"Nel bangun, udah nyampe parkiran." Kata Milan menggebuk pelan pipi Nelam.
"E-eh.. Iya!" Wanita itu terbangun lalu mengucek matanya. Dia langsung menuruni dirinya dari sepeda motor milik Milan.
"Kalau kamu ngerasa ngantuk, bolos aja yuk.." Usulan Milan membuat Nelam membulatkan kedua matanya.
"Nggak! Gak akan pernah! Ayok ke kelas.. semangat!" Nelam dengan penuh semangat berjalan cepat keluar.
Milan memutar kedua bola matanya malas, "Kalau aku yang ngantuk berat kayak gitu, mending aku tidur di rumah kalau enggak mabar papji," gumam Milan lalu dia berlari mengejar Nelam.
"Nel, emang kamu kerja apa sih sampe ngantuk kayak gitu."Nelam meliriknya. Nelam tampak kebingungan, dia gak mungkin kasih tau kerjaannya ke Milan.
"A.. aku kerja di kafe." Bohongnya membuat Milan memicingkan kedua matanya. Mereka masih berjalan menuju kelasnya.
"Heh, Milan!" Tegur Danu sangar membuat Nelam dan Milan terhenti. Danu berdiri di hadapan mereka.
"Apa, Dan. Lo mau bikin gue bonyok, nih..." Milan sambil menepuk pipinya.
Danu menampilkan smirk-nya lalu melihat Milan dengan remeh, "Gue gak mau ngotorin tangan gue."
Nelam sudah muak karena mereka selalu bertengkar. Nelam pun berjalan cepat menuju kelas.
Danu berlari dan menahan tangan Nelam, membuatnya terhenti. Nelam melirik Danu dengan sinis, "Lepasin Dan, setelah apa yang kamu lakuin.. kamu pikir aku gak sakit hati. Please Dan, jangan ngekang aku kayak gitu."
Mata Nelam sudah berkaca-kaca. "Kalau kamu sayang sama aku, lepasin aku, lupain semua." Danu pun melepaskan pegangan tangannya. Nelam melanjutkan langkahnya sambil menyeka air matanya.
Selama ini, Danu memang labil dan playboy. Dia tidak bisa menentukan pilihannya. Akan tetapi, dia tidak bisa melepaskan Nelam begitu saja, karena dia akan merasa kehilangan orang yang sangat dia cinta, tapi disamping itu dia juga tidak bisa menjauhi wanita lain.
Milan menghampiri Danu lalu menepuk-nepuk bahu Danu. "Kalo lo nyakitin dia lagi, please jauhin dia!" Kata Milan berani di bibir mata Danu. Pria itu masih diam hingga Milan berlari menyusuli Nelam.
***
Nelam telah duduk di tempat duduknya. Milan yang baru masuk kelas itu memantapkan hatinya untuk menghibur Nelam. Dia duduk di dekat Nelam tapatnya di kursi Vera.
"Yakin masih mau nangis?" tanya Milan membuat Nelam meliriknya cepat. Milan dengan senyumnya lalu dia menghapus air mata di pipi Nelam dengan ibu jarinya. "Nanti kelas ini bisa banjir kalau kamu nangis terus."
"Aku udah terbiasa nangis. Air mataku udah mulai abis."
"Mangkannya, air mata harus awet jangan dibuang sia-sia karena gak baik. Menyia-nyiakan sesuatu itu bikin kamu nyesel loh. Kamu tau gak ada seorang wanita yang matanya ngeluarin darah." Kata Milan membuat Nelam menatapnya takut dan serius.
"Kenapa? Gara-gara nangis?" tanya Nelam serius.
"Gara-gara ke colok benda tajam."
Nelam berkacak pinggang lalu mencubit tangan Milan.
"Aduh... duh.."
"Ampun Nel..."
"Gitu dong, jangan nangis lagi. Nel kamu jangan bilang ke siapa-siapa ya." Kata Milan membuat Nelam mengerutkan alisnya.
"Bilang apa?"
"Kalau aku suka kamu. Inget ya, kita punya ikatan batin yang kuat jadi aku bisa tau kalau kamu gak bisa jaga rahasia ini." Kata Milan membuat Nelam mengalihkan pandangannya lalu tersenyum sebentar dan melirik Milan dengan ekspresi datar.
"Gak lucu!"
Vera yang ada di lawang pintu itu melihat Nelam yang sedang berduaan dengan Milan. Vera tampak kesal lalu berjalan ke arah mereka. Milan yang refleks karena Vera yang duduk pun bangkit dari duduknya.
"Inget, Nel. Jaga rahasia kita." Milan sambil tersenyum lalu berjalan ke kursinya. Vera yang sudah duduk di kursinya, tidak menegur Nelam sama sekali.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Zifa Zifa
sedih mulu nelam nih, next ❣❣❣❣❣❣❣❤❤❤❤❤❤❤❤thooorrr🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
2021-11-17
0
Pricila Bianca Aidelin
suka dengan karakter Milan
2021-09-17
0
Öžôŕã
cowok kayak danu aja ditangisi
2021-08-02
0