Terbang melewati bangunan demi bangunan yang ada di kota, Weng Lou yang berada di atas pedang kayunya kemudian masuk ke dalam sebuah lorong sempit dan gelap dimana terlihat hampir tidak ada orang sama sekali di situ.
Dia terus menelusuri lorong itu sambil berusaha mengingat-ingat letak segel yang ia lihat di kehidupan kesembilan puluh tujuh nya.
Ketika sampai di percabangan jalan, Weng Lou tanpa ragu langsung mengambil jalan ke kanan, dan menemui percabangan lainnya.
Kali ini dia mengambil jalan ke kiri.
Setelah terbang selama beberapa detik, dia dihadapkan dengan akhir dari jalan yang ia ambil tersebut, yaitu dinding bagian belakang dari sebuah bangunan.
Weng Lou menghentikan gerakan pedangnya dan melayang di udara. Dia mengamati sekitarnya namun tidak menemukan sesuatu yang bisa di jadikan petunjuk.
Namun beberapa saat kemudian, dia merasakan hawa keberadaan seseorang yang mendekat ke lokasinya.
Tanpa menoleh, Weng Lou pun langsung membuat pedangnya untuk melayang tinggi ke atas hingga sampai di atap bangunan dan bersembunyi di situ.
Beberapa meter dari tempat dia sebelumnya berada, terlihat dua orang pria bersenjatakan lengkap berjalan saling berdampingan ke arah lokasi dia berada sebelumnya.
Weng Lou sedang memikirkan alasan kenapa dua orang pria itu ada di sini, tapi kemudian sesuatu yang membuat dia terkejut terjadi.
Salah satu dari kedua pria itu mendorong sebuah bata yang ada pada dinding belakang bangunan yang merupakan akhir dari jalan dan mendadak dinding itu terbuka seperti layaknya sebuah pintu, dan dua orang pria sebelumnya pun berjalan masuk kedalamnya.
Weng Lou melihat itu dalam diam. Dia menunggu sampai dinding itu kembali menutup dan kemudian turun kembali ke bawah.
Dia mendekat ke di dinding bangunan itu dan meletakkan telapak tangannya, lalu memejamkan matanya.
Kekuatan jiwanya kemudian bergerak keluar dari tubuhnya, dan mulai merembes masuk ke celah-celah dinding tersebut.
Selang dua detik kemudian, kekuatan jiwa milik Weng Lou sampai di sebuah ruangan yang ada di balik dinding bangunan.
Weng Lou terus mengedarkan kekuatan jiwanya hingga mencapai akhir dari ruangan yang ada di balik dinding bangunan tersebut.
Tampak kerutan pada kening Weng Lou begitu kekuatan jiwanya menangkap aktivitas apa yang terjadi di balik dinding. Itu adalah sekumpulan pria yang sedang menggali sebuah tanah yang memiliki bundaran dengan menggunakan sekop dan beliung.
"Itu adalah segelnya... mereka menggalinya, apakah mereka berniat membebaskan Naga Tanah itu?" pikir Weng Lou.
Dia memeriksa lebih jauh dan menemukan hal lainnya, itu adalah keberadaan dari dua buah cakram yang menjadi kunci dari segel tidak ada pada tempatnya.
Ketika dirinya masih fokus memeriksa bagian dalam ruangan tersebut, sosok seorang pria mendadak muncul tepat di belakangnya.
Weng Lou langsung melompat tinggi ke udara begitu dia merasakan keberadaan dari sosok itu. Menoleh ke bawah, dia melihat seorang pemuda berambut perak dengan mata kuning keemasan dan putih keperakan.
Dirinya merasa tak asing dengan wajah dari pemuda itu, dan mengingat bahwa dia sore tadi sempat melihat seorang gadis yang memiliki ciri sama dengan pemuda di bawahnya itu.
Pemuda berambut perak itu sedikit berjongkok dan kemudian melompat tinggi hingga sampai di hadapan Weng Lou.
Tanpa aba-aba, pemuda itu melepaskan serangan kepada Weng Lou yang berupa sayatan dari benang-benang logam yang sangat halus. Yang mengejutkan adalah, kecepatan gerakan dari benang-benang itu hampir tak bisa diikuti oleh kedua mata Weng Lou.
Mengaktifkan pernapasan gabungan pertama dan kedua dari Teknik Meringankan Diri, Weng Lou kemudian menghindari benang-benang yang mengarah padanya.
Jari telunjuk Weng Lou mengarahkan pedang kayunya untuk mendekatinya, namun kemudian pemuda berambut perak itu langsung menghancurkannya menjadi berkeping-keping menggunakan benang-benang yang sebelumnya dia pakai untuk menyerang Weng Lou.
"Cih!"
Weng Lou mencibir dan kemudian dia memadatkan Qi pada kedua kakinya.
Dia dengan ringan berdiri di udara dan menatap pemuda itu dengan tatapan dingin. Sebuah pedang tiruan dari Pedang Naga Malam dikeluarkannya dari dalam ruang penyimpanannya miliknya dan dihunuskannya kepada pemuda itu.
"Siapa kau?! Kau pasti bagian dari sekumpulan orang-orang bodoh yang ada di belakang dinding itu, bukan?!" tanya Weng Lou dengan tatapan dinginnya.
Pemuda berambut itu mengerutkan dahinya mendengarkan pertanyaan dari Weng Lou. Dia pun menyadari bahwa dia sudah salah paham kepada Weng Lou.
Dia sebelumnya berpikir bahwa Weng Lou juga adalah bagian dari kelompok pria yang ada di balik dinding yang menjadi akhir dari jalan ini, sehingga dia tanpa pikir panjang langsung menyerang Weng Lou begitu saja.
"Kau, juga bukan anggota dari mereka, bukan?" tanya pemuda berambut perak itu kepada Weng Lou.
Weng Lou berkedip beberapa kali sambil menatap dari atas sampai bawah pemuda di hadapannya yang sedang berdiri di udara juga sepertinya, bedanya dia menggunakan benang-benang tipisnya untuk berpijak, sementara Weng Lou menggunakan Qi yang telah dipadatkan untuk menjadikannya sebagai pijakan.
"Jangan bilang....kau bukan bagian dari mereka.....lalu kenapa kau menyerang ku sebelumnya?!"
Pemuda berambut perak itu terdiam beberapa saat sebelum menoleh ke arah dinding yang dibaliknya terdapat sekelompok pria yang mengejar dirinya sore tadi.
"Bukan, aku bukan bagian dari mereka, dan kau juga bukan bagian dari mereka, ini hanya kesalahpahaman, maafkan aku."
Setelah mengatakan itu, pemuda itu pun bergerak kembali ke dinding yang sebelumnya.
Dia mengangkat tangan kanannya dan memperlihat pantulan cahaya dari lima buah benang yang tersambung di setiap ujung jarinya.
Dengan cukup kuat, dia mengayunkan tangannya ke arah dinding tersebut, dan kemudian benang-benang yang tersambung dengan kelima jarinya itu menyayat dinding tersebut dengan sangat mudah.
Brack!!!! PRACK!!!!
Potongan-potongan dari dinding tersebut langsung terjatuh ke tanah dan memperlihatkan isi dari baliknya dimana terlihat sekumpulan pria yang menatap dengan terkejut ke arah pemuda berambut perak itu.
"A-Apa-apaan?!"
"Pemuda itu......itu pemuda yang sama yang mencuri cakram itu!!!"
"Serang dia!!! Dia pasti membawa salah satu cakram itu bersamanya!!!"
Lebih dari sepuluh orang menerjang ke arah pemuda berambut itu dan menyerangnya menggunakan senjata atau benda apapun yang ada bersama mereka.
Pemuda itu hanya diam dan menggerakkan jari-jarinya.
Sedetik kemudian, tubuh orang-orang itu terpotong menjadi beberapa bagian dan terjatuh ke tanah dalam kondisi mengenaskan.
Weng Lou yang melihat itu bersiul kagum, dia sedikit mengakui kekuatan pemuda itu.
"Jika bukan karena pemimpin kalian sore tadi ada bersama kalian, pasti aku dan adikku tidak perlu lari dari kalian."
Pemuda itu berbicara dengan kesal, dan menginjak salah satu kepala orang itu hingga hancur berantakan.
Dia kemudian melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Tangan kirinya bergerak masuk kebalik bajunya, dan kemudian mengeluarkan dua buah cakram berwarna putih keperakan dan kuning keemasan dari situ.
Mata Weng Lou membulat melihat dua cakram itu. Dia melesat ke arah pemuda itu dan langsung menangkap tangannya.
"Dari mana kau dapatkan cakram ini?" tanya Weng Lou sambil mengerutkan dahinya.
"Apa peduli mu? Menyingkir lah, aku harus menutup kembali segel ini dari kebodohan yang dilakukan oleh orang-orang bodoh ini," balas pemuda berambut perak itu.
Mendengarnya, Weng Lou pun semakin mengerutkan dahinya.
Apakah dia juga mengetahui akan segel ini? Tapi bagaimana bisa? Weng Lou tak tau sama sekali.
Pemuda berambut perak itu pun berjalan ke tengah-tengah bundaran yang ada di tanah dan berniat meletakkan dua cakram di tangannya pada dua buah lubang yang ada di dalam bundaran itu.
Akan tetapi, belum sempat dirinya bergerak, sosok pria setinggi dua meter muncul dihadapannya entah dari mana.
Karena terkejut, cakram yang ada di tangannya pun terlepas, dan langsung ditangkap oleh pria itu, sementara pemuda itu memilih untuk melompat mundur hingga mencapai tempat Weng Lou.
"Anak nakal, akhirnya aku menemukanmu. Terima kasih banyak sudah membawakan kembalu dua cakram ini kepadaku," ucap pria itu sambil memasang senyum lebar kepada mereka berdua.
Meski tampak agak samar, Weng Lou bisa memastikan kekuatan dari pria di depan mereka saat ini.
Dia berada di ranah Pembersihan Jiwa tahap 9 puncak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
hariyono liman
🤗😏🤫
2021-12-11
3
Manu Mere
joooooozzzzzzz zzzzzzzz💋💋💋💋💋💋👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👼👍🏻
2021-12-09
3
Ut
lanjut
2021-11-03
1