"Seneng banget keliatannya," Alisha masuk kamar Yesha tanpa permisi dan dia mendapati sepupunya itu sedang tersenyum sambil menatap gawainya.
"Eh, kapan datang Sha?" tanya Yesha.
"Baru aja. Gimana Kak, udah jatuh cinta sama cowok itu?"Alisha duduk di sofa yang ada di dalam kamar Yesha.
"Emm, gimana ya, gue sendiri bingung, tapi seru aja saat bicara dengan dia, ah gitu deh," jawab Yesha sambil membayangkan perlakuan Adnan padanya, apalagi saat makan siang tadi, Adnan yang selalu menatapnya dengan tatapan penuh damba dan itu membuat Yesha malu sendiri.
"Kak, jangan tatap aku gitu dong, malu aku tu," celetuk Yesha.
"Saat malu-malu gitu kamu tambah cantik Sha, dan aku suka," bukannya mengalihkan pandangan, Adnan justru makin lekat memandang Yesha.
"Gombal,"
"Serius Sha," timpal Adnan sambil tersenyum, dan Yesha hanya bisa memalingkan wajah karena merasakan jika wajahnya semakin memanas karena malu.
"Kak! Kak! Kenapa sih senyum-senyum enggak jelas gitu, gue merinding tau," ucapan Akidah menyadarkan Yesha dari lamunannya.
Yesha hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Fiks, Kakak gue terkena virus ini," celetuk Alisha.
"Jangan ngawur Sha, sehat-sehat gini," protes Yesha yang tidak tahu apa yang di maksud oleh Alisha.
"Ck, bukan virus itu, tapi virus bucin, ha-ha-ha," Alisha tertawa lepas saat menyadari Kakak sepupunya itu sudah bucin, bahkan mereka baru bertemu.
"Mana ada," sangkal Yesha. "Eh ngapain ke sini tiba-tiba Sha?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan, padahal nyatanya Alisha memang sering datang tiba-tiba bukan.
"Gue mau cerita Kak," terlihat tidak semangat dari raut wajah Alisha.
"Cerita apa? Biasanya kalo melo gini pasti gara-gara kalah di arena ya?" tebak Yesha, karena biasanya memang seperti itu.
"Tebakkan yang tidak tepat sama sekali," jawab Alisha.
"Terus apa? Biasanya enggak ada yang bisa buat Lo sesedih ini selain kalah balapan,"
Alisha menghembuskan nafas, perkataan Yesha memang benar, tapi kali ini berbeda masalahnya. "Gue tadi ketemu sama cowok yang gue cari itu," ucapnya.
"Bagus dong, tapi kenapa Lo sedih gitu?" tanya Yesha, bukannya seharusnya Alisha bahagia karena menemukan cowok yang dia cari selama ini, tapi ini kenapa malah bersedih.
"Masalahnya, gue liat tadi dia sama cewek Kak," jawab Alisha.
"Coba ceritain, siapa tahu dia adiknya," Yesha mencoba meyakinkan Alisha supaya tidak berfikiran buruk terlebih dahulu.
"Tadi waktu gue ke luar dari mall, gue lihat tu cowok di parkiran dia turun dari mobil, gue kira dia sendirian tapi pas keluar mobil, dia bukain pintu sebelah dan ada cewek di sana. Tadinya gue mau nyapa tu cowok tapi pas tahu dia sama cewek, jadi gue milih pulang aja," Alisha bercerita dengan raut wajah cemberut.
"Ceweknya cantik enggak?" tanya Yesha, dia bukannya prihatin dengan Alisha, malah mikirin cewek itu, jahat sekali bukan.
"Mana gue tahu, gue enggak liat wajahnya, karena setelah itu gue pergi, enggak mau sakit hati," jawab Alisha malas.
Yesha tersenyum, tapi sebenarnya kasihan juga melihat sepupunya seperti itu, "Kalau dia di takdirkan berjodoh dengan kamu, pasti kalian akan bersatu, percaya deh, kaya cerita Papi sama Mami," Yesha menasehati sepupunya, dia jadi teringat kisah cinta kedua orang tuanya, yang katanya menikah secara dadakan karena sang Mami yang menggantikan calon mempelai wanita yang tidak hadir.
"Tapi tetep aja hati gue patah Kak, huu apalagi pas liat penampilan ceweknya, jadi makin minder gue," sebenarnya Yesha ingin menertawakan Alisha, karena baru kali ini dia melihat sepupunya itu bersikap lemah seperti itu apalagi masalah laki-laki, tapi dia tidak setega itu untuk menertawakan Alisha.
"Minder gitu kaya bukan Alisha aja deh, berusaha lah, kalo enggak bisa nikung secara langsung, tikunglah di sepertiga malam, gue yakin kalo itu jodoh lo kalian pasti bersatu, percaya deh," meskipun umurnya lebih muda tapi pemikiran Yesha terlihat lebih dewasa, karena kedewasaan itu tidak melihat dari umurnya bukan?
"Entahlah Kak, gue kenapa gini ya, gua aja bingung sama diri gue sendiri, huhf," Alisha menghela nafas. "Gue ikutin saran Lo deh, buat nikung tu cowok lewat sepertiga malam, harus semangat mulai hari ini untuk bangun di sepertiga malam," Alisha kembali bersemangat, membuat Yesha sedikit tersenyum.
"Nah gitu dong," Yesha mengacungkan jempolnya, pertanda setuju.
"Makasih Kak, Lo emang yang terbaik," Alisha memeluk Yesha dengan erat, dia beruntung memiliki sepupu sebaik Yesha.
🌻🌻🌻
"Van, tumben udah beberapa hari dia enggak ke sini?" tanya Angkasa, mereka saat ini sedang berada di apartemen Nevan, seperti biasa main game.
Nevan menggidikkan bahu, "Makanya kalo suka bilang aja Ang, terus terang. Enggak gantlel banget sih lo," Nevan tersenyum mengejek Angkasa.
"Tau tuh, gue tikung mampus Lo Ang," Rian menimpali, seketika Angkasa menatap tajam Rian yang cengengesan tidak jelas.
"Lo enggak pantes buat Adek gue, ibarat kata Adek gue berlian Lo batu kali udah item tenggelam pula," timpal Nevan.
Rian sontak melempar bantal sofa ke arah Nevan, "Sialan Lo, gue emang item tapi jangan di samain sama batu kali dong," protesnya.
"Batu kali juga banyak manfaatnya Yan, jangan liat bentuknya aja," kali ini Naga yang bersuara, dia tidak membela Nevan maupun Rian.
"Tapi kesannya gue item dekil gitu, ya emang sih gue item tapi kan enggak dekil juga," Rian masih tidak terima.
Yang lain hanya tertawa menanggapi protesan Rian. Cowok itu memang bisa di bilang berkulit sedikit gelap di bandingkan dengan tiga temannya, tapi kalau di lihat-lihat Rian itu manis, seperti gula jawa, hitam manis.
"Oh iya gue baru inget, Max ngajakin balapan, dia mau Lo sama dia aja yang maen," ucap Nevan pada Angkasa.
"Kapan?" tanya Angkasa tanpa menoleh ke arah Nevan, dia fokus dengan gawainya.
"Malam Minggu, di tempat biasa," jawab Nevan.
"Oke, gue mau, kalian harus ikut semua, gue enggak mau si Max main curang,"
"Pasti, kita bakalan ikut," ucap mereka bertiga hampir bersamaan.
Setelah itu mereka kembali fokus dengan ponsel masing-masing.
"Adek Lo kuliah di mana sih Van? Kok kayaknya enggak di kampus kita ya?" kali ini Rian yang bertanya, entah kenapa dia penasaran adik Nevan itu kuliah di mana.
"Emang enggak, dia kuliah di UI. Kenapa emang?"
"Enggak, tanya aja, siapa tahu Angkasa butuh info itu," jawab Rian.
"Udah tahu gue," Angkasa menimpali.
"Coba Lo pura-pura jadi pahlawan kesiangan Adeknya Nevan, siapa tahu dengan gitu kalian jadi deket," Rian memberi solusi, dia sebenarnya prihatin juga dengan kisah cinta sahabatnya itu. Pertama jatuh cinta tapi tidak berani mengungkapkan, hanya di rasakan dalam hati saja.
"Mana bisa? Dia kuliah bawa mobil sendiri, mau jadi pahlawan gimana?" tampaknya Angkasa tidak begitu saja menerima saran Rian.
"Ck, gimana gitu kek, Lo kerja sama sama Nevan kan bisa," Rian berdecak, sahabatnya itu sepertinya tiba-tiba bodoh.
"Entar kalo gue udah kangen sama dia," timpal Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lha ternyata Angkasa juga suka balapan,cocok tuh ma Alisha..
2025-02-16
0
Qaisaa Nazarudin
Pasti Angkasa tuh ma ceweknya..
2025-02-16
0
tralala 😽😽😽😽
😆😆😆
2022-10-31
0