Hilangnya Al

Rumah yang terletak bersebelahan dengan kawasan hutan itu,nampak kembali hidup dengan adanya beberapa penghuni di dalamnya.Rumah itu juga bergembira,saat penghuni-penghuni tersebut membersihkan tubuhnya.Jika saja ia dapat berbicara,sudah lebih dulu ia akan mengucapkan terima kasih.

Setelah mengisi perut dengan tumpukan sayur,mereka mulai bergegas melakukan tugas masing-masing sesuai apa yang diucapkan Ben.

Karena ahli di bagian dapur,Liza dan Vanessa diberi kepercayaan untuk mengurus dapur beserta bahan makanan dan juga memasak.Ben sudah melihat hal itu.Ia merasa puas saat menguji coba kuah sup dengan lidahnya.

Sementara itu,Anjani dan Sasya dipercayakan untuk membersihkan seluruh bagian rumah.Awalnya mereka membantah karena rumah ini sangat besar dan juga luas.Mereka juga beralasan,jika dua manusia saja tidak cukup untuk melakukannya.Sebagai orang yang paling dewasa,Ben mencari jalan lain.Hingga akhirnya,ia menemukan ide cemerlang.

"Begini saja,seluruh rumah ini kalian yang akan tanggung jawab.entah apapun itu pekerjaannya,kalian saling membantu.sementara tugas paman hanya memeriksa keadaan rumah ini dan memberi kabar kepada orang tua Anjani,bahwa rumah mereka dalam keadaan baik-baik saja."

Meskipun sedikit kesal,Liza dan Vanessa tetap menyetujui usulan yang sangat mendadak itu.Entah apapun yang terjadi selanjutnya,mereka hanya berharap,jika keadaan akan baik-baik saja walaupun Ben meninggalkan rumah ini.

Berbeda dengan Alex,bocah jangkung itu hanya menerima tugas yang lumayan simple dan sudah biasa ia lakukan selama di desa.Dengan membakar bertumpuk-tumpuk sampah hingga menunggunya sampai padam,tugasnya akan terselesaikan sudah.

Namun,nampaknya Alex tidak mengerti betul sifat kakaknya yang jahil.Gadis berambut sebahu itu pasti melakukan berbagai cara, supaya Alex ikut membantunya membersihkan seisi rumah.

---

Suasana sore memang membuat siapa saja akan merasakan ketenangan.Apalagi dengan ditemani secangkir kopi atau teh.Berbeda halnya dengan Al.Bocah tampan itu lebih memilih secangkir susu yang lebih dianjurkan untuk anak-anak seusia dirinya.

Dari siang hingga sekarang,manusia yang paling santai di rumah itu adalah Ben dan Al.Mereka sama sekali tidak melakukan pergerakan-pergerakan berat seperti apa yang dilakukan oleh Anjani dan juga antek-anteknya.Tugas mereka hanya mengawasi,menertawai jika ada yang tersandung,serta mengompori jika ada hati yang tengah panas.Maka,tak heran jika Anjani dan antek-anteknya terkadang tengah mengatur nafas karena lelah menahan emosi.

Namun,usaha keras mereka terbayar sudah saat melihat hasilnya.Seisi rumah yang tadinya sedikit berdebu,kini nampak bersih dan mengkilap.Entah pembersih lantai apa yang digunakan Anjani dan Sasya,sehingga sofa-sofa mereka nampak bersinar saat diterpa cahaya.

Ben mendadak bangkit,membuat anak-anak tersebut juga mengikuti gerakannya.Dengan senyuman yang terpancar di wajah,Ben ingin berpamitan pulang ke rumah.

"Loh,Paman!" Ucap Anjani. "Sebentar lagi malam.apa paman yakin ingin pulang sekarang??" Tanya Anjani.

Suasana sore memang sudah berganti menjadi senja,bahkan langit pun sudah membentuk garis-garis gelap.Namun nampaknya,Ben tidak memperdulikan hal tersebut.

"Yakin!" Balas Ben. "Kalian tau?skill paman dalam berkemudi sangatlah baik!walaupun ngebut,paman tidak akan menumbur orang!"

Ben berkata seolah dia pernah menjadi juara dunia pembalap profesional.Entah apa lagi yang dibayangkannya,Anjani dan antek-anteknya hanya mengiyakan saja supaya mereka tidak durhaka dan dikutuk.

"Baiklah,paman pulang dulu,Ya!kalau ada apa-apa,langsung saja telepon paman."

Kali ini,Anjani dan yang lainnya kembali mengangguk,mengangguk dengan semangat.Namun,mereka mendadak terdiam saat Ben kembali berucap.

"Al mana?"

Hening.Semuanya diam sembari saling pandang.Mereka juga melihat sekeliling dan tidak juga menemukan Al disana.

"Kupikir,dia bersama paman,Tadi." Ucap Alex sedikit gugup saat semua pasang mata menatap ke arahnya.

Ben setengah berlari memasuki rumah,mencari di semua ruangan yang bisa ia raih dalam waktu singkat.Namun,ia juga tidak menemukan Al disana.

"Kita berpencar!cepat cari Al!" Teriak Ben.Sikap cool nan menyenangkan yang selama ini ia tunjukkan kini mendadak buyar.Wajah panik bercampur marah tersebut sudah mengisyaratkan,jika mereka harus segera bergegas.

Langit sudah hampir gelap,matahari juga sudah tenggelam sebagian.Namun bocah tampan itu juga belum ditemukan.Entah apa yang terjadi,mereka sama sekali tidak tahu.

Anjani tak henti-hentinya terisak,Alex pun tak henti-hentinya menenangkan kakaknya.Saat ini,pikiran mereka dipenuhi hal-hal negatif, membuat akal sehat mereka tertutup secara perlahan.

Sebagai teman,Liza,Sasya,dan Vanessa hanya bisa menenangkan mereka.Semua usaha sudah mereka lakukan,namun tetap tidak membuahkan hasil.

"Coba kalian ingat-ingat,dimana tempat biasa Al bermain."

Ucapan Liza membuat Anjani berhenti terisak.Dirinya diam dengan pandangan mata yang menerawang.Entah apa yang dipikirkannya,tiba-tiba saja Anjani bangkit dari duduknya.

"Aku tau dimana,aku tau!!"

Dengan sangat antusias,Anjani mengambil langkah cepat meninggalkan orang-orang yang berkerumun di ruang tamu.Ia keluar dari rumah,membuat Ben dan yang lain juga ikut menyusul Anjani.

---

Lorong kecil di samping gudang,yang apabila ditelusuri akan membawa siapa saja kepada sebuah kebun lebat layaknya hutan.

Seperti pemimpin,Anjani melangkah hati-hati dengan tangan mengibas cepat dedaunan yang menghalanginya,membuat orang-orang yang mengikutinya tidak perlu bersusah payah melakukan apa yang ia lakukan.

Alex juga baru mengingatnya saat melihat tempat ini.Ingatan ketika ia melihat Al di depan sebuah gerbang tinggi membuatnya yakin,jika bocah tampan itu sedang bermain dengan teman barunya.

Langkah Anjani mendadak terhenti,membuat orang-orang itu juga ikut berhenti.Dan mereka juga melihat apa yang Anjani dan Alex pikirkan.

Di hadapan mereka,berdiri sebuah gerbang tinggi dengan kondisi kusam tidak terawat.Pandangan mereka juga tidak melihat hanya sebatas itu.Mata mereka melihat Al yang tengah berdiri disana,seperti layaknya momen terdahulu.

"Al!"

Anjani berlari menghampiri adik bungsunya itu,memeluknya,kemudian mengusapnya seakan-akan Al baru saja ditemukan setelah beberapa tahun lamanya.

"Kenapa kau ada di sini lagi?!" Sentak Anjani. "Jangan pernah datang ke sini lagi!kalau kau hilang,Bagaimana?!"

Langit yang sudah sepenuhnya gelap itu menunjukkan sikap keras Anjani kepada Al.Ia melakukan ini supaya bocah tampan itu mengerti ketakutan dan kekhawatirannya.

Namun,Al yang masih kecil itu nyatanya belum mengerti apapun.Mata yang hampir menangis itu hanya bisa menangkap sisi jahat Anjani yang mendadak marah-marah padanya.Dengan tubuh bergemetar,bocah laki-laki itu ternyata juga menangis dalam diam.

Semuanya diam,semuanya hanya menonton dan bingung ingin mengambil tindakan apa.Satu-satunya cara,hanya Ben yang bisa memberi perintah.

Pria brewok itu nampak melerai.Sebetulnya,ia juga bingung dengan situasi ini.Entah harus membela yang mana,semuanya nampak serba salah.

"Ayo kita pulang!"

Ben berbalik,menggendong Al tanpa paksaan,lalu keluar dari area itu secepat mungkin.

---

Terpopuler

Comments

senja

senja

iya sih, susah dianggapnya marah2 padahal jantungnya copot

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!