Weng Lou menatap pria itu dengan waspada begitu juga pemuda berambut perak yang mundur dan berhenti di tempatnya.
"Bagaimana dengan pria itu, apakah dia temanmu, atau anggota kelompok pria yang kau habisi?" tanya Weng Lou kepada pemuda berambut perak itu.
"Pernahkah kau melihat ada seorang teman yang menjauhi temannya seperti yang aku lakukan?!" tanya balik pemuda itu seakan merasa bahwa Weng Lou adalah orang bodoh.
"Pernah!" jawab Weng Lou yang sukses membuat pemuda berambut perak itu terdiam.
"Teman macam apa itu?!" protes pemuda berambut perak itu kepada Weng Lou.
Bagaimana bisa ada seorang teman yang akan menghindari temannya sendiri seperti menghindari seekor hama atau serangga?
"Entahlah! Aku juga tidak tau!"
"Kalian ini akrab sekali. Apakah kalian berkerja sama untuk menghancurkan rencanamu?"
Pria setinggi dua meter yang berdiri tepat di dalam bundaran segel Naga Tanah itu berbicara kepada mereka berdua. Perhatian Weng Lou dan pemuda berambut perak itu pun kembali kepadanya setelah hampir melupakannya karena sebuah pertanyaan konyol dari Weng Lou sebelumnya.
"Heh, tidak perlu bekerjasama dengannya untuk membuat kalian semua mati di tanganku!" ucap pemuda berambut perak itu kepada pria setinggi dua meter tersebut.
Pria itu tertawa pelan mendengarnya lalu kemudian melangkah kakinya dan seketika itu juga sosoknya muncul tepat di depan pemuda berambut perak tersebut.
Nafas Weng Lou dan pemuda itu terhenti seketika, dan keduanya langsung melompat mundur sejauh mungkin, namun lagi-lagi sosok pria itu muncul seketika di hadapan mereka.
Pemuda berambut perak itu mengkertakan giginya, dan dengan cepat mengayunkan kedua tangannya.
Sepuluh benang tipis dan tajam langsung terayun dan menebas apapun yang di depannya, namun sosok pria itu kemudian menghilang dan muncul kembali di tengah-tengah bundaran segel Naga Tanah.
"Kau pikir mainan anak-anak seperti itu dapat melukai ku? Kau pasti bercanda," ucap pria itu yang memasang senyum lebarnya.
"Yah...mau bagaimana pun, aku tetap harus berterima kasih karena kau sudah membawakan dua cakram ini kembali kepadaku. Jujur, ketika kau dan adikmu mencurinya dariku, aku berencana untuk menguliti kalian berdua lalu memotong-motong tubuh kalian dan memberikannya kepada peliharaan ku sebagai makanan."
Weng Lou dan pemuda itu yang mendengar perkataan pria tersebut tersedak napas mereka sendiri. Itu adalah hak terkejam yang pernah mereka dengar sepanjang hidup mereka!
Bahkan apa yang dilakukan oleh kedua orang tua Weng Lou dan Weng Shan Lao kepada Keluarga Besar Gu di Kota Bintang Putih waktu itu tidak sampai setengah kekejaman yang dikatakannya.
"Bolehkah aku bertanya?" Weng Lou berbicara sambil menatap pria itu.
"Hm? Apa yang ingin kau tanyakan? Tanyakanlah, karena sebentar lagi Sang Dewa Pemusnah akan lepas dari sangkar yang telah mengurungnya selama seribu lima ratus tahun lamanya!"
"Emm....memangnya apa guna dari cakram yang menjadi kunci dari segel itu? Bukankah justru bagus jika cakram itu ada sejauh mungkin dari segelnya?" tanya Weng Lou dengan wajah datarnya.
"Hm? Tentu saja ada kegunaannya! Dengan cakram ini, aku bisa mengendalikan Sang Dewa Pemusnah! Aku akan membawa kehancuran bagi Kota Liming yang kecil dan suram ini, lalu kemudian pergi ke daerah lainnya dan menghancurkannya hingga semua wilayah di Pulau Pasir Hitam hancur dan semua orang tunduk kepada ku!"
"Ah, terima kasih banyak atas penjelasannya."
Setelah mengatakan itu, Weng Lou mengeluarkan sepuluh buah pedang tiruan Pedang Naga Malam dari dalam ruang penyimpanannya dan membuatnya melayang di udara.
Dengan satu lambaian tangan, sepuluh pedang yang dialiri oleh Qi itu terbang dan melesat dengan cepat ke arah pria itu.
Pria itu cukup terkejut begitu melihat bahwa pedang-pedang yang terbang ke arahnya memiliki kecepatan yang jauh lebih cepat dari benang-benang tajam milik pemuda berambut perak yang bersama dengan Weng Lou.
Dia menghindari setiap serangan yang datang kepadanya, dan melihat bahwa gerakan dari pedang-pedang itu semakin lama semakin cepat.
Berada di ruangan yang sempit, membuat dirinya agak kesulitan untuk melakukan gerakan atau pun serangan balasan. Menoleh ke satu arah, dan menemukan sebuah celah dari pedang-pedang itu.
Melesat cepat, pria itu kemudian keluar dari serangan pedang yang diberikan oleh Weng Lou kepadanya.
Tangannya terkepal, dan di meninju dengan cepat ke arah Weng Lou. Namun kemudian, pukulannya berhenti begitu saja di udara karena menabrak sebuah pelindung dari Qi yang sangat tipis dan transparan.
Anehnya, ketahanan dari pelindung itu benar-benar sanggup menahan pukulannya yang bahkan sanggup membuat seorang Praktisi Beladiri yang berada di ranah Pembersihan Jiwa tahap 8 akan terlempar dan terkapar di tanah.
Hal ini dikarenakan Weng Lou yang telah memadatkan Qi miliknya hingga tidak mudah pecah atau pun hancur begitu saja.
"Anak ini....jangan berpikir bahwa serangan dariku hanya itu saja!!!!"
Bam! Bam! Bam!
Pukulan bertubi-tubi dilancarkan olehnya, dan benar saja, setelah pukulan kelima, pelindung itu pun pecah, namun apa yang terjadi selanjutnya membuat pria itu terkejut.
Begitu dia selesai menghancurkan pelindung Qi milik Weng Lou, benang-benang dari pemuda berambut perak itu pun datang menyambutnya.
"Dua bocah sialan!"
Mengalirkan Qi pada tangannya, dia pun memotong benang-benang itu dan kemudian melakukan tebasan pada udara kosong.
Sayatan angin pun tercipta dan mengarah dengan cepat pada pemuda berambut perak itu, akan tetapi pelindung dari Qi kembali tercipta dan menahannya.
Weng Lou menggerakkan kedua tangannya, dan sepuluh pedang yang sebelumnya bergerak kembali menyerang pria itu.
Shuuu!!!! Whuusss!!! Hussshhh!!!
Bagai sebuah bulu yang melayang di udara, pria itu menghindari dengan sangat mudah serangan pedang Weng Lou, dia sudah mulai bisa membaca serangannya.
Meski begitu, Weng Lou tidak panik sedikitpun. Melihat pria itu yang mempu menghindar semua serangan darinya, Weng Lou langsung melompat maju ke arah pria itu.
Pria itu tersenyum jahat melihat Weng Lou yang dengan bodohnya maju menyerang dirinya begitu saja.
"Mati kau bocah sialan!!!" seru pria itu.
Dia melakukan gerakan memotong dengan menggunakan tangan kanannya, dan mengarah langsung ke leher Weng Lou. Dengan tenang Weng Lou memiringkan kepalanya dan menghindari serangan itu dna membuat pria itu terkejut.
Pada saat ini, kedua mata Weng Lou tampak sangat dalam bercahaya. Dia mengaktifkan Teknik Pembersih Jiwa miliknya dan membuat pikirannya sangat tenang, hingga ia bahkan tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk mengetahui bagaimana emosinya saat ini.
Shuu-! Shua!!! Pshhh!!!
Serangan demi serangan di lancarkan kepada Weng Lou, namun Weng Lou yang masih memasang ekspresi tenang, berhasil menghindari semua serangan itu.
Ketika jaraknya dengan pria itu hanya terpaut beberapa jengkal saja, tangan kanan Weng Lou dialiri dengan Qi miliknya, dan menusuk ke arah dada lawannya.
"Ck!"
Tap-SHUUU!!!!
Pria itu menepis begitu saja serangan Weng Lou dan membuatnya menusuk udara kosong yang menyebabkan sebuah gelombang yang berasal dari tusukan yang ia kerahkan.
Gelombang itu mengarah pada langit-langit ruangan tersebut, dan tak lama kemudian langit-langit itu pun runtuh dan menimpa pria itu.
"Huaaa!!!! Kalian membuatku marah, anak-anak sialannn!!!!"
Dia mengepalkan tangan kanannya dan Qi dalam jumlah besar mulai menutupinya.
Dengan sekuat tenaga dia kemudian mengayunkan tangannya pada tanah tepat di tengah bundaran segel Naga Tanah yang sebelumnya sempat di gali oleh kelompok pria sebelumnya.
Pukulannya itu menyebabkan tanah bergetar, dan retakan pun tercipta.
Mata Weng Lou melebar melihat itu, sesuatu yang tidak baik akan terjadi.
Buru-buru ia bergerak keluar dari situ dan meninggalkan pemuda berambut perak dan pria itu.
Tak lama, pemuda berambut perak tersebut pun juga langsung bergerak keluar dari ruangan tersebut menyisakan pria itu sendirian.
Beberapa waktu kemudian, getaran tanah yang jauh lebih kuat muncul dan kemudian menghancurkan bangunan yang berada di atas bundaran segel Naga Tanah.
Dan kemudian, sebuah lubang dengan diameter mencapai lima puluh meter tercipta di tanah, tepat di lokasi bangunan itu berada.
"ROAARRRR!!!!!!!"
Suara auman yang amat memekakkan telinga keluar dari lubang tersebut.
Semua orang yang ada dekat situ sampai harus menutupi telinga mereka karena raungan yang amat keras itu.
Selang beberapa detik raungan tersebut menghilang, getaran pada tanah kembali terjadi, bersamaan dengan suara dehaman seperti langkah kaki.
Dari dalam lubang raksasa itu, sesosok makhluk raksasa berjalan keluar dan kemudian menatap langit malam berbintang dan bulan yang bersinar indah.
"Aku kembali, manusia!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
udin_seblak
🙏🙏👍
2022-04-22
3
udin_seblak
👍🙏👍
2022-04-22
3
udin_seblak
🙏👍🙏
2022-04-22
3