Kerasukan

Sore menjelang.Matahari sedikit demi sedikit perlahan tenggelam.Seperti biasa,mereka berkumpul di ruang tamu dan memberi salam perpisahan kepada Ben yang ingin pulang.

Sebelum itu,Ben baru saja selesai memberi obat pada tubuh Alex yang terdapat luka bakar.Angin kencang yang timbul tadi sore,membuat api bergejolak.Alex berusaha menghindar,namun kegesitannya kalah cepat dengan hembusan angin kencang.Alhasil,sebagian tubuhnya terkena percikan api yang membara.

"Oh,Ya!" Serunya tiba-tiba. "dimana Al?" Tanyanya.Ia juga baru menyadari,jika Al tidak bersama mereka sedari tadi.

"Dia ada di kamar." Balas Vanessa. "sepertinya,ia masih marah padaku." Sambungnya.

"Kenapa dia marah padamu?kau membuatnya kesal??" Tanya Ben.

"Bukan."

Vanessa memandang semua orang, terutama Liza dan Sasya.Mereka nampak panik saat Vanessa ingin mengatakan hal yang sebenarnya.Ia tahu,ucapannya ini akan membuat Ben kembali terkejut.Namun,ia sudah tidak tahan lagi dengan ketidakjelasan ini.

"Akhir-akhir ini,Al bertingkah aneh.dia suka tertawa dan bermain sendiri.Al juga bilang,jika dia mempunyai teman baru yang tinggal di belakang rumah ini." Vanessa diam kemudian menghela nafas. "aku bahkan pernah memergokinya saat dia menaiki gerbang putih itu untuk mencoba masuk."

Semua orang nampak terkejut.Pengakuan Vanessa yang baru saja diucapkannya,membuat Anjani menganga.

Emosinya memuncak,kepalanya pusing disertai bubuk-bubuk kebingungan.Ia yang tidak tahu apa-apa dan mendengar hal barusan,membuat dirinya seakan merasa bersalah.

"Apa lagi yang kalian sembunyikan?"

Tangannya bergetar,mencoba menahan emosi yang hampir meledak.Ia mengangkat kepalanya lalu memandang semua orang yang ada di sana.Tatapan-tatapan ketakutan begitu terlihat jelas di mata Ben.Jelas sekali jika mereka tidak akan bicara.Sepintas,ingatan masa lalu hadir di pikirannya.Tatapan takut itu membuat dirinya tertegun,lalu perlahan emosinya menurun.

"Dengar,jangan menyembunyikan apapun dariku,meski itu hal yang kecil!" Ucap Ben. "paman memang tidak menjaga kalian seharian.tapi paman sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kalian." Sambungnya. "jadi,jangan buat paman khawatir lagi!" Tambahnya.

Ben berdiri,melangkah sedikit cepat menuju kamar Al.Menurut informasi dari Vanessa,bocah polos itu tidak keluar dari kamarnya setelah ia marah pada gadis tersebut.Hal tersebut membuat Ben kembali khawatir.

"Al?"

Ben mengetuk berulang kali dan juga memanggil namanya berkali-kali.Namun,Ben tidak mendapatkan jawaban.Yang ia dengar hanyalah kesunyian malam dan para jangkrik yang berkoar ramai.

"Al,paman ingin pulang.apa kau tidak ingin memeluk paman?"

Lagi-lagi,ucapan Ben hanya disapu angin.Ia bahkan tak mendengar sama sekali suara gaduh orang menangis.

Ben mencoba membuka pintu kayu itu.Namun,pintu tersebut terkunci.Kekhawatirannya mendadak berubah menjadi panik.

"Jika kau tidak mau membukanya,paman akan mendobraknya!" Ben mengetuk pintu itu dengan keras sembari mendorongkan dirinya ke benda itu. "Al!!"

Ben terus berusaha mendobrak.Namun,tubuhnya kalah kuat dengan pintu itu.Ia akhirnya pasrah karena bahu sisi kanannya terasa sangat berdenyut.

KREEK

Kejadian tak terduga,pintu itu mendadak terbuka.Walaupun hanya memberi celah yang sedikit,tapi Ben dapat melihat sebagian wajah Al di sana.

"Al?" Ben tersenyum.Ia membuka pintu itu lebih lebar lagi kemudian memeluk bocah itu dengan sayang.

"Tidak baik mengurung diri di kamar,Al.jangan membuat kakak-kakakmu khawatir!"

Ben terus berceloteh sembari terus memeluknya.Ia tidak peduli jika Al tidak merespon pelukannya atau ucapannya.Ia hanya ingin menyadarkannya supaya tidak bertindak seperti ini lagi.

"Kau tidak rindu denganku..."

Ben terdiam.Pergerakan mengusap yang dilakukan tangannya pada punggung Al mendadak terhenti.Matanya membulat saat mendengar suara tersebut.

"...Papa?"

Ben melepaskan pelukannya,lalu memandang wajah dari bocah tersebut.Seakan ingin dihujam dengan batu,Ben berteriak dengan sangat keras.

"AKKH!!!"

Seluruh penghuni yang ada di bawah mendadak terkejut mendengar teriakan tersebut.Suara barusan,membuat reflek mereka bekerja dengan cepat.Mereka berlari menaiki tangga dan menuju ke sumber suara.Disana,mereka menemukan Ben yang tengah meringkuk ketakutan.

"Paman,paman kau kenapa??paman!!"

Mereka mencoba menyadarkan Ben yang masih ketakutan.Terlihat jelas sekali jika pria itu sangat trauma.Entah apa yang terjadi,Liza dan teman-temannya nampak iba melihat tubuh yang bergetar itu.

"Tadi...aku-melihat..."

Ben menunjuk-nunjuk kamar Al dengan takut.Hal tersebut membawa mata Anjani mengarah pada pintunya.Pintu yang terbuka sedikit itu langsung dilebarkan oleh Anjani.Dan di dalam sana,mereka melihat Al yang tengah berbaring di atas kasur.

Untuk memastikan lebih lanjut,Anjani dan Sasya memasuki kamar tersebut.Mereka memandang wajah Al yang rupanya tengah tertidur pulas.Wajah tenangnya membuat mereka yakin,jika Al sudah tidur sedari tadi.

"T-tidak mungkin!" Sangkal Ben. "lalu...yang aku peluk tadi,Siapa??" Tanyanya pada semua orang.

Mereka tidak terkejut sama sekali.Kejadian seperti ini memang sering menimpa mereka,kecuali Alex.

"Mungkin,paman bertemu dengan teman 'misterius' Al.orang yang baru saja kita bahas di bawah." Balas Vanessa.

Ben diam,matanya masih membulat,nafas dan tubuhnya juga masih bergemetar.Ia tidak percaya apa yang ia lihat.Fisiknya memang menyerupai Al.Namun,wajahnya yang mengerikan membuat bocah itu tidak setampan Al.

"P-paman pulang dulu."

Ben bangkit dari posisi memalukannya, kemudian tergesa-gesa menuruni tangga.Tidak ada yang berani mencegahnya.Pria brewok itu akan tetap pulang walaupun jam sudah melewati angka 7.

Merasa tidak enak,Anjani ikut tergesa-gesa menyusul Ben.Biar bagaimanapun,ia harus memberikan salam perpisahan dan doa-doa selamat kepada pria yang selalu menjaga mereka itu.

---

Pukul 21.00 adalah waktu yang normal untuk manusia tidur.Namun,hal itu tidak berlaku pada orang-orang yang menghuni rumah ini,kecuali Alex.Di ruang tamu,mereka kembali berkumpul untuk membahas berbagai hal mengenai kejadian-kejadian tak masuk akal yang akhir-akhir ini terjadi.Dari obrolan inilah, rahasia-rahasia mereka akhirnya terbongkar.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika Al ingin memasuki gerbang itu??" Tanya Anjani. "jika saja kau memberitahuku,dia tidak akan bisa bermain dengan teman hantunya itu lagi!dia tidak akan marah padamu dan dia juga tidak akan mengunci dirinya di dalam kamar!"

Vanessa hanya diam.Entah mendengar atau tidak,ia hanya memainkan jari-jarinya sembari menyender di sofa.

"Kau juga membuat kesalahan besar disini." Sela Liza. "bukankah aku sudah bilang,jika kita akan merahasiakan hal ini kepada paman Ben?lalu,mengapa kau membongkarnya tepat di hadapan kami??" Liza menjeda ucapannya sembari memandang Vanessa yang hanya diam. "kau benar-benar membuatku kecewa-"

"Aku sudah tidak tahan!!"

Vanessa tiba-tiba angkat bicara dengan nada yang meninggi.Tubuhnya tegak dengan mata yang melotot menatap mereka semua.

"Aku tidak pernah melihat apa yang kalian lihat!aku bahkan menganggap diriku gila jika harus mengakui teman hantunya Al!dan aku bisa bertambah gila jika tidak mengadukan hal ini pada paman Ben!!"

Vanessa bicara terang-terangan.Kali ini,ia tidak ingin diam saja.Ia merahasiakan tingkah Al karena tidak ingin melihat bocah itu dimarahi habis-habisan oleh Anjani.Ia memberitahukan hal ini kepada Ben,karena ia tidak ingin mereka yang ada di sini dalam bahaya.Menurut informasi yang pernah ia dengar,roh-roh penasaran seperti itu lebih berbahaya daripada hantu-hantu biasanya.

Vanessa memang hidup di desa.Namun, keluarganya sangatlah modern.Sejak kecil,ia dan saudara-saudaranya sangat dijauhkan dari hal-hal berbau ghoib.Jadi tak heran,jika Vanessa selalu berfikir positif dalam menghadapi masalah apapun.

Vanessa bangkit dari tempatnya.Dengan wajah yang dingin,Ia menatap Teman-temannya yang mendadak diam.

"Aku tidak betah di sini.aku ingin pulang besok." Ucapnya.Lalu,ia melangkah pergi menuju tangga untuk masuk ke kamar dan beristirahat.Menyambut hari esok pasti sangatlah melelahkan.

"AARGGHTT!!!"

Baru saja ingin menginjakkan kaki pada anak tangga pertama,Vanessa mendengar suara teriakan dari lantai atas.Suara khas anak kecil itu membuatnya langsung mengingat Al.Bukan hanya dirinya,Anjani dan yang lainnya mendadak datang dan mendahului dirinya menuju lantai atas.Terkejut,panik,dan bingung,semuanya tercampur menjadi satu.Dengan cepat,Vanessa mengikuti mereka dari belakang.

Di depan kamar Al,Anjani buru-buru menggedor pintunya.Perasaan aneh kembali datang saat mengetahui pintu tersebut terkunci.Padahal,mereka hanya menutupnya sesaat setelah Ben beranjak pergi.

"Bagaimana ini??"

Tentu Anjani sangat panik.Di dalam sana adiknya berteriak-teriak tidak jelas.Ia bahkan belum pernah mendengar jeritan sekeras itu.

Liza mengambil alih.Ia menggeser tubuh Anjani kemudian mencoba untuk mendobrak pintu.Percobaan pertama memang tidak membuahkan hasil.Namun,percobaan ketiga disertai teriakan semangat membuat pintu berbahan dasar kayu itu terbanting sangat kencang.

"Al!!"

Dengan cepat,Anjani menghampiri Al yang nampak buas di atas kasur.Ia meloncat ke sana kemari layaknya monyet.Suara teriakannya bertambah melengking, sampai-sampai,Anjani menutup telinga karena terkejut.

"Al!!"

Anjani berusaha memegang Al,namun kekuatan bocah itu sangat luar biasa.Ia tidak bisa menyentuh Al sama sekali.Selain liar,wajahnya juga sangat menyeramkan.

"Menyingkir!dia kerasukan!"

Liza tiba-tiba saja datang dengan wajah yang meringis.Sembari memegang pundak sisi kanannya ynag berdenyut,ia memandang Al dengan tatapan tajam.

Dalam penglihatan Liza,gadis berkulit cokelat itu melihat sesosok makhluk halus yang bersemayam di dalam tubuh Al.Wujudnya anak kecil,persis sekali dengan apa yang ia lihat saat berada di kamar orang tua Anjani.

"ARGHHT!!"

Tiba-tiba saja,Anjani menjerit keras.Tangan kanannya yang hendak menyentuh Al,mendadak dicakar hingga menimbulkan luka.Darah mengalir deras membuat Anjani semakin menjerit ketakutan.Ia lalu dibawa menyingkir oleh Sasya.Gadis bertubuh mungil itu tidak bisa berbuat apa-apa karena panik.Ia hanya bisa menghapus aliran darah yang terus mengalir menggunakan kaos bajunya.

Keadaan semakin tidak kondusif.Liza mengambil alih,memegang kepala Al dengan kuat.Matanya melotot,membuat pandangan menusuk pada sosok yang ada di tubuh Al.Dengan keberaniannya,Liza menjerit kepada sosok itu.

"Keluar dari tubuh anak ini!!jangan ganggu dia!dia tidak bersalah!!"

Sembari menutup mata,mulut Liza nampak berkomat-kamit.Entah apa yang dilakukannya,sosok di dalam tubuh Al nampak menjerit kesakitan.Ia meronta-ronta minta dilepaskan dengan suaranya yang parau.

"Bebaskan kami!bebaskan kami!!"

Ia terus berucap seperti itu sampai benar-benar hilang dari tubuh Al.Bocah tampan itu seketika lemas tak berdaya dan tubuhnya ambruk di kasur.

"Al!!"

Anjani mendekat,memeriksa tubuh Al yang sudah mulai tenang,kemudian memeluknya dengan khawatir.

"Al sepertinya pingsan." Ucap Liza.Matanya lalu menangkap luka Anjani yang cukup parah.Ia lalu meminta tolong pada siapapun untuk membawakan kotak P3K padanya.

"Biar aku yang ambilkan."

Vanessa menyerahkan diri.Segera,ia setengah berlari menuju ruang tamu.Seingatnya,Ben meninggalkan kotak itu di ruangan tersebut.

---

Hutan merupakan tempat para hewan buas untuk hidup dan bertempat tinggal.Mereka juga menjadikan hutan sebagai rumah mereka.Namun,bukan berarti sebutan 'BUAS' hanya untuk hewan saja.Beberapa diantara mereka ada yang berasal dari manusia.Hal tersebut merujuk pada satu-satunya manusia yang tinggal di tengah hutan.Dengan bentuk rumah yang terbilang mewah di dalam sini,ia hidup tenang dan melupakan semua orang yang pernah ada di kehidupan manusianya.

Namun,malam ini orang itu nampak tidak baik-baik saja.Entah apa penyebabnya, tiba-tiba ia pulang dengan membawa amarah.Sebagian isi rumah dibuat hancur oleh kedua tangannya.Jeritan frustasi terdengar sangat melengking di sini.Nampaknya,ia tengah mengalami kejadian buruk di luar sana.

Rahasia yang berusaha ia kubur dalam-dalam,ternyata mendadak timbul tanpa dugaan.Mereka yang tak tenang,nampaknya masih menyimpan dendam.Mereka masih ada sampai sekarang,ternyata mencoba untuk meminta tolong pada orang-orang.Dirinya yang mulai ketakutan,nampak bingung dengan apa yang harus diperbuat.Ia tidak ingin menyakiti orang lagi.Ia juga tidak ingin perlakuan di masa lalunya membuat dirinya ada di titik terbawah.Entah apa yang akan terjadi selanjutnya,ia tidak akan menyerahkan diri.

---

Terpopuler

Comments

senja

senja

Alex sendiri yg gak dateng ya, jauh kah kamarnya?

2022-02-28

0

🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾

🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾

jgn2 paman Ben yg melakukan pembunuhan itu? menarik thor.. lanjut ah bacanya..

2021-05-20

2

Hiatus

Hiatus

Semangat kak

2021-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!