Rute perjalan menuju ke Wilayah Tengah merupakan daerah yang tandus, jika ingin disebut sebagai padang pasir, maka tempat ini sudah cocok disebut seperti itu. Oleh sebab itu tempat ini diberi nama dengan Daerah Huangwu.
Sejauh mata memandang hanya ada hamparan tanah merah kecoklatan dan pasir, serta beberapa tanaman kaktus yang tumbuh.
Di tempat tandus seperti ini, hampir tidak ada satu makhluk hidup pun yang akan menghuninya, atau mungkin seperti itu.
Karena tepat di tengah daerah tandus yang sangat enggan ditumbuhi oleh tumbuhan ini, berdiri sebuah kota yang ukurannya sedikit lebih kecil dari Kota Bintang Putih.
Kota ini bernama Kota Liming, diberi nama seperti itu karena suatu alasan yang sangat jelas.
Arah matahari ketika terbit akan seolah-olah berasal dari kota ini ketika di lihat dari kejauhan yang diakibatkan lingkungan sekitarnya yang tandus dan tidak adanya pegunungan yang mengganggu pemandangan.
Meski pun Daerah Huangwu ini sangat lah tandus, akan tetapi situasi yang terjadi di dalam Kota Liming sama sekali tak menunjukkan hal itu.
Perairan yang disebarkan dari sebuah air mancur di pusat kota, membuat seluruh penduduknya mendapatkan air bersih yang layak setiap harinya.
Air mancur ini diceritakan merupakan buatan seorang pemuda yang pernah melewati Daerah Huangwu ini dahulu kala.
Waktu itu, pemuda itu melihat para penduduk asli di tempat ini sangatlah miskin dan kelaparan, karena tergerak hatinya, pemuda itu menancapkan tombak miliknya di tanah hingga membuat sebuah lubang yang sangatlah dalam, dan tak lama air yang sangat deras pun mengalir keluar dari lubang tersebut.
Sejak saat itu, tempat ini mulai bisa ditinggali, lalu dibangunlah Kota Liming dan juga sebuah patung setinggi empat meter tepat di atas air mancur tersebut yang menggambarkan sosok dari pemuda tersebut.
Sosok pemuda tersebut sangatlah dihormati hingga membuat orang-orang asli yang tinggal di Kota Liming ini akan selalu berdoa di depan patung tersebut setiap harinya.
***
Di sebuah lorong gelap di Kota Liming, terlihat dua bayangan hitam yang melesat cepat melewati berbagai barang-barang yang diletakkan di sepanjang lorong.
Tidak jauh di belakang, sekumpulan pria berwajah sangar berlari mengejar sosok dua bayangan tersebut.
"Pencuri kecil!!! Berhenti kalian!!"
Salah seorang pria yang membawa sebuah senjata yang mirip gada berseru lantang dan mencoba mempercepat langkahnya, namun dia segera tersandung oleh batu yang menancap cukup dalam di tanah dan membuat dirinya dan rekan-rekannya yang ada di belakang terjatuh.
Bruack!!! Pack!!
"Ahh!!"
"Idiot!!!"
"Bodoh! Cepat berdiri! Mereka semakin jauh!!"
Pria-pria itu kembali bangkit berdiri dan mengejar dua bayangan yang sebelumnya.
Ketika mereka berlari sejauh tiga ratus meter, mendadak mereka di hadapkan dengan dua buah percabangan jalan, yang membuat kelompok pria itu pun membagi menjadi dua kelompok yang lebih kecil dan menelusuri dua jalan itu.
Ketika sosok mereka sudah menjauh, mendadak dari sebuah tumpukan kotak kayu terlihat pergerakan, dan tak lama keluar dua sosok yang merupakan seorang pemuda dan gadis berumur sekitar 14 hingga 15 tahun.
Keduanya mengenakan jubah hitam yang menutupi pakaian yang mereka kenakan, namun tidak menutupi kepala mereka.
Keduanya memiliki rambut perak dan wajah yang sama persis. Yang membedakan keduanya hanyalah tinggi merekam Sang pemuda sedikit lebih tinggi dari sang gadis.
Wajah mereka tampan dan cantik dan di atas rata-rata. Namun hal yang paling menarik dari keduanya selain warna rambut mereka, adalah warna bola mata mereka yang berbeda kanan dan kirinya.
Sang pemuda memiliki mata kanan yang berwarna perak dan warna kuning keemasan pada kirinya, sedangkan sang gadis adalah kebalikannya, dia memiliki mata perak di kiri, dan kuning keemasan di kanannya.
"Mereka sudah pergi, ayo kita kembali ke penginapan," ucap pemuda itu kepada gadis yang bersamanya.
Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya dan menunjuk ke satu arah, dimana terlihat sosok seorang pria yang sedang memegang sebuah kapak berukuran sedang di tangan kirinya.
Dia merupakan salah satu anggota dari kelompok pria yang mengejar mereka sebelumnya.
"Ketemu kalian berdua, penjahat kecil. Serahkan barang yang kalian ambil dari markas kami dan akan ku bunuh kalian tanpa rasa sakit," ucap pria itu sambil menjulurkan tangannya.
Pemuda dan gadis itu saling menatap satu sama lain sebelum kemudian mengangguk bersama lalu mengeluarkan sejenis cakram dari balik jubah mereka.
Kedua cakram itu memiliki bentuk yang sama, namun memiliki warna yang berbeda, yaitu yang satunya berwarna perak, sedang yang satunya berwarna keemasan.
Pria itu menatap cakram di tangan keduanya sambil tersenyum. Dia sepertinya berhasil meyakinkan dua remaja di hadapannya ini.
Namun kemudian, bukannya mendapatkan apa yang ia inginkan, tangan kanannya yang ia julurkan kepada mereka mendadak terlepas dari bahunya.
Pria itu terdiam dan menatap lengannya yang ada di tanah dengan menahan napasnya. Sepersekian detik kemudian, kepalanya ikut terlepas dan terjatuh ke tanah.
Cahaya di sore hari sedikit masuk di antara lorong gelap itu dan memantulkan cahaya dari dua buah benang yang terbuat dari logam yang sangat tipis.
Kedua ujung benang itu tersambung pada tangan pemuda dan gadis berambut perak tersebut.
"Cih, buang-buang waktu saja," ucap pemuda itu.
Dia dan gadis yang bersamanya kemudian melesat pergi dari situ sebelum anggota dari pria itu datang dan menemukan keduanya.
***
Di gerbang masuk Kota Liming, kelompok Weng Lou akhirnya sampai tepat ketika matahari sebentar lagi terbenam.
Wajah lesu menemani ekspresi mereka. Terlihat jelas bahwa perjalanan yang mereka tempuh bukanlah perjalanan yang mudah.
"Tolong identitas anda," ucap seorang penjaga berkulit gelap yang mengenakan pakaian layaknya seorang penjaga pada umumnya.
Namun bedanya, pakaian yang dikenakannya terbuat dari logam yang tidak dikenali oleh Weng Lou sama sekali. Bahkan ini adalah pertama kali ia melihatnya.
Pang Baicha yang memegang kendali kuda, mengeluarkan sebuah kartu dari semacam batu dari balik bajunya dan menyerahkannya pada penjaga itu.
Penjaga itu mengambil dan membaca tulisan yang ada pada kartu tersebut selama beberapa saat sebelum kemudian menyerahkannya kembali pada Pang Baicha.
"Masuklah," ucapnya.
Mendengar itu, Pang Baicha langsung menghentakkan tali kuda dan membuat kereta mereka bergerak masuk kedalam kota.
Sudut mata Weng Lou yang sedang duduk di atas atap kereta bersama Weng Ying Luan sempat menangkap sosok seorang gadis berambut perak bergerak keluar dari kota.
Dia memiringkan kepalanya begitu melihat gadis itu. Terdapat aura yang sedikit berbeda dari gadis itu dan membuatnya sedikit tertarik.
Sorot mata gadis itu juga menatap Weng Lou yang berpapasan dengannya. Dia terlihat menarik jubahnya untuk menutup kepalanya dan langsung mempercepat langkah kakinya.
Weng Lou hanya melihatnya selama beberapa detik sebelum kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap bangunan yang ada di dalam kota.
Alisnya sedikit terangkat begitu melihat bangunan yang ada di dalam kota tersebut.
"Aku cukup ragu ketika Paman Jian mengatakan bahwa tempat ini tak kekurangan air sama sekali, namun sekarang aku mempercayainya sepenuhnya," ucap Weng Ying Luan yang menatap salah satu bangunan yang mereka lewati.
Jika dalam benak mereka sebelumnya Kota Liming ini adalah sebuah kota tandus yang hanya ditumbuhi oleh kaktus, namun sekarang gambaran itu seakan merendahkan tempat ini.
Karena nyatanya, setiap rumah atau bangunan yang mereka lewati memiliki setidaknya sebuah tanaman besar yang di tanam tepat di depannya.
Salah satunya adalah bangunan yang mereka lewati sebelumnya, dimana pada salah satu dindingnya ditumbuhi oleh pohon anggur yang merayap hingga ke atapnya.
Tempat ini jauh dari kata gersang, bahkan tidak berlebihan jika mengatakan tempat ini terlihat jauh lebih subur dari pada Kota Bintang Putih.
"Tempat ini benar-benar menarik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
kang Deden
kartu dari batu, knp gk di sebut token giok saja thor kan lebih mudah di mengerti
2022-09-18
0
kang Deden
gw sedikit bingung nih di bagian cerita yg ini
2022-09-18
0
Yono Sujono
mantap
2022-04-27
1