Malam hari di perbatasan Daerah Huangwu.
Kelompok Weng Lou duduk melingkari api unggun yang diciptakan oleh Lin Mei dan Man Yue dan membakar beberapa daging binatang buas yang diburu oleh Weng Lou ketika selesai membangun tenda mereka.
Pada bagian luar Hutan Kabut, banyak binatang-binatang kecil seperti kelinci dan tupai yang memang memilih untuk membuat sarang di sekitar situ.
Mereka nampaknya juga sadar, bahwa malam hari di dalam Hutan Kabut itu sangatlah berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka.
Weng Lou yang sedang membakar daging kemudian melumuri garam di atasnya dan membuat Man Yue yang melihat itu tampak penasaran dengan apa yang dia berikan pada daging itu.
"Benda kecil apa yang kau berikan pada daging itu? Aku baru pertama kali melihatnya...." ucapnya sambil memasang wajah ingin tahunya.
Alis Weng Lou terangkat dan menunjukkan guci kecil yang ia pakai untuk menempati garam miliknya.
"Maksud mu ini?" tanya Weng Lou berusaha memastikannya dan dibalas dengan anggukan oleh Man Yue.
"Namanya adalah garam, ini adalah bumbu yang dipakai untuk melengkapi makanan dan membuatnya jauh lebih enak," ucap Weng Lou yang kemudian memberikan guci kecil berisi garam itu kepadanya.
Man Yue menerimanya dan melihat garam yang ada di dalam guci tersebut. Dia menunjukkan jari telunjuknya pada garam yang ada di disitu lalu kemudian mencoba merasakannya.
Mendadak ekspresi nya langsung berubah menjadi aneh dan dia dengan cepat meludah ke sampingnya.
"A-Apa-apaan ini?! Rasanya sangat asin!!!" serunya yang terus membuang ludahnya.
Dia pun mengambil air yang ada di dekatnya dan langsung meminumnya. Wajahnya pun kembali normal dan dia tampak lega.
Melihat ekspresi wajah Man Yue, membuat Weng Lou, Lin Mei, dan juga Weng Ying Luan tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
"Hahaha...itu lucu sekali melihat wajahmu seperti tadi...."
"Kau ternyata tidak seperti dugaan ku, kau ini tau caranya melucu juga, hahaha...."
Weng Ying Luan dan Lin Mei yang tawanya paling keras memberikan pendapatnya setelah melihat ekspresi lucu dari Man Yue, sementara Weng Lou hanya bisa melihat keduanya sambil menggelengkan kepalanya.
Dia pun mengambil kembali guci berisi garam tersebut dari tangan Man Yue dan memberikan garam pada daging yang belum ia lumuri sebelumnya.
Setelah itu dia pun menyimpan garam itu pada cincin penyimpanannya dan mengambil salah satu daging yang telah matang.
Weng Lou sedikit mengendusnya dan mengangguk, lalu memotong-motongnya menjadi beberapa bagian dan menyerahkan satu potong kepada Man Yue untuk dirasanya.
Man Yue terlihat sedikit ragu untuk mengambilnya, rasa asin dari garam sebelumya kembali teringat di pikirannya.
Dengan rasa terpaksa, dia pun mengambil daging bakar itu, lalu memasukkannya kedalam mulutnya.
Dia mengunyahnya dengan perlahan, sebelum kemudian ekspresinya kembali berubah. Matanya terbuka lebar dan langsung mengunyah dengan cepat daging yang ada di mulutnya lalu kemudian menelannya.
Senyuman terlihat dari wajahnya dan membuat Weng Lou merasa terkejut, begitu pun dengan Lin Mei dan Weng Ying Luan.
Man Yue yang melihat reaksi mereka pun langsung merasa malu dan menundukkan kepalanya.
"Ini, ambillah lagi. Lebih baik kau terus tersenyum seperti itu dari pada memasang wajah datarmu yang tampak sama seperti seseorang," ucap Weng Lou sambil menyodorkan potongan daging lainnya kepada Man Yue.
Secara tidak langsung, Weng Lou menyinggung Jian Qiang yang selalu memasang wajah datar dan malasnya. Hal itu pun hanya dibalas dan helaan napas oleh Jian Qiang yang mendengarnya.
Man Yue mengambil daging itu dan langsung memakannya. Ini adalah makanan yang sangat enak menurutnya.
Mereka semua pun mulai ikut makan begitu daging lainnya yang dipanggang oleh Weng Lou telah matang.
Setelah selesai makan, mereka semua memilih untuk langsung beristirahat karena kemarin malam tidak beristirahat dengan baik yang diakibatkan oleh serangan dari Naga Tanah.
***
Di kedalaman Hutan Kabut.
Dua sosok yang mengikuti kelompok Weng Lou sebelumnya dari Kota Liming terlihat melesat di kedalaman hutan sambil membawa sebuah karung masing-masing di tangan mereka.
Keduanya bergerak keluar dari hutan, dan sampai sekitar tiga ratus meter dari lokasi perkemahan kelompok Weng Lou.
"Letakkan di sini saja, binatang-binatang itu pasti akan segera menemukan lokasi ini," ucap sang pria kepada rekannya.
Rekannya yang merupakan seorang wanita mengangguk mengerti dan kemudian meletakkan karung yang ia bawa bersama dengan pria yang bersamanya.
Ketika dua karung yang mereka bawa terbuka, terlihat isinya yang merupakan tubuh dua ekor kera berwarna hitam yang sudah tak bernyawa. Pada keening keduanya, terlihat sebuah tanduk berwarna merah darah di masing-masing kening keduanya.
Terdapat sebuah bekas tusukan pada dada keduanya yang menjadi alasan dari keduanya mati.
"GRRROAAAARRRR!!!!"
BAM....!
Ketika dua orang itu membuka isi karung itu, dari kedalaman Hutan Kabut terdengar suara raungan nyaring yang dengan jelas dapat di dengar oleh mereka berdua.
Wajah sang pria langsung tampak serius dan kemudian menatap rekannya yang bersamanya dan mengangguk kepadanya.
"Ayo pergi dari sini, kita tinggal menunggu kesempatan menyerang mereka saja nantinya," ucapnya yang kemudian sosoknya dan wanita yang bersamanya pun menghilang setelah kembali masuk kedalam Hutan Kabut.
Di perkemahan kelompok Weng Lou, Jian Qiang yang sedang bersemedi membuka kedua matanya secara tiba-tiba dan menatap ke arah tempat dua sosok sebelumnya berada.
Dia menatap dua karung yang ada di sana dengan wajah datarnya dan menoleh ke arah kedalaman Hutan Kabut.
Menghela napasnya, dia pun bangkit berdiri dari tempatnya dan berjalan mendekati tubuh dua kera yang sudah tak bernyawa di dalam dua karung yang berbeda.
Matanya menyipit saat melihat tanduk yang ada pada kedua kera itu dan juga bekas tusukan pada dada mereka.
"Dua orang itu benar-benar pembunuh yang handal. Mereka bahkan sanggup membunuh dua bayi Kera Tanduk Iblis yang seharusnya dijaga ketat oleh kawanan mereka. Untuk dua orang yang bahkan belum masuk ke ranah Penyatuan Jiwa, keduanya jelas adalah pembunuh yang sudah terlatih sejak kecil...." ucap Jian Qiang yang mengamati dua ekor kera di depannya.
Tanpa menggerakkan tangannya, dua tubuh kera yang sudah tak bernyawa itu pun terangkat naik sampai tepat di depan wajah Jian Qiang.
Untaian-untaian tali yang terbuat dari Qi miliknya kemudian tercipta dan mengikat kedua tubuh itu dengan erat. Setelah itu, Jian Qiang kemudian menatap perkemahan mereka selama beberapa saat sebelum berbalik dan melangkahkan kakinya, masuk kedalam Hutan Kabut.
"Anak-anak itu masih dalam keadaan lemah, terutama Weng Lou. Dia terlalu banyak menghabiskan kekuatan jiwanya untuk memakai Pisau Pencabut Nyawa yang merupakan Senjata Spiritual tingkat 2. Aku harus menyelesaikan ini sebelum disadari oleh mereka."
Dengan langkah pasti, Jian Qiang pun melangkahkan kakinya memasuki Hutan Kabut sambil membawa dua tubuh Kera Tanduk Iblis yang dibawanya menggunakan tali dari Qi miliknya.
Hal ini dia lakukan agar bau atau aroma dari dua tubuh kera ini tidak melekat pada dirinya. Kana merepotkan jika aroma keduanya melekat padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
hariyono liman
😶😏😒
2021-12-11
0
Pendekar
2 orang itu membunuh 2 ekor monyet bertanduk dan dibiarkan didekat rombongan akhirnya disingkirkan dengan hati hati
2021-09-27
0
keyman
lnjuuuttttt
2021-06-20
0