Flashback

Duduk santai dalam kesendirian,ditemani setoples kacang dan secangkir air mineral,membuat kesendiriannya terasa sangat komplit.

Saat ini,Vanessa tengah mendengarkan alunan suling bernada dari sebuah radio.Musik-musik menenangkan itu hanyalah jeda dari sebuah siaran yang ia tunggu-tunggu.Hingga saatnya tiba,ia akan mendengarkan kembali siaran itu sembari mencomot kacang sebagai camilan.

Suara berisik yang kerap kali timbul di dalam radio,memang membuat hati terkadang kesal dan merasa terganggu.Tak heran,gadis berambut keriting itu selalu berdecak sembari memutar-mutar salah satu benda yang ada di radio,dengan bermaksud mengganti siaran yang lain kemudian kembali ke siaran tadi.

Aksi sibuknya itu ternyata mengundang perhatian salah satu bocah.Dengan pandangan heran,bocah yang selalu di sapa Al itu nampak bertanya-tanya.

"Kak Vanessa?" Tanyanya membua Vanessa menoleh cepat. "kenapa kakak memukul radionya??" Tanyanya lagi.

"A-ah,Tidak!"

Gugup bercampur takut,Vanessa menghentikan aksi brutalnya itu.Tangannya yang semula terkepal,kini terbuka dan mengelus halus sisi atas radio.

"Kakak hanya memberinya pelajaran sedikit,karena dia berbuat nakal!" Balas Vanessa kemudian pura-pura tersenyum.

Bocah tampan itu hanya mengangguk saja.Ia juga tidak peduli apa yang dilakukan teman kakaknya yang tidak jelas itu.Saat ini,mata dan pikirannya dipenuhi sesuatu,sesuatu yang selalu mengajaknya bermain dan merasakan kenyamanan.

Al pergi dari hadapan Vanessa,membuat gadis berambut ikal itu menghela nafas lega.Aksi kerasnya pada radio,membuatnya tak merasa bersalah.Rasa kasihannya kini menghilang saat radio itu semakin besar menimbulkan bebunyian berisik tak jelas.

Namun,aksi sibuknya itu kembali terganggu saat telinga lebarnya mendengar suara tawa anak kecil.Vanessa mempunyai adik,dan ia sangat tahu bagaimana membedakan anak kecil yang tertawa sangat senang dan pura-pura tertawa.

Vanessa berdiri dan mendekat ke sumber suara.Ia hanya ingin memastikan,jika Al memang benar-benar mempunyai teman bermain seperti apa yang dikatakan Anjani kemarin.

Namun,tebakannya salah.Gadis berambut ikal itu tidak melihat siapapun di sisi Al,baik itu sisi depan,samping,belakang,ataupun sekitarnya.Vanessa benar-benar melihat Al seorang dengan wajah yang sangat gembira.Entah mengapa,bocah itu terlihat seperti tengah mengobrol dengan seseorang.

Tak lama,Al berjalan pergi,namun tetap dengan ekspresi gembiranya dan juga tingkahnya yang seolah-olah tengah mengobrol.

Vanessa sangat penasaran dan kepo.Gadis berambut ikal tersebut begitu tidak tahan jika ada sesuatu hal ganjil menghantui pikirannya.Lagipula,radio yang terus-menerus berisik itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan.Alhasil,Vanessa lebih memilih untuk pergi dan menyelidiki Al dari belakang.

---

TAP

TAP

TAP

Langkah pelan itu adalah milik Liza.Karena semua tugas dirumah sudah mereka kerjakan, masing-masing dari mereka melakukan aktivitas yang membuat hati mereka merasa nyaman.

Liza pun begitu.Gadis berkulit cokelat tersebut sudah mempunyai rencana sendiri untuk menjelajahi rumah baru temannya ini.Mula-mula,ia mendatangi ruang tamu terlebih dahulu.Entah mengapa,Liza sangat tertarik pada lukisan-lukisan yang terpajang di dindingnya.

Dari sekian banyak lukisan,Liza lebih tertarik pada satu lukisan paling besar yang ada di sana.Paduan warna terang bercampur gelap membuat lukisan berjenis abstrak itu nampak indah di mata Liza.

Saat ingin mendekat,Liza seperti merasakan,ada sesuatu hal yang bergerak di belakangnya.Namun saat dilihat,Liza tak menemukan apapun di sana.

Liza mengusap lehernya yang mendadak dingin.Di setiap tempat,makhluk-makhluk halus memang selalu ada.Entah itu satu ataupun lebih.

Kehadiran mereka juga sering ditandai dengan hawa-hawa yang tidak mengenakkan tubuh.Mereka juga bisa langsung menampakkan diri jika mereka mempunyai energi yang besar.Namun,hal itu tak terjadi pada penghuni di rumah ini.

Liza heran,bahkan ia selalu pusing saat terus-terusan memikirkan sosok yang menempati rumah Anjani.Dari awal ia menginjakkan kaki di rumah ini,Liza hanya merasakan aura menusuk yang sangat kuat.Liza sangat yakin,jika pemilik aura itu akan sangat mudah bila menampakkan wujudnya di hadapan dirinya mauapun teman-temannya.Namun,Liza sama sekali belum pernah melihat wujud ini.

TING

TING

TING

Seperti benda logam yang dijatuhkan dari ketinggian,suara itu terus berbunyi hingga akhirnya berhenti saat benda tersebut menyentuh lantai yang rata.

Karena seorang diri di lantai bawah,indera pendengaran Liza mendadak lebih tajam.Ia menghampiri suara dentingan itu yang ternyata berasal dari tangga.

"Kalung??"

Liza bergumam bingung.Sebuah kalung nampak bersantai di lantai.Warna keemasannya nampak berkilau saat terkena sinar mentari.

Liza mendongak,mencari siapapun diatas sana yang mungkin saja tidak sengaja menjatuhkan barang mereka.Namun,lantai kedua rumah Anjani ini tidak menghadirkan siapapun di atas sana.

Liza menunduk,mengambil kalung itu kemudian menggenggamnya.Lalu,sesuatu hal yang pernah terjadi,kembali terulang padanya.

Tiba-tiba saja,Liza mendadak tersentak.Kemampuan 'istimewanya' mendadak hadir dan tanpa permisi,menampilkan sebuah peristiwa kepada Liza.

---

"Lagi??" Ucap Al dengan nada yang terdengar malas. "Bagaimana kalau kakakku melihat??aku akan dimarahi lagi." Ucapnya lagi.Kali ini,bocah tampan itu nampak menunduk dan cemberut.

Tanpa ia sadari,semua aktivitasnya itu sudah dipantau Vanessa sedari tadi.Gadis berambut ikal itu sampai heran,kenapa Al sangat menyukai tempat ini.

Saat ini,mereka kembali lagi ke kebun belakang rumah,dan berdiri tepat di depan gerbang tinggi berkarat tersebut.Perannya yang mendadak seperti Intel itu nampak sangat mendalami.Sejauh ini,Vanessa menemukan keanehan pada diri Al.

Adik bungsu Anjani itu terlihat tertawa dan berbicara sendiri.Entah pada siapa,namun pandangannya selalu mengarah pada sisi kirinya.

Bukan hanya itu,Al selalu membicarakan jika ada sebuah rumah dibalik gerbang tinggi itu.Dan sekarang,ia tengah berbicara lagi untuk membuka pintu gerbang tersebut.

Al diam.Nampaknya,otak kecilnya itu tengah berpikir.Entah sampai batas mana pemikirannya mengenai gerbang tersebut,Vanessa yakin jika Al akan menyerah kemudian berbalik arah dan kembali ke rumah.

"Baiklah,kita manjat saja!"

Seruan Al yang tiba-tiba itu membuat Vanessa hampir keluar dari tempat persembunyiannya.Pemikiran yang bahkan tidak terpikirkan olehnya membuat Vanessa tercengang.Rasa paniknya mendadak timbul saat Al benar-benar memanjat pagar tersebut.Alhasil,ia keluar dari rerimbunan semak yang menjadi markas dadakannya.

"AL!"

---

Seakan ditarik kemudian dihempaskan,Liza mendadak berada di sebuah tempat yang menurutnya asing saat ia membuka mata.

Dihadapannya,berdiri seorang pria yang membelakanginya.Pria tersebut nampak melakukan sesuatu di depan sana.Beberapa saat kemudian,muncullah seorang wanita yang berada di hadapan pria tersebut.Wanita itu berjalan ke samping lalu menuju ke cermin.Wanita itu nampak gembira saat melihat kalung yang menggantung di lehernya.

Liza mengernyit.Kalung itu adalah kalung yang barusan ia temukan.Dengan melihat ini,Liza jadi mengerti siapa pemilik kalung tersebut.

Pria tersebut mendekat.Jarak wajah mereka sangat dekat.Liza yang berdiam diri hanya bisa membulatkan matanya saat keduanya tengah melakukan perbuatan awal bagi suami isteri.

Liza memejamkan matanya dan menolak untuk melihat ini.Ia harus kembali sebelum peristiwa ini meracuni mata dan otaknya.

Seakan kembali tertarik kemudian terhempas,Liza tersentak kemudian membuka mata.

"Syukurlah!" Ucap Liza lega.Nafasnya turun-naik.Akhirnya,ia bisa kembali ke dunia nyata.

Hal yang barusan ia lakukan adalah salah satu kemampuan 'istimewa'-nya,yaitu Liza bisa melihat flashback dari suatu benda.Biarpun Liza mempunyai kemampuan ini,bukan berati ia akan mendapatkan flashback dari apa yang ia sentuh.Kemampuannya ini akan timbul,jika benda-benda tersebut hanya memiliki aura peristiwa kelam yang sangat kuat.

"Tapi,kalung ini punya siapa?ataukah penghuni rumah terdahulu?"

Liza bertanya-tanya sembari berpikir.Asumsinya itu mungkin saja benar.Jikalaupun itu kepunyaan ibu dari Anjani,tentu saja bukan.Liza tahu betul wajah Anjelita dan sosok wanita yang ia lihat memiliki perbedaan yang sangat jauh.

"Tanya paman Ben saja,Lah!" Ucapnya kemudian.

---

"Hay,Semuanya!paman bawa sesuatu untuk kalian!"

Ben berteriak membuat penghuni rumah keluar dari sarang mereka.Anjani,Sasya,Liza,dan Alex nampak buru-buru menuruni anak tangga.Mata mereka nampak berbinar saat Ben menunjukkan berbagai camilan yang berjumlah banyak.

"Dimana Al dan Vanessa?"

Ben menatap mereka yang juga menatap dirinya.Berbagai jawaban yang memiliki arti sama,membuat Ben mendadak diam.

"Paman!!"

Teriakan yang tidak asing itu membuat Ben menoleh.Bocah tampan itu nampak berlari-lari kecil menghampiri Ben,kemudian memeluknya dengan perasaan rindu.

"Dari mana saja,Kau?paman mencarimu dari tadi!" Ben mencubit gemas pangkal hidung Al,membuat bocah itu tertawa senang.

"Bermain-"

"Bersamaku!"

Ben dan juga yang lainnya nampak memandang heran Vanessa.Gadis berambut ikal itu nampak gugup.Ia bahkan tersenyum tidak jelas sekarang.

"Yasudah.yang terpenting,kalian semua dalam keadaan selamat!" Ucap Ben sembari tersenyum. "Oh,ya,Al!paman punya banyak permen!apa Al mau?"

Al mengangguk semangat.Ia bahkan memilih sendiri permen-permen tersebut dari kantung-kantung plastik yang dibawa Ben.

Kehadiran Ben kembali menciptakan suasana hidup di dalam rumah itu.Walaupun tidak mewah,nyatanya Ben mampu membahagiakan anak-anak tersebut sesuai keinginannya.

---

Terpopuler

Comments

Càröliné Gie White

Càröliné Gie White

Like dari Misteri Penunggu Lantai 4 dan Pembalap Idola.. Jangan lupa mampir

2021-06-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!