Rumah Baru

Langit kembali cerah.Kicauan burung terdengar sangat jelas.Entah karena memang masih pagi atau tidak ada lagi penghuni lain,suara-suara alam seperti itu lebih jelas terdengar.

Layaknya ibu rumah tangga biasa,Anjelita kembali jatuh ke dapur.Pagi-pagi buta sekali ia sudah bangun dan menyiapkan makanan.Saat langit sudah mulai terang,ia membangunkan satu per satu orang dan mengajaknya untuk sarapan bersama.

Klontang-klonteng bunyi dentuman antara sendok dan piring memenuhi area dapur.Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara.

Setelah mengisi perut,masing-masing dari mereka bergerak meninggalkan dapur dan melakukan aktivitas yang menyangkut tubuh masing-masing.

Lain halnya dengan Anjani.Gadis berambut sebahu itu masih berada di dapur.Dirinya berkutat dengan tumpukan piring dan gelas.Kegiatan semacam ini memang sudah biasa ia lakukan.Malahan,ada pertandingan mencuci piring di desanya dulu.Beruntungnya,Anjani mendapatkan juara 1 tingkat desa.

"Anjani..."

Gadis berambut sebahu itu menoleh.Ia menjawab panggilan ibunya tersebut kemudian menghampirinya,sesaat setelah membilas tangannya dengan air.

"Ada apa,Bu?"

"Apa kau tau,alasan mengapa kita pindah dari desa?"

"Tidak." Balas Anjani singkat. "Memangnya kenapa?" Tanyanya lagi.

"Ibu dan ayahmu diajak bekerja sama dengan sebuah perusahaan."

Sewaktu mereka masih bertempat tinggal di desa,ada seorang pria yang datang ke warung makan mereka.Tanpa sengaja,pria tersebut melihat Fadhil yang saat itu tengah sibuk berkutat dengan sebuah komputer.Saat itu pula,keberuntungan Fadhil mendadak hadir.

Pria yang tak lain adalah seorang pekerja dengan jabatan Marketing di sebuah perusahaan itu,sangat kagum dengan gaya bicara Fadhil.Selain itu,sikap baik dan ramah yang ada pada diri Fadhil membuat pria bertubuh gemuk itu yakin,jika Fadhil pantas untuk bergabung di perusahaan Bos-nya

"Wah,hebat!!" Ucap Anjani kagum. "tapi,kenapa kita harus pindah?" Tanyanya lagi.Hal inilah yang membuatnya sedikit bersedih.

"Karena uang." Balas Anjelita singkat.

Kala itu,kegembiraan Fadhil dan Anjelita mendadak terhenti,disaat mereka mendengar tentang modal yang harus dikeluarkan.

Perusahaan itu terletak di pusat kota.Jika mereka ingin benar-benar bergabung,mereka harus berangkat ke kota dan pastinya akan membutuhkan uang untuk bertahan hidup.

Satu hari full mereka memikirkan tentang masa depan,dan mereka diberi waktu sampai hari esok.Karena ingin mencoba dan juga tidak ada cara lain,Fadhil dan Anjelita memutuskan untuk menjual rumah mereka untuk dijadikan modal.

Awalnya,Fadhil mengusulkan untuk tinggal di rumah orang tuanya sampai mereka bisa membeli rumah lagi.Tapi,usul itu tidak disetujui oleh Anjelita.Beruntungnya,Salah satu teman Fadhil menawarkan sebuah rumah bekas peninggalan orang tuanya dengan harga yang terjangkau,dialah Ben.

"Uang dari hasil menjual rumah ternyata banyak.selain cukup untuk modal,ternyata juga cukup untuk membeli rumah baru.kau tau,Anjani?sekarang,uangnya sekarang masih bersisa."

Anjelita tersenyum membuat Anjani bertambah kagum.Entah kenapa,akhir-akhir ini mereka selalu mendapat keberuntungan.Entah karena kebaikan masa lalu,atau memang masa keburukannya saja yang belum datang.

"Anjani," Panggil Anjelita lagi. "ibu dan ayah akan ke kota besok lusa.ibu tidak tahu sampai kapan kami berada di sana.tapi,jika ibu dan ayah sudah diterima dan mendapatkan pekerjaan itu,secepatnya kami akan pulang!"

Hening.Anjani hanya diam tanpa menjawab.

"Ibu titip Alex dan Al padamu." Ucap Anjelita lagi.

Merasa tidak enak jika harus diam dan mendengarkan saja,Anjani menggangguk sebagai respon.

"Ya,bu,jangan khawatirkan mereka." Ucap Anjani. "semoga ibu dan ayah diterima bekerja di sana!" Sambungnya.Ia tersenyum membuat Anjelita mendekat dan memeluknya.

---

Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak-anak rambut mereka dengan lembut.Pagi hari yang ditemani secangkir kopi,memang membuat mood meningkat.Apalagi lingkungan yang sepi dan menyejukkan,membuat siapa saja akan merasakan ketenangan tiada tara.

Rumah ini benar-benar berdiri sendiri.Tidak ada rumah lain,dan tidak ada orang-orang yang biasa disebut dengan tetangga.Lingkungannya juga terbilang lebih menjurus ke hutan.Karena jika mereka berjalan lebih lurus lagi,mereka akan menemukan papan kayu pembatas,yang didalamnya tumbuh berbagai pohon dan juga semak belukar yang lebat.Mungkin saja,ada banyak hewan hutan liar di dalamnya.

Duduk santai sambil menikmati secangkir kopi bersama teman,ternyata memang lebih menyenangkan.Obrolan basa-basi yang dibicarakan sejak tadi nyatanya belum menunjukkan tanda-tanda kebosanan.Mereka malah gencar bercerita sembari sesekali tertawa lebar.

"Bagaimana kabar orang tuamu,Ben?apa mereka sehat?" Tanya Fadhil sesaat sebelum menyeruput kopinya lagi.

"Syukurlah,mereka masih dalam kondisi yang baik." Balas Ben.

"Apa mereka juga tinggal bersamamu?di pusat kota?"

"Ya!"

"Wah,ternyata kau sama saja seperti dulu,ya,Anak manja!"

Fadhil tertawa membuat Mas Yono - salah satu tetangga yang membantunya pindah-pindah rumah - terlihat ikut tertawa walaupun sedikit canggung.

Yang Fadhil tau,dari dulu Ben memang anak rumahan.Ia bahkan tidak berani keluar jika matahari bersinar sangat terik.Jika keluarpun ia harus mendapatkan izin dari orang tuanya, terutama ibunya.

"Oh,ya,Ben!" Ucap Fadhil tiba-tiba. "apa kau sudah menikah?"

Hening.Baik Ben maupun Mas Yono tidak ada yang bersuara.Mereka mendadak diam dengan bentuk ekspresi wajah membingungkan masing-masing.Terutama Ben yang membuat Fadhil mengerutkan alisnya heran.

"Kenapa wajahmu pucat seperti itu?kau sakit??" Tanya Fadhil membuat Ben sedikit tersentak.

"A-ah,tidak!hanya saja,angin disini membuat tubuh sedikit menggigil."

Ben terkekeh sembari menggaruk kepala.Entah kenapa,seperti ada sesuatu hal yang tersimpan di kepala bulatnya itu.Dan Fadhil juga merasakannya.

"Kau belum punya isteri??"

Fadhil kembali bertanya.Nampaknya,pertanyaan inilah yang membuat temannya itu sedikit gugup.

"Belum." Balas Ben singkat. "padahal,mama sudah memberikan wanita-wanita terbaik dengan karier yang bagus.tapi,entah mengapa aku tidak tertarik."

Laki-laki brewok itu menunduk,meratapi nasibnya yang entah bagaimana.Dengan umur yang sudah mencapai 35 tahun dan ia belum mendapatkan isteri untuk membahagiakan orang tuanya.

"Kudoakan,semoga kau cepat mendapatkan jodoh.kau tidak akan menolak jika jodohmu itu bukan dari anak orang kaya,Kan?"

Ben mendongak.Matanya yang mendadak bulat itu perlahan mengangguk sembari tersenyum.Apapun jodohnya nanti,ia akan menerimanya dengan senang hati.

---

Langit semakin terang,matahari pun semakin meninggi.Kedua pria baik yang pernah ia temui itu,ternyata berniat untuk pulang.Sebelumnya,Fadhil sudah membujuk mereka untuk kembali menginap.Namun,mereka menolaknya dengan halus.

"Kasihan isteriku,dia pasti rindu denganku." Ucap Mas Yono dengan senyum malu-malu.

Fadhil dan Ben hanya mengangguk saja sebagai jawaban.Mereka juga tidak ingin membicarakan terlalu panjang mengenai hubungan suami isteri.

"Oh,ya,Ben!" Panggil Fadhil tiba-tiba. "bisakah kau mecarikanku mobil taxi?aku memerlukannya besok."

Karena Fadhil sudah menceritakan alasan mengapa ia pindah,Ben jadi tau kalau Fadhil dan isterinya tengah mencari pekerjaan di pusat kota.

"Baiklah!akan kukirimkan satu mobil taxi untukmu pagi-pagi sekali.jangan khawatir!" Balas Ben.

Setelah berpamitan,mereka akhirnya masuk ke dalam mobil masing-masing.Kedua pengendara itu terlihat melambaikan tangan sebelum benar-benar pergi dan meninggalkan asap kendaraan yang mengepul di jalanan.

---

Terpopuler

Comments

Rafa Aqif

Rafa Aqif

ooommmmmoooo... Yaa ALLAH... anak2 nya D tinggal.. duuhh... bismilllaaah.. semoga g papa...

2021-11-22

2

Queenzila Nefi

Queenzila Nefi

of gw udh fight gw ygdlj udu

2021-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!