Malam harinya, Weng Lou, Weng Ying Luan, dan juga Lin Mei berlatih menggunakan pil-pil yang mereka beli di Rumah Obat sebelumnya di kamar mereka masing-masing.
Mereka sebelumnya telah memilih empat buah kamar di lantai empat sebuah penginapan.
Hal tersebut tidak lain agar mereka bisa lebih fokus dalam berlatih dan terhindar dari keributan yang ada di kota.
Kamar mereka bertiga saling bersebelahan dengan Shan Hu yang bertugas menjaga di depan pintu kamar mereka.
Weng Lou telah memberikan sebuah pil untuknya agar dia bisa juga menguatkan tingkat praktik miliknya yang mana itu membuat Shan Hu sangat senang, entah itu karena dikendalikan oleh Weng Lou, atau memang dari hatinya sendiri.
Yang jelas, sepanjang malam itu, Shan Hu berdiri tegak di depan kamar mereka bertiga sambil menyerap pil pemberian dari Weng Lou.
***
Keesokan harinya.
Di pagi hari yang biasanya di kota-kota lain suasananya masih sepi, hal itu berbeda jauh dengan Kota Yulong yang pada saat ini suara orang-orang yang sedang berlaku lalang di kota dapat terdengar sangat jelas.
Karena ini merupakan kota persinggahan, sudah sewajarnya pada pagi hari seperti ini suasana ramai yang menghiasinya.
Weng Lou yang menyadari bahwa hari sudah pagi, membuka kedua matanya dan menghela napas panjang.
Dia berkedip beberapa kali sebelum kemudian bangkit berdiri dari tempat ia duduk.
Menggerakkan badannya selama beberapa saat dia kemudian mengepalkan tangannya dan memperlihatkan semacam aura keemasan yang tidak lain adalah kekuatan jiwanya.
"Ranah Pembersihan Jiwa tahap 5 awal. Cukup cepat juga, padahal menurut perkiraan Ye Lao dan Guru Qian Yu aku seharusnya bulan depan baru akan naik ke tahap 5. Tidak sia-sia aku berlatih seperti kesetanan semalam," ucap Weng Lou yang kemudian menoleh ke arah jendela kamarnya.
Dia berjalan ke arah situ dan membukanya, lalu melihat pemandangan kota di pagi hari.
Itu sama sekali tidak sama seperti ketika ia berada di Kota Bintang Putih, dimana ketika pagi hari ia akan mendapatkan udara sejuk dan kesunyian yang menenangkan. Justru hal pertama yang ia dapatkan ketika membuka jendela itu adalah kepulan asap dari sebuah rumah makan yang berada tepat di depan penginapan yang mereka tinggali saat ini.
Weng Lou berusaha untuk tidak mengumpat dan memilih untuk mengelus dadanya.
"Sabar Weng Lou.....sabar....jika kau berkata kasar tingkat praktik mu akan diturunkan oleh orang gil-"
Dia segera menutup mulutnya sendiri dan menamparnya dengan keras.
Fyiuuhh~
Itu hampir saja. Jika saja ia keterusan berbicara, dan memanggil Zhi Juan sebagai orang gila, maka tingkat praktik miliknya akan langsung turun ke Ranah Pembersihan Jiwa tahap 4 puncak.
Ia tidak mau usahanya selama satu malam penuh malah harus terbuang sia-sia karena kecerobohannya sendiri.
Berpikir tidak ada gunanya memikirkan hal itu lagi, Weng Lou pun memilih untuk membersihkan dirinya dengan mengelap sekujur dengan kain dan air yang ada di meja dekat tempat tidurnya.
Setelah membersihkan dirinya, Weng Lou mengganti pakaian yang ia gunakan dengan sebuah pakaian berwarna hitam. Pada bagian ujungnya terdapat warna merah yang membuat dirinya terkesan seperti orang-orang yang berasal dari kelompok penjahat atau sekte-sekte jahat seperti Sekte Lidah Iblis.
"Harus kuakui, warna itu cocok denganmu."
Dari arah pintu kamarnya, terlihat sosok gadis bertopeng emas sedang menatapnya yang sedang berkaca di sebuah cermin berukuran cukup besar.
"Hei, bukankah sedikit tidak sopan jika seorang gadis masuk kedalam kamar anak laki-laki yang sedang mengganti pakaiannya?" tanya Weng Lou sambil tersenyum canggung.
"Aku baru masuk, jangan berpikiran yang aneh-aneh! Siapa juga yang mau melihatmu ketika telanjang?!" Gadis itu membentak dengan nada kesal.
"Aku tidak bilang kau melihatku telanjang, apakah ada aku bilang seperti itu?"
Weng Lou menaikkan sebelah alisnya.
Gadis yang tidak lain adalah Lin Mei itu tak bisa berkata apa-apa lagi dan memilih langsung keluar dan membanting pintu kamar Weng Lou. Terdengar suara dari luar bahwa ia masuk kembali ke kamarnya.
"Kenapa jadi aku yang terkesan bersalah disini."
Weng Lou mulai mempertanyakan jalan pikiran perempuan. Bukankah Lin Mei yang bersalah karena telah masuk kedalam kamarnya dengan seenaknya? Lalu kenapa yang jadi bersalah di sini?
Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kemudian berjalan ke luar dari kamarnya.
Terlihat sosok Shan Hu yang sedang berdiri di depan pintunya dengan mata tertutup.
Begitu Weng Lou keluar dari kamarnya, dia membuka kedua matanya perlahan dan langsung membungkuk kepada Weng Lou.
"Selamat pagi Tuan Lou," ucap Shan Hu dengan penuh hormat.
Weng Lou mengangguk pelan lalu berjalan melewatinya dan menghampiri seorang pemuda yang sedang asik memakan makanan sejenis sate sambil menatap keluar penginapan.
"Hei, kalian tak membersihkan diri?" tanya Weng Lou kepada pemuda itu.
Pemuda yang tidak lain adalah Weng Ying Luan itu menoleh ke arah Weng Lou dan mengunyah makanannya.
"Kamyi syudah membelsihkan diri semalam..."
Weng Ying Luan menjawab Weng Lou dengan kondisi mulutnya yang penuh makanan dan membuat cara bicaranya menjadi sedikit aneh.
Menahan kekesalannya, Weng Lou pun meminta satu sate yang sedang dimakan oleh Weng Ying Luan dengan cara memberikan tangannya kepadanya.
Namun bukannya mendapatkan sate, Weng Lou justru diberikan tusukan bambu bekas dari sate yang telah dimakan oleh Weng Ying Luan sebelumnya.
Melihat itu Weng Lou pun mengepalkan tangannya dengan kuat. Dan sepersekian detik kemudian.....
Tack!!
Tangan kanan Weng Lou menjitak dengan keras kepala Weng Ying Luan dan membuatnya sampai meringis kesakitan.
"Dasar pelit! Jika tidak mau memberikannya, jangan beri aku sampahnya!" ucap Weng Lou kesal.
Dia melemparkan tusuk sate bekas itu ke wajah Weng Ying Luan dan dengan cepat mengambil satu sate di tangannya.
"Tidak! Itu milikku!!!" seru Weng Ying Luan dengan panik dan berusaha mengambil kembali sate di tangan Weng Lou.
"Orang pelit seperti mu sudah seharusnya belajar berbagi!!" balas Weng Lou yang langsung memasukkan sate tersebut ke dalam mulutnya dan mengeluarkan tusuk sate bekasnya.
Weng Lou pun memberikan tusuk sate tersebut kepada Weng Ying Luan sambil terkekeh pelan.
"Terima kasih makanannya," ucapnya.
"Sialan.....padahal itu adalah sate terakhir hari ini..." gumam Weng Ying Luan dengan lesuh.
Dia pun menatap Weng Lou sejenak dan menghela napasnya.
"Kau sudah sampai tahap berapa?" tanya Weng Ying Luan kepada Weng Lou.
"Hm? Kenapa kau penasaran sekali?" ejek Weng Lou.
"Oh, baiklah terserah saja. Biar aku beritahu Lin Mei bahwa kau pernah tanpa sengaja melihatnya mandi di kolam yang ada di taman Sekte." Weng Ying Luan berjalan ke arah kamar Lin Mei.
Namun, belum dua langkah dia berjalan, mulutnya langsung disumpal oleh Weng Lou.
"Cukup! Berhenti sampai di situ! Bukan aku yang bersalah waktu itu, kau mengatakan bahwa ada sejenis binatang buas yang berkeliaran disekitar situ pada malam hari!"
"Aku tak peduli, yang jelas kau melihat dia mandi waktu itu."
"Ok ok! Aku beritahu, puas?!"
"Hehehe...sebagai teman yang baik, memang sudah seharusnya begitu."
Weng Lou langsung mencibir mendengar itu.
"Ranah Pembersihan Jiwa tahap 5 awal. Kalau kau?"
"Ah, sial! Itu hampir saja! Untung aku langsung menaikkan tingkat praktik di saat-saat terakhir," keluh Weng Ying Luan.
"Memangnya kau berapa tingkat praktik milikmu?" tanya Weng Lou lagi.
"Ranah Pembersihan Jiwa tahap 6 awal."
Weng Lou berkedip-kedip beberapa kali sebelum kemudian memasang ekspresi mengejek.
Dirinya hampir saja membalap Weng Ying Luan, dan itu adalah berita besar baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
*macora *
mau baca tapibingung cerita sebelumnya judulnya apa
2023-09-02
1
Yono Sujono
lanjutkan thor, seru ceritanya ini
2022-04-27
0
Mi 4a
tengah,,,,,,,,,,
2022-02-12
1