

Seakan tahu bagaiamana rasanya ditembak,Liza menjerit begitu saja.Ia kembali membuka mata dan mendapati dirinya telah berada di gudang.

Apa yang ia lihat terasa begitu nyata.Dan ia tidak bisa menyangkal,jika kejadian itu benar-benar adanya.

Sosok pria yang ada di dalam penglihatannya juga terlihat tidak asing.Liza bahkan sudah menduga siapa orang tersebut.Namun,ia lebih ingin merahasiakannya dahulu sebelum benar-benar yakin akan dugaannya.

Liza kembali merogoh kotak itu.Satu benda lagi dan ia tinggal menerawang seperti benda-benda sebelumnya.Maka ia akan mendapatkan penglihatan lagi yang mungkin lebih lengkap.

KREEK

"Liza?"

Saat ingin memulai, tiba-tiba saja pintu terbuka dan menampilkan Ben di ambang pintu.Buru-buru Liza menendang kotak berisi pistol dan mobil mainan itu ke tumpukan kardus-kardus lainnya.Sementara sepasang sarung tangan ia sembunyikan di balik tubuhnya.

"Ada apa,Liza?kenapa kau tegang begitu??" Tanya Ben yang nampak keheranan.

"Ah,tidak!aku hanya kaget saat paman tiba-tiba datang." Balasnya sembari berusaha tersenyum.

Ben hanya mengangguk.Matanya melirik ke seisi gudang.Tumpukan-tumpukan kardus yang berantakan membuat pria brewok itu mengernyitkan alis.Ia kembali memandang Liza dan bertanya mengenai tugasnya sedari tadi.

"T-tadi,aku s-sudah membersihkannya,Paman!" Balasnya gugup. "tapi,tiba-tiba saja ada dua ekor kucing masuk dan mereka berkelahi di sini." Lanjutnya kemudian menghela nafas. "maafkan aku,Paman.aku akan membereskan semua ini." Tambahnya pura-pura sedih.

"Tidak perlu meminta maaf.namanya juga kucing!" Balas Ben sembari tersenyum. "Oh,Ya!jika kau sudah membereskan semua ini,langsung duduk di ruang tamu,Ya!ada yang ingin paman bicarakan dengan kalian semua."

Liza hanya mengangguk.Ia malah berharap jika Ben secepatnya meninggalkan tempat ini.

"Baiklah.kalau begitu,paman duluan,Ya!kami akan menunggumu." Ucap Ben lagi.

Pria brewok itu keluar dari gudang,meninggalkan Liza sendiri bersama tumpukan kardus yang berantakan.Ia berharap,jika gadis berkulit cokelat itu tidak merasa kesepian karena Alex tidak membantunya.

Namun,inilah yang ditunggu-tunggu Liza.Gadis berkulit cokelat itu semakin bersemangat saat ditinggal sendiri.Satu buah lagi dan ini akan mengungkap semuanya.Tapi,ia tidak bisa melakukan penerawangan disaat seperti ini.Ben sudah menunggunya dan ia tidak ingin benda-benda ini diketahui oleh Ben.

Liza akan membereskan gudang ini kemudian berkumpul bersama Ben dan teman-temannya.Masalah sarung tangan,ia akan menerawangnya nanti-nanti.

---

Terpopuler

Comments

Sumiati

Sumiati

Hebat kau liza mudah2n cpat ketangkap penjhatnya

2021-06-17

2

Lala Ayulestarii

Lala Ayulestarii

good Liza kamu gadis yg pintar

2021-05-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!