Awal

Lagi-lagi di ruang keluarga,Vanessa kembali mendengarkan radio tua kepunyaan Anjani.Sejujurnya,dirinya masih kesal dengan kejadian semalam,terutama dengan sikap Anjani yang begitu nyolot.

Sekedar memberitahu dan juga menyarankan,tapi temannya itu malah marah-marah dan menyalahkannya.Vanessa hanya mengatakan yang sejujurnya.Ia juga tidak bermaksud menyinggung siapapun.Bukannya menemukan solusi,ia malah ikut terbawa emosi.

Vanessa menghela nafas.Liburan sekolah mereka masih panjang.Rencana awal yang mereka susun untuk bersenang-senang,kini malah menjadi kacau.Rasanya,ia ingin pulang saja ke desa,kembali memandang sawah dan juga kambing-kambing di kandang belakang rumahnya.

Suara radio yang tidak kunjung membaik dari kemarin-kemarin,membuatnya bertambah bosan.Sesaat setelah ia menghela nafas,seorang bocah laki-laki tiba-tiba saja mendekat padanya.Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang usil,sudah jelas dia adalah Al.

"Ada apa?"

"Kak,aku izin ingin main!"

"Dengan 'teman' barumu itu lagi??"

"Ya!"

Vanessa diam.Sejujurnya,ia sangat penasaran dengan wujud 'teman' baru Al yang selalu dibicarakan terus-menerus olehnya itu.Dirinya,bahkan semua orang di rumah ini,tidak pernah melihat wujud yang selalu dilihat Al.Entah nyata atau tidak,mereka hanya pura-pura percaya dihadapan bocah polos itu.

"Al,mainnya nanti saja,Ya!" Ucap Vanessa. "temani kakak dulu disini.sebentar saja~"

"Tapi,dia sudah menunggu!"

"...Dia ada di mana??"

"Di sampingku." Balas Al dengan alis berkerut. "kakak tidak melihatnya??"

Hening.Awalnya Vanessa gugup ingin menjawab apa,hingga akhirnya,ia memilih tertawa untuk melunakkan situasi.Setelahnya,ia memerintahkan Al untuk mendekat.

"Al,ada yang ingin kakak bicarakan denganmu.tapi,kau jangan marah,Ya!"

Al mengangguk,mengiyakan saja ucapan teman kakaknya itu.Hal tersebut membuat Vanessa tersenyum.

"Sama seperti yang lain,sebenarnya kakak tidak bisa melihat apa yang kau lihat." Terang Vanessa. "jadi,berhentilah bermain dengan orang yang tidak mempunyai wujud!kau mengerti maksud kakak,Kan-"

Dengan kasar,Al mendorong Vanessa hingga terjatuh.Dengan wajah yang kesal dan mata yang berkaca-kaca,tanpa sepatah katapun Al menjauh dari ruang keluarga.Ia berlari menaiki tangga lalu masuk ke kamarnya sembari membanting pintu.

Vanessa terlonjak,kemudian terdiam di tempat.Tidak ada tindakan fisik yang bisa ia lakukan kepada pintu sudah terkunci.Saat ini,kata-kata rayuan dan bujukan lah yang mungkin akan melunakkan suasana.

"Al,buka pintunya,Al!"

Dengan mengetuk cepat dan lumayan kencang,Vanessa terus berceloteh dan berharap jika bocah tampan itu akan luluh dan kembali akrab dengannya.

"Kakak minta maaf!" Ucap Vanessa. "kakak melakukan ini supaya kau sadar,jika apa yang kau lihat itu tidaklah nyata!" Jelasnya. "kakak tidak bermaksud membuat kau sedih!"

Bagai ditengah hutan,Vanessa tidak mendengar suara sautan atau apapun itu dari dalam.Samar-samar,ia hanya mendengar suara Isak tangis yang sepertinya berusaha ditahan.

Vanessa menyerah.Membujuk anak kecil yang sudah marah memang tidaklah mudah.Ia juga mempunyai adik.Dan hal ini juga sering terjadi padanya.

"Ada apa,Nes??kenapa kau berteriak??"

Tanpa disadari,Anjani dan Sasya sudah berada di sampingnya.Wajah-wajah khawatir itu kembali dibuat tenang oleh kata-kata Vanessa.

"Aku hanya memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.tapi keliatannya,dia sangat marah!"

Anjani dan Sasya saling pandang.Perbedaan pendapat,memang terasa menyakitkan jika kita tidak menanggapinya dengan pikiran tenang.Vanessa hanya bisa pasrah dan berserah pada keadaan yang akan datang.

"Dia hanya anak kecil,sebentar lagi juga lupa!" Hibur Sasya. "jangan terlalu dipikirkan." Tambahnya.

Vanessa mengangguk.Memang inilah yang harus ia lakukan,mencoba sabar dan berharap,jika Al tidak benar-benar marah padanya.

---

"Dimana,An?"

"Ini!"

Langkah mereka terhenti.Kaki-kaki telanjang itu mengarah tepat ke sebuah pintu yang ada di hadapan mereka.

Saat ini,Sasya tengah panik.Bukan karena ia kehilangan sesuatu atau apapun itu,kepanikannya justru lebih mengarah ke urusan pribadi.

Saat ingin liburan di rumah Anjani,Sasya nyatanya kurang membawa celana.Ia juga sudah mencoba semua celana teman-temannya.Namun,semua celana itu kurang melekat di pinggang Sasya.Karena tidak mau memakai celana Alex,akhirnya Anjani mencoba untuk ke kamar orang tuanya.Siapa tahu,mereka menemukan tumpukan celana lama yang mungkin sefrekuensi dengan pinggang ramping Sasya.

KREEEKK

Pintu terbuka,menampilkan sinar mentari dari dalam.Bukannya mendapat pujian indah,sinar yang berkilau itu malah mendapat umpatan kasar dari mulut Sasya.

"Sial,mataku!!" Pekiknya. "siapa yang membersihkan ruangan atas??ceroboh sekali dia tidak menutup kembali jendela ini!"

"Kamar ini tidak pernah dibersihkan."

Sasya mendelik,menatap temannya itu dengan satu mata.Raut kebingungan terlihat jelas di wajahnya.

"Kenapa??"

"Amanat dari ibuku." Balas Anjani sembari menaik-turunkan pundaknya. "Entahlah,mungkin dia hanya tidak ingin jika barang-barangnya disentuh."

"Tapi,kita ke sini,Kan ingin meminjam barangnya!" Balas Sasya sedikit kesal.

"Tapi,kau,Kan bersama aku!" Ucap Anjani. "tenang saja!dia tidak akan marah." Tambahnya.

Sasya mengangguk saja sebagai jawaban.Sebenarnya,ia tidak begitu peduli dengan amarah ibunya Anjani.Saat ini,ia hanya ingin celana.Dunianya seakan hancur jika ia berdiri tanpa memakai celana.

"Sya!"

Mendengar namanya disebut,gadis bertubuh mungil itu mendekat.Ia juga ikut jongkok di samping Anjani dan menemukan beberapa celana berjenis jeans.

"Sya..." Panggil Anjani lagi. "...karena sudah masuk,bagaimana kalau sekalian membersihkan kamar ini??debunya lumayan juga!"

Walaupun terkenal pintar di sekolah,nyatanya Anjani terlihat bodoh di depan Sasya.Gadis berambut sebahu itu sangat tahu sifat teman-temannya,apalagi sifat Sasya yang terkenal akan mulut pedasnya.Tentu saja,permintaan kecil Anjani ditolak mentah-mentah oleh Sasya.Daripada membersihkan debu yang merusak indera penciumannya,lebih baik ia mencari celana jeans yang cocok untuk penampilannya.

Malu dan kesal,Anjani hanya diam saja.Ternyata,rencana kecil yang dibuat mendadak tadi,sangat tidak berguna.Kecerdikannya tidak bisa mengalahkan mulut pedas Sasya.Alhasil,Anjani membersihkan sendiri debu-debu yang menempel cukup tebal itu sendirian.

"Wahh,Pas!!"

Seruan itu membuat Anjani menoleh.matanya menangkap ekspresi Sasya yang nampak gembira.Namun,ada sesuatu hal yang ia khawatirkan.

"Sya..." Panggil Anjani. "...apa kau tidak merasa gatal??" Tanyanya. "setahuku, celana-celana itu sudah lama disimpan dan tidak pernah dicuci.apa tidak sebaiknya,kita cuci dulu??"

Anjani merasa jijik.Wajahnya pun terang-terangan memasang tampang geli.Entah apa yang ada di dalam pikirannya,Sasya malah tertawa mengejek.

"Lumayan gatal..." Balas Sasya sembari menggaruk sisi kiri kakinya. " ...tapi kau tenang saja!ini hanya untuk sementara.nanti,aku juga akan menggantinya,Kok!"

Anjani mengangguk saja kemudian menyuruh Sasya untuk segera keluar.Hal tersebut membuat gadis bertubuh mungil ini heran.

"Kau ingin membersihkannya sendiri??" Tanya Sasya. "padahal,aku sudah berubah pikiran untuk membantu,Loh!" Ucapnya.

"Tidak,tidak usah!lain kali saja." Balas Anjani. "ayo kita pergi!" Lanjutnya.

Anjani berjalan lebih dulu.Saat ingin menutup pintu dari kamar itu,ia kembali dikagetkan dengan sikap Sasya yang mematung di tempat.Bukannya keluar dari kamar orang tuanya,Sasya malah diam dengan raut wajah yang nampak kaget.

Anjani kembali masuk,mendekati temannya itu kemudian menyadarkannya.Ia juga berkata,jika mereka harus keluar dari sini dan kembali saja ke kamar dirinya.Namun,respon Sasya semakin membuat Anjani bingung.

"Apa kau tidak menyadarinya??" Tanya Sasya.Gadis itu nampak menatap mata Anjani dengan sangat dalam.

"Menyadari apa??" Anjani yang sama sekali tidak merasakan apapun kembali dibuat bingung oleh Sasya.Mendadak,ia merasakan merinding di tengkuk lehernya.

"Mimpi itu!!" Balas Sasya. "Bukankah tempatnya sama?di kamar ini??" Sambungnya.

Anjani diam.Kebingungannya kini tergantikan oleh sebuah ingatan yang baru-baru ini sangat melekat di otaknya.Untuk memastikannya,Anjani mengedarkan pandangannya dan memeriksa setiap sudut ruangan.

Benar saja,tubuhnya kembali merinding.Entah atau karena kebetulan saja,kamar orang tuanya sangat mirip dengan ruangan yang ada di dalam mimpi buruknya.

Seorang pria dan seorang wanita yang berdiri persis di tempat mereka sekarang,seorang anak kecil di ambang pintu,dan suara tembakan yang terdengar menggema,membuat mereka kembali mengingat kejadian tersebut.Hanya saja,foto keluarga yang mereka lihat,sekarang sudah tidak ada di tempatnya.Entah karena sudah disingkirkan,atau memang foto itu tidak ada,mereka tidak tahu.

"Liza harus tahu ini!"

Sasya keluar dari kamar itu dengan cepat.Ia juga meninggalkan Anjani yang mematung ditempat.Gadis berambut sebahu itu,nyatanya masih memandang setiap sudut ruangan tersebut.Bukannya apa-apa,ia sekali lagi hanya ingin memastikan,jika kamar ini adalah kamar yang benar-benar sama seperti di dalam mimpinya.

Angin berhembus,menerbangkan dedaunan kering ke sembarang arah.Salah satu dari mereka berpisah dan masuk ke sebuah jendela yang terbuka.Tanpa disengaja,Dedaunan itu menabrak sesuatu hingga membuatnya jatuh dan tak terbang lagi.Angin yang terus berhembus kembali masuk ke jendela yang terbuka itu,menerpa sebuah wajah dengan ekspresi yang sangat tidak baik.Entah itu ekspresi takut atau khawatir,orang Itu hanya bisa diam dengan pikiran yang melayang-layang.

Sapuan angin di wajahnya yang terjadi secara berulang,membuatnya kembali tersadar.Ia berjalan cepat menuju jendela kemudian hendak menutupnya.Namun lagi-lagi,matanya kembali menangkap kejadian aneh,bahkan sangat mengerikan baginya.Sosok yang mirip manusia itu tengah berdiri di bawah salah satu pohon besar yang berada di area kebun lebat,dimana pagar putih berkarat tersebut berada.

Anjani ketakutan.Mata yang sama-sama hitam itu seolah menatapnya dengan tajam.Entah apa yang mereka pikirkan,dua sosok itu nampak menyeringai kepada Anjani.

BRAKK

Jendela ditutup dengan kencang,membuat lampu yang tergantung sedikit bergoyang.Dengan rasa ketakutan yang memuncak,ia berusaha berlari dengan kaki yang berat.Entah makhluk apa itu,Anjani sangat yakin,jika mereka bukanlah manusia.

---

Terpopuler

Comments

wawan rt

wawan rt

wah berani sekali ya mereka,masih anak" tapi suka hal yg menantang kaya gitu

2021-07-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!