"Apa kamu nantinya mau menikah disaat masih kuliah? Em, maksudku karena perjodohan ini," tanya Adnan, dia bertanya seperti itu mengingat Yesha kuliah di bidang kedokteran yang membutuhkan banyak waktu untuk belajar dan praktek.
Deg
Mendadak Yesha menghentikan langkah. Kenapa dia tidak berfikir samapi ke sana? Mendadak pusing memikirkan masalah ini, dia bingung harus berkata apa pada Adnan? Tidak mungkin juga kalau dia jujur saat ini, tapi suatu saat dia memang harus jujur dan dia akan siap menerima apapun resikonya nanti.
"Kenapa berhenti Sha? Ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Adnan, karena Yesha justru berhenti dan tidak menjawab pertanyaannya.
Yesha terbangun dari lamunannya, "Enggak apa-apa Kak," jawabnya.
"Gimana pertanyaanku tadi, apa jawabannya Sha?" ternyata Adnan masih penasaran dengan jawaban yang akan di berikan oleh Yesha.
"Em, gimana ya Kak, kalau itu permintaan orang tua kenapa tidak," Yesha menjawab dengan sedikit gugup. "Maaf Kak, aku harus segera pergi, kedua orang tuaku pasti sudah menunggu lama," Yesha tidak mau Adnan menanyakan lebih rinci tentang perjodohan ini, jujur Yesha takut jika sandiwaranya terbongkar, karena gadis itu tak bisa berbohong.
Yesha langsung meninggalkan Adnan dengan penuh pertanyaan, dia masuk ke dalam lift tanpa menunggu Adnan yang masih memantung. Pemuda itu menangkap kegugupan di wajah Yesha, tapi dia tidak tahu alasannya kenapa.
Yesha tak bisa memejamkan mata, bahkan ini sudah sangat larut, pikirannya melayang akan pertanyaan Adnan. Ia jadi berfikir panjang, bagaimana kelanjutan kisah mereka? Apakah akan bisa berlanjut atau justru berakhir sebelum di mulai, mengingat dia di sini hanya sandiwara, tapi ternyata sandiwaranya harus melibatkan hati. Dia mengakui telah jatuh hati akan pesona pemuda itu. Dia mendesah frustasi, sambil memandang beberapa pesan dari Adnan yang sengaja ia abaikan, karena tidak mau jika pemuda itu membahas masalah tadi.
Bangkit dari pembaringan menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk bermunajat sebelum tidur. Dia selalu teringat akan petuah sang Papi.
"Kalau pikiran dan hatimu sedang gelisah basahi wajahmu dengan air wudhu dan meminta petunjuk sama Allah, apapun itu masalahnya, insyaallah akan lebih tenang," Papi menasehati semua anaknya, saat itu ketika adiknya Adinda, gelisah memikirkan perlombaan olimpiade yang akan dia hadapi.
Ternyata benar apa yang di ucapkan Papi waktu itu, karena setelah melaksanakan semua ucapan sang Papi hatinya sedikit membaik, dia bersiap untuk memejamkan mata.
Berbeda dengan Yesha, sepupunya Alisha justru bisa tidur tenang meskipun tadi sempat ketakutan karena kepergok Papa. Tapi itu tidak masalah baginya, mobil sama motor di sita sudah hal biasa, dan dia masih bisa melakukan aktifitas seperti bisa bahkan dia juga masih bisa untuk ikut ke arena. Apa sih yang tidak bisa dia lakukan? Selama ini bukannya sering seperti itu, mobil, motor di sita sama Papa, tapi dia selalu bisa mengatasinya.
🌻🌻🌻
Pagi menjelang, Yesha baru saja membereskan bekas sarapan mereka sekeluarga, ketika ponselnya berdering, ia pun segera meraih ponsel yang berada di atas meja makan, melihat nama siapa sepagi ini sudah menelfon? Bahkan ini hari libur. Saat mengetahui siapa si penelfon dia pun segera menerima panggilan itu.
"Hallo, assalamu'alaikum Ma, gimana ada yang bisa Yesha bantu?" tanyanya dengan orang di seberang sana.
"Oke Ma, Yesha segera meluncur, tunggu setengah jam pasti aku dah sampai," setelah mengucapkan salam dia pun mematikan panggilan tersebut.
"Siapa sayang?" tanya sang Mami yang baru saja masuk ke dapur, setelah mengantar minuman untuk Papi.
"Mama Icha Mi, Mama minta aku buat nemenin dia ke mall, katanya mau beli peralatan dapur," jawabnya.
"Wah, Mami juga mau kalau gitu, kita belanja bareng nanti," Mami terlihat girang, karena jarang sekali bisa ke mall bareng sama sahabat sekaligus adik iparnya itu.
Seperti yang Yesha katakan, setengah jam kemudian dia sudah sampai di depan rumah Mama Icha. Memarkirkan mobilnya, lalu keluar bersama sang Mami yang ikut serta, untung saja Papi yang sedang libur bekerja mengijinkan Mami untuk ikut ke mall tentunya dengan berbagai alasan, karena biasanya sang Papi paling sulit di mintai ijin saat libur kerja seperti ini, dengan alasan ingin berkumpul di rumah dengan anak dan istrinya.
"Mbak ikut juga? Makin seru dong, ayo Mama dah siap," Mama Icha yang baru saja turun dari kamar langsung mengajak mereka berdua untuk pergi.
"Shasa mana Ma?" tanya Yesha, sebenarnya dia sudah faham, di hari Minggu seperti ini Alisha pasti masih meringkuk di dalam kamar.
"Biasa, masih molor. Tadinya mau Mama ajak, tapi enggak mau dianya, yaudah kita bertiga aja," jawab Mama Icha.
Mereka bertiga pergi ke mall terbesar yang ada di kota itu. Yesha hanya mengikuti dua wanita yang memiliki selera sama itu tanpa protes sedikit pun. Tapi ternyata lelah juga, dua wanita itu yang katanya mau membeli peralatan dapur, tapi nyatanya saat ini mereka justru masuk ke dalam counter pakaian, dan memilih beberapa gamis modern, membuat dia menghembuskan nafas, bosan. Sejujurnya Yesha bukan gadis yang suka belanja, dia akan belanja ketika benar-benar membutuhkan, uang dari Papi ia belanjakan buku-buku tentang kesehatan dan kedokteran serta beberapa novel dari penulis terkena Indonesia bahkan dunia.
"Mi, Ma, aku tunggu kalian di kafe aja ya, nanti kalau Mami sama Mama dah selesai telfon aku," ucapnya saat mendekati dua wanita yang masih terlihat cantik di umur yang hampir menginjak empat puluh tahun itu.
Setelah mendapat persetujuan, dia pun menuju kafe yang tadi dia sebut, membaca buku untuk menghilangkan rasa penat. Dia sengaja membawa buku, karena dia sudah menduga akan seperti ini, dua wanita paruh baya itu akan menghabiskan banyak waktu ketika mereka belanja bersama.
Yesha terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sofa sebelahnya. Dia langsung mendongak melihat siapa yang ada di sana.
"Eh, Kakak di sini juga?" dia gugup, karena sejak semalam orang yang ada di hadapannya ini dia hindari bahkan beberapa pesannya tak ia hiraukan.
"Kenapa enggak bales pesanku Sha?" bukannya menjawab, Adnan justru balik bertanya.
Yesha menjadi lebih gugup, saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Adnan.
"Kamu menghindari aku ya?" tebakan yang sangat benar sekali. Tapi kenapa yang dihindari justru hadir di saat yang tidak tepat seperti ini.
"Ah, enggak Kak, aku cuma belum sempat bales aja," kilahnya.
Adnan mengerutkan dahi, apa katanya? Belum sempat membalas tapi kenapa dia malah sibuk membaca novel? Apakah Adnan tidak berarti untuknya?
Adnan menghela nafas, "Kamu bukan tipe orang yang mudah berbohong Sha," ucapnya. "Kalau ada masalah katakan saja, jangan menghindar seperti ini," tambahnya.
Yesha menunduk, "Maaf Kak, aku janji tidak akan menghindar lagi," akhirnya dia mengakui, jika memang sengaja menghindar.
Adnan tersenyum, "Baiklah, tidak udah di pikirkan lagi. Kalau kamu takut aku bertanya tentang pernikahan, aku tidak akan menanyakan itu lagi," ucapnya, Adnan bisa menebak jika Yesha tidak nyaman dengan ucapannya semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Bintang ⭐
thor alisha dong ,aku lebih suka ceritanya alisha dari pada yesha
2021-05-10
1
kiara_10
kebanyakan ceritanya ayesha dari pda alisha nya..
2021-05-02
1
Irma Murniati
up nya jgn.pm thor
2021-04-29
1