***
Di rumahnya, ada kak Doni dan isterinya bernama Feni. Tidak salah lagi kalau mereka ke rumah Nelam hanya untuk membicara masalah utangnya.
Milan dan Nelam masuk ke dalam rumah. Nelam mencium tangan Ibunya diikuti Milan. Mereka duduk di dekat Ibu Nelam yang berbaring di depan televisi kecil tepatnya di kasur lusuh, keadaan bu Laras semakin mengkhawatirkan.
Doni melirik Milan. "Kamu pacarnya Nelam?" tanya kak Doni.
"Iya kak."
"Putusin Nelam, karena sebentar lagi dia mau nikah sama Guntur."
Nelam menggeleng cepat, "Nggak kak! Aku gak mau!"
"Aku gak akan putusin Nelam sampai kapan pun!" Tegas Milan.
Kak Doni bangkit dari duduknya lalu menatap Milan. "HEH! GUE TEGASIN SEKALI LAGI!"
Milan berniat bangkit namun Nelam menahan tangannya. "GAK ADA SATU ORANG PUN YANG BISA PISAHIN KITA!"
"PUNYA HAK APA LO ANAK KECIL!" Doni meraih kerah kemeja Milan, membuat anak itu bangkit dari duduknya. Nelam, Feni, dan Bu Laras ikut terkejut dengan keadaan keruh ini.
Bugh...
Doni menghajarnya membuat pipi Milan memerah. Nelam menghentikan tangan kakaknya. "JANGAN KAK!"
"MINGGIR!"
Reno yang datang dari dapur itu berlari ke arah Ibu. Dia kelihatan sangat panik lalu duduk di dekat Ibu yang tiba-tiba sesak napas.
"Bu.."
"Ibu.."
Nelam ikut panik lalu duduk didekat Ibu. "Ren, cepet ambilin minum sama obat asma!"
"Bentar kak!"
Napasnya sudah tidak teratur. "Ja-jaga.. di-diri.. ba-baik.. baik.. "
"Bu.. Ibu.. Hiks.. Hiks.."
Bu Laras menutup matanya, tangannya
Milan menempelkan telunjuknya pada hidung sang Ibu memastikan masih ada napas yang keluar dari hidungnya, namun ajal telah menjeput Ibu Laras.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Suasana haru melanda mereka. Nelam pingsan, Reno menangis dengan kencang, namun kakaknya Doni dan Feni terlihat biasa-biasa saja. Mereka tidak merasakan sedih sama sekali.
"Udah lah, Ibu itu emang udah sakit, wajar aja kalo meninggal, daripada sakit-sakitan terus." Katanya sarkastis membuat Milan menghampiri Doni, menatap wajah Doni dengan tatapan tajam yang amat menusuk.
Milan meraih kerah kemeja Doni. "Ibu udah ngelahirin kamu! Merawat kamu, tapi kamu gak pernah ada rasa kasian sama ibu kamu. Kamu gak bakal punya kebahagiaan sampai ajal menjemput!" Ucap Milan sarkastis sampai emosi.
"Bocah so tau!"
Milan mendorong tubuh Doni sampai terhempas. Doni yang takut akan Milan, akhirnya pergi dengan isterinya.
***
Nelam menangis sambil memeluk batu nisan. Milan ikut jongkok dan mengusap punggung Nelam. Reno pun masih menangis, anak itu menaburi makam Ibunya dengan bunga.
"Ibu pernah bilang ke Reno. Kalau Ibu nggak ada, Reno harus jagain Kak Nelam, karena Reno cuma punya Kakak, hiks.. hiks..." Tuturnya sambil menangis. Bahkan saat pemakaman, Doni tidak mengunjungi makam ibunya. Sungguh, Doni telah tersesat dijalan yang salah.
"Ibu, Nelam cuma bisa doain Ibu. Maafin Nelam belum bisa bahagiain Ibu."
Milan membangkitkan tubuh Nelam. "Ayok kita pulang, udah mau maghrib." Kata Milan membuat Nelam mengangguk. Nelam mulai membalikan tubuhnya berjalan menjauh dari area pemakaman namun kepalanya masih menoleh ke belakang, Reno pun sama.
"Kak, Ibu sama Bapak udah bersama sekarang. Kakak jangan sedih lagi." Kata Reno membuat Nelam menghembuskan napas pelan, Nelam menghapus air matanya.
"Iya, mereka cinta sejati."
Milan, Reno dan Nelam sudah melangkahkan kakinya dan berjalan pulang.
"Hal yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang tua, kerap kali rasa sesal membuat hati kita makin hancur. Belum bisa bahagiain mereka, tapi mereka udah pulang. Dengan tulus mereka mengurus kita dari kecil hingga besar, tidak mengelug walaupun kita masih jadi beban."
***
vote da komen ya.. :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Qorie Izraini
lengkap sudah pebderitaan neelam
2022-02-10
0
Fitri Yana
sabar nelam
2022-01-12
0
Zifa Zifa
doni anak gak tau diri nih,,,, benaran tuh Don loe gak bakalan pernah bahagia setelah kepergian ibu loe😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠
2021-11-17
0