Kereta kelompok Weng Lou telah bergerak menyusuri Daerah Huangwu selama kurang lebih dua jam setelah meninggalkan Kota Liming.
Karena kuda mereka yang sudah lumayan lelah menarik kereta, mereka pun memilih untuk menghentikan sejenak kereta mereka di tepi sebuah oasis kecil yang tak sengaja mereka temukan.
Weng Lou memanfaatkan saat-saat itu untuk menyantap makanan yang masih tersisa di dalam ruang penyimpanannya sambil mengambangkan badannya di atas oasis yang dingin.
Dengan tenang ia menyantap makanannya yang berupa kue buatan restoran yang ada di Sekte Langit Utara. Ia sudah lama memesan kue ini dalam jumlah yang sangat banyak. Dia memiliki satu cincin yang hanya berisikan kue ini saja didalamnya.
Selama perjalanan dari Hutan Salju, menuju ke Kota Yulong, Weng Lou tidak pernah memakannya sama sekali.
Hal ini dikarenakan......
""AAAARGHHH!!!! LOU SIALAN!!!! KAU BILANG KUENYA SUDAH HABIS!!!!!!""
Dari pinggir oasis, suara seruan Weng Ying Luan dan Lin Mei terdengar sangat nyaring.
Namun Weng Lou tampak biasa saja dan terus menatap langit sambil memakan kuenya.
Dia tidak pernah memakan kue ini sebelumnya dikarenakan pasti akan langsung habis jika diketahui oleh Weng Ying Luan dan Lin Mei yang juga menyukai kue yang ia makan.
Saat ia masih asik memakan kuenya dan terus membuat tubuhnya mengambang di atas oasis, sebuah bayangan tiba-tiba menghalangi cahaya matahari dan perlahan mulai mendekati Weng Lou.
Mata Weng Lou melebar melihat itu dan buru-buru memasukkan kue-kue nya kedalam cincin penyimpanannya.
PSSHHHH!!!!!
Tubuh Weng Ying Luan yang melompat tinggi ke atas oasis menghantam oasis hingga menyebabkan Weng Lou sampai harus menerima gelombang yang diakibatkannya. dan menjadi basah.
Untungnya dia langsung memasukkan kuenya ke dalam ruang penyimpanannya, sehingga tidak terkena cipratan air yang dihasilkan oleh tubuh Weng Ying Luan.
Belum sempat ia melayangkan protesnya kepadanya, sosok Weng Ying Luan sudah muncul tepat di hadapannya dan memegang kedua pundaknya.
"Lou.....berikan kue itu....." ucap Weng Ying Luan.
Weng Lou yang mendengar itu pun langsung mengerutkan dahinya, dengan cepat ia menciptakan seutas tali dari Qi nya dan kemudian mengikat tubuh Weng Ying Luan.
Dia pun langsung keluar dari dalam oasis dan melompat ke tepi.
"Tidak akan kuberikan! Kau dan aku memesannya dalam jumlah yang sama waktu itu! Salah mu sendiri karena langsung menghabiskannya dalam perjalanan kita di Hutan Salju!" balas Weng Lou sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Mendengar itu, Weng Ying Luan pun mengepalkan tangan dengan erat, jika sebelumnya dia tau bahwa akan diberikan misi seperti ini, dia tidak akan memakannya waktu masih di sekte.
Dia pun menghela napasnya lalu memutuskan tali Qi yang melilitnya dan menatap Weng Lou. Menggunakan bantuan Qi, dia pun melompat keluar dari oasis dan sampai tepat di depan Weng Lou.
"Akan ku tukarkan pedang ini dengan dua puluh kue, bagaimana?" tanya Weng Ying Luan sambil mengeluarkan sebuah pedang sepanjang satu meter dari dalam ruang penyimpanannya.
Alis Weng Lou terangkat melihat itu.
Pedang di tangan Weng Ying Luan ini adalah salah satu hadiah yang ia dapatkan dari kemenangan berturut-turutnya di dalam Arena Pertandingan.
Pedang ini merupakan sebuah senjata tingkat tiga rendah yang memiliki harga sekitar seribu koin emas. Weng Ying Luan tidak pernah menggunakannya karena memang senjatanya bukanlah pedang seperti Weng Lou.
Menatap pedang itu selama beberapa saat Weng Lou pun langsung berbalik pergi dan melambaikan tangannya.
"Maaf, kue ini jauh lebih berharga," ucapnya yang meninggalkan Weng Ying Luan.
Mulut Weng Ying Luan terbuka lebar dan dengan kesalnya dia langsung menghampiri Weng Lou.
"Ayolah! Setidaknya berikan aku satu saja! Sudah lama aku tak memakannya!" Weng Ying Luan merengek meminta kepada Weng Lou.
Merasa bahwa dirinya akan terus diganggu seperti ini jika tidak memberikannya, Weng Lou pun langsung mengeluarkan lima puluh kue yang ia makan sebelumnya dalam enyah bungkusan kain kepada Weng Ying Luan.
"Aku tidak akan memberikannya lagi, lain kali. Terserah mu kau mau menghabiskannya saat ini juga atau memilih untuk menyimpannya."
Weng Ying Luan menatap bungkusan di tangannya dengan mata berkaca-kaca, senyum lebarnya menghiasai wajahnya.
Dia dengan cepat membuka bungkusan itu dan langsung mengambil salah satu kue yang ada di dalamnya itu.
Kue ini berbentuk bulat dengan diameter sekitar sepuluh centimeter.
Bahan dasar pembuatannya adalah tepung kasar dan susu sapi segar yang dicampurkan dengan telur ayam biasa, lalu kemudian di panggang dengan tambahan kacang yang telah dihancurkan di atasnya.
Bisa dibilang, yang membuat kue ini terasa sangat enak adalah karena susu yang dipakai untuk membuatnya ada susu segar yang ketika dibuat masih dalam keadaan baru saja diperah.
Weng Ying Luan memasukkan kue itu kedalam mulutnya dan mulai mengigit ya. Teksturnya yang sedikit lembut tapi renyah membuat Weng Ying Luan menikmati setiap gigit dari kue itu.
Begitu habis, Weng Ying Luan kemudian menatap kue yang masih ada empat puluh sembilan buah di bungkusan itu. Dia merapatkan gigi-giginya, dan dengan cepat mengikat kembali bungkusan itu lalu memasukkannya kedalam ruang penyimpanannya.
Dia tau, bahwa yang Weng Lou katakan kepadanya sebelumnya adalah kebenaran, dia pasti tak akan memberikan lagi kue itu kepadanya jika seandainya dia menghabiskannya.
Maka dari itu, dia harus bisa menahan diri, agar jangan sampai menghabiskan kue tersebut dalam waktu dekat, setidaknya sampai kue yang dimiliki oleh Weng Lou habis terlebih dahulu.
Namun sayangnya dia tidak mengetahui, bahwa kue yang dimiliki oleh Weng Lou bahkan cukup untuk dirinya makan selama satu tahun penuh.
Sentra itu, Weng Lou yang berjalan pergi meninggalkan Weng Ying Luan, di dekati oleh Lin Mei.
Lin Mei mengulurkan tangannya dan tersenyum semanis betul kepada Weng Lou dna hanya dibalas dengan tatapan datar oleh Weng Lou.
Tanpa mengatakan apapun dia mengayunkan tangannya dan memberikan sebungkus kue dalam jumlah yang sama seperti yang diberikannya kepada Weng Ying Luan sebelumnya.
Wajah Lin Mei tampak ceria melihat itu dia pun langsung pergi meninggalkan Weng Lou dan memilih untuk duduk di bawah sebuah pohon yang berada tepat di tepi oasis.
"Setidaknya ucapkan terima kasih...." ucap Weng Lou dengan pelan.
Setelah mengatakan itu, dia pun melanjutkan langkahnya dan pergi ke kereta kuda dan melihat keadaan Man Yue yang masih tak sadarkan diri.
Weng Lou mulai berpikir, apakah dirinya yang terlalu keras memukul belakangnya, atau memang tubuh Man yang terlalu lemah, sehingga masih tak sadar sampai saat ini.
Dia pun memilih untuk duduk di atas kereta dan mengeluarkan Pisau Pencabut Nyawa miliknya, dan membersihkannya dari bercak darah yang menempel.
Beberapa menit kemudian, terlihat pergerakan dari Man Yue, dan tak lama kemudian kedua matanya sedikit bergetar lalu terbuka secara tiba-tiba.
Kedua matanya bergerak melihat sekitarnya, sebelum kemudian terhenti ketika melihat sosok Weng Lou. Dengan terburu-buru dia pun langsung mengubah posisi dirinya dan bergegas berdiri.
Dia menarik sebuah belati dari pinggangnya dan menunjukkannya kepada Weng Lou.
"Ada dimana aku?! Kau-! Kau bawa aku kemana?!" seru gadis itu yang melihat sekitarnya yang merupakan Padang pasir berwarna kemerahan tak dikenalnya.
Mendengar pertanyaan darinya, Weng Lou pun menjawab dengan tenang.
"Kau berada di Daerah Huangwu, sekitar beberapa puluh kilometer dari Kota Liming," jawab Weng Lou dengan suara tenang.
Dia sudah menduga bahwa Man Yue akan bertindak seperti ini ketika ia terbangun, jadi dia sudah mempersiapkan segala macam jawaban yang akan kemungkinan dikatakan olehnya.
**Catatan Penulis:
Sekali-kali 1 chapter hanya nyantai, entar malah jadi terkesan gila karena hampir tiap chapter ada gelud dan masalahnya**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Muhammad Yusuf
lanjut
2022-05-17
0
Yono Sujono
tambah mantap thor
2022-04-27
0
hariyono liman
🤑😑😑
2021-12-11
0