Man Yue mengerutkan keningnya mendengarkan jawaban dari Weng Lou.
Mendadak, ingatan demi ingatan yang terjadi sebelum dirinya tak sadarkan diri mulai mengalir deras di kepalanya dan membuatnya meringis dan terjatuh.
Weng Lou hanya melihatnya sambil tersenyum kecil dan melanjutkan membersihkan Pisau Pencabut Nyawa miliknya. Dia sama sekali tak menaruh rasa waspada kepada Man Yue karena tau kondisinya saat ini yang sedang lemah.
"Sebaiknya kau tak banyak gerak dulu, kau sudah tak sadarkan diri selama lebih dari delapan jam, tubuhmu harus beradaptasi kembali terlebih dahulu. Dan juga kau pasti lapar, makanlah ini, kau memerlukannya untuk mengembalikan tenaga mu yang hilang." Weng Lou menyodorkan sebungkus kue yang dia taruh di lantai kereta kepadanya.
Man Yue menatap kue itu dan diam sejenak. Dia ingin menolaknya, namun perutnya terasa sangat ingin diisi saat ini.
Sebelumnya, dia dan kakaknya, Xin Yue belum makan selama dua hari karena harus terus melakukan segala macam persiapan untuk melawan orang-orang yang berusaha melepaskan segel dari sang Naga Tanah.
Dengan cepat, tangannya bergerak dan mengambil sepotong kue yang diberikan oleh Weng Lou itu dan mengunyahnya dengan cepat.
Ketika ia merasakan rasa dari kue itu di dalam mulutnya, Man Yue pun memperlambat kunyahan nya, dan berusaha menikmati sebaik mungkin kue itu.
Begitu kue yang ada di mulutnya habis, dia mengambil lagi kue lainnya dan memakannya.
Tanpa terasa air matanya jatuh perlahan, dan perlahan mulai mengalir deras, namun dia terus memakan kue itu. Tidak ada suara isak tangis yang ia keluarkan, dan terus memakan kue itu hingga semuanya habis.
Weng Lou dengan tenang memberikannya segelas air dan langsung diambil olehnya dan dihabiskan dalam satu tegukan.
Setelah itu, Man Yue pun merubah posisinya menjadi duduk sambil menunduk dan menatap lantai kereta.
"Apa tidak ada yang tersisa dari kakak ku? Apa tidak ada barangnya yang tersisa satu pun?" tanya Man Yue setelah diam selama beberapa saat.
Weng Lou tak menjawab pertanyaannya itu, melainkan menyerahkan sebuah kalung dari logam yang berwarna kuning putih pada mata kalungnya.
Man Yue mengambil itu dan melihatnya selama beberapa saat.
Ketika ia ingin memeriksa lebih jauh kalung itu, tiba-tiba mata kalung yang baru ia sentuh terbuka dan terlihat secarik kertas dari dalamnya. Dengan penasaran, Man Yue pun membuka kertas itu, dan terlihat sebaris tulisan yang ada pada kalung tersebut.
'Selamat Ulang Tahun.'
Itulah yang tertulis pada kertas itu. Tangan Man Yue menggenggam kalung tersebut. Tubuhnya bergetar hebat setelah membacanya.
Kakaknya, Xin Yue bahkan ingat akan hari ulang tahun mereka, dan bahkan menyempatkan dirinya untuk mencarikannya hadiah.
"Bodoh....aku tak butuh hadiah....aku lebih membutuhkan mu saat ini...." ucap Man Yue lirih.
Selang beberapa saat kemudian, dia mengusap air matanya lalu menatap Weng Lou.
"Terima kasih...."
"Hm? Tak masalah, aku juga sudah berjanji pada nya."
Ketika akan memulai perbincangan lebih jauh, mendadak terdengar suara dehaman tidak jauh dari mereka, dan itu adalah Lin Mei yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua dengan wajah penuh rasa curiga.
"Maaf mengganggu kemesraan kalian, tapi kita akan berangkat lagi, kuda-kuda sudah cukup beristirahat," ucapnya sambil menyipitkan matanya kepada Weng Lou.
Weng Lou yang melihat itu hanya bisa tersenyum canggung. Entah salah apa lagi dia kali ini sehingga membuat Lin Mei bersikap seperti itu.
"Berangkat? Berangkat kemana?" tanya Man Yue tiba-tiba dan membuat Weng Lou kembali menoleh ke arahnya.
"Ah, maaf sebelumnya. Kami akan menuju ke Kota Hundan untuk mengikuti Turnamen Beladiri Bebas. Kami terpaksa membawa dirimu bersama kami, karena aku sudah berjanji kepada Xin Yue untuk menjagamu," jelas Weng Lou.
Man Yue yang mendengarnya berkedip beberapa kali.
"A-Apa?! Kota Hundan?! Kalian ingin mengikuti Turnamen Beladiri Bebas?!"
Sikap tenang yang diperlihatkan oleh Man Yue sebelumnya secara tiba-tiba menghilang seketika setelah mendengar penjelasan dari Weng Lou.
Man Yue dengan jelas tau kota yang apa Kota Hundan itu, dan apa itu Turnamen Beladiri Bebas yang ingin diikuti oleh Weng Lou dan yang lainnya. Dirinya dan kakaknya sering mendengar tentang tempat ini dari beberapa orang yang tak sengaja mereka jumpai.
Xin Yue pernah ingin mengatakan kepadanya bahwa dia akan kesana ketika masalah dengan segel Naga Tanah telah selesai, namun langsung ditolak mentah-mentah oleh Man Yue. Dia tidak suka menempatkan diri mereka berdua dalam masalah.
Tapi siapa sangka, justru saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju ke tempat yang ia tentang sebelumnya. Mungkin ini adalah penebusannya kepada kakaknya selama ini yang terlalu sering menyusahkannya.
"Ka-Kau bercanda bukan?" Man Yue berusaha untuk memastikan sekali lagi, bahwa dia tidak salah dengar.
"Tidak, kami benar-benar akan kesana," jawab Weng Lou sambil tersenyum.
Man Yue pun diam melihatnya, dan tak lama kemudian Weng Ying Luan bersama yang lainnya datang dan segera naik ke atas kereta setelah Pang Baicha selesai mengikat kembali kuda-kuda mereka pada kereta.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka yang sebelumnya terhenti karena kuda mereka yang kelelahan, sementara Man Yue memilih untuk diam dan tidak bicara apa-apa lagi selain menanyakan beberapa hal kepada Weng Lou.
***
Sore hari, tepat beberapa menit sebelum matahari akan tenggelam.
Kereta kuda kelompok Weng Lou sampai di akhir dari Daerah Huangwu, dan berada tepat di batas Wilayah Tengah yaitu Hutan Kabut.
Mereka memilih untuk berhenti dan bermalam di luar Hutan Kabut karena menghindari serangan secara mendadak. Wilayah hutan yang berkabut pada malam hari adalah bahaya terbesar yang harus dihindari sebisa mungkin oleh mereka.
Mungkin saja malamnya nanti mereka malah menerima serangan dari binatang buas atau pun bandit-bandit yang bersembunyi di dalam Hutan Kabut tersebut.
Oleh sebab itu, mereka pun memilih untuk bermalam di luar saja.
Weng Lou, Weng Ying Luan, dan juga Shan Hu sibuk membangun tenda sederhana yang akan digunakan untuk mereka tidur, sementara Pang Baicha sibuk memberi makan dan minum kuda mereka.
Untuk Jian Qiang, dia semenjak sampai di ujung Daerah Huangwu ini memilih untuk bersemedi di atas kereta. Sementara Lin Mei memutuskan untuk mencari kayu bakar di dekat perbatasan hutan dan diikuti oleh Man Yue di belakangnya.
Terlihat ekspresi Lin Mei sedang menahan rasa kesalnya yang menandakan dia tidak suka Man Yue yang mengikutinya.
"Kenapa kau mengikuti ku?" tanya Lin Mei sambil berusaha menahan emosinya.
"Ah, itu....Weng Lou memintaku untuk ikut bersama mu. Aku tidak tau kenapa, tapi dia mengatakan untuk ikut denganmu saja," jawab Man Yue dengan sedikit gugup.
Bisa dibilang, Man Yue tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang yang tidak terlalu ia kenal, bahkan bisa dibilang satu-satunya orang yang bisa dengan mudah ia ajak berbicara normal sebelumnya hanya kakaknya seorang saja.
Kecuali untuk Weng Lou. Entah mengapa dia merasa biasa saja ketika berbicara dengannya, tidak ada rasa gugup sedikit pun ketika bersamanya.
Bahkan karena itu, dia pun bisa berkenalan dengan Weng Lou sehingga dia bisa tau namanya yang sebenarnya.
Langkah kaki Lin Mei terhenti dan dia pun membalik badan dan menatap Man Yue.
Memejamkan matanya selama beberapa saat, dia kemudian membukanya kembali dan berjalan mendekatinya. Lin Mei menepuk pundak kanan Man Yue dengan pelan.
"Kalau begitu ayo, jangan terlalu lambat berjalan di belakang ku," ucap Lin Mei lalu kembali berbalik dan mulai mencari ranting-ranting kayu untuk kayu bakar.
Wajah Man Yue tampak terkejut karena hal itu. Dia sebelumnya sedikit gugup ketika Lin Mei berbalik dan menatapnya. Dirinya pikir bahwa Lin Mei akan mengusirnya, namun ternyata malah sebaliknya.
Landasan hubungan baik keduanya sepertinya dimulai dari tempat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Yono Sujono
makin asyik kayaknya ini thor
2022-04-27
0
Degar Garnika
nyantai .... yg penting .... lanjut ceritanya... mantap
2022-02-18
1
hariyono liman
😗😴😗🤪😴
2021-12-11
0