"Kakak udah nunggu lama ya? Maaf, aku telat," setelah beberapa saat mereka terdiam, akhirnya Yesha bersuara juga. Sebenarnya dia juga bingung harus bicara apa dengan pemuda yang baru saja di kenalnya ini.
"Lumayan, tapi tidak apa-apa," Adnan tersenyum supaya Yesha yakin jika dia tidak masalah. "Oh ya mau pesen apa? Biar aku panggilkan pelayan," Adnan melambaikan tangan pada pelayan supaya mendekat ke meja mereka.
Keduanya hanya memesan makanan ringan dan minuman saja, karena masih terlalu pagi untuk makan siang. Keduanya terlihat langsung akrab, karena Yesha memang orang yang mudah akrab dengan siapa pun. Mereka juga bertukar nomor telfon supaya lebih mudah saat akan bertemu lagi.
"Pulangnya biar aku yang antar ya," karena merasa sudah terlalu lama mereka mengobrol akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Ah, tidak usah Kak, nanti merepotkan, aku naik taksi aja," Yesha sengaja menolak, karena ia bingung harus pulang ke mana nanti jika Adnan mengantarnya pulang.
"Tidak merepotkan, lagian aku juga tidak ada kerjaan setelah ini. Jangan menolak,"
Akhirnya Yesha pun menuruti Adnan, dia di antar pulang oleh Adnan. Bahkan tanpa Yesha mengatakan di mana tempat tinggalnya ternyata Adnan sudah tahu.
"Kamu kok tahu di sini rumahku?" tanya Yesha setelah berada di depan rumah Alisha.
"Aku pernah ke sini dulu, nganter Mama arisan," jawab Adnan memang benar adanya.
"Oh gitu, makasih ya Kak, yuk mampir," Yesha mengajak Adnan untuk singgah sebentar, padahal dalam hatinya mengatakan sebaliknya.
Semoga aja Kak Adnan nolak ajakanku. Batin Yesha.
"Ah tidak usah, kapan-kapan aja, aku pasti akan ke sini," tolak Adnan, karena dia pun tidak mau jika di ketahui telah berbohong.
Lega sekali Yesha mendengar penolakan Adnan, setelah itu dia turun dari mobil Adnan. Setelah melihat mobil Adnan menjauh, Yesha bingung saat akan masuk ke dalam rumah, karena Alisha tidak membalas pesannya sejak tadi, mau menunggu di depan gerbang juga tak mungkin karena satpam sudah melihat kedatangannya.
Baru saja Yesha melangkah, bunyi klakson mobil menghentikan langkahnya. Yesha bersyukur ternyata Alisha lah yang datang, bukan Om atau tantenya. Tanpa menunggu persetujuan Yesha pun masuk ke dalam mobil Alisha, padahal jika jalan kaki saja tidak sampai lima menit, tapi dia memilih untuk ikut mobil Alisha.
Plak
Alisha meletakkan beberapa lembar uang di meja satpam, entah apa tujuannya.
"Pak, jangan bilang Mama sama Papa kalau Kak Yesha enggak pulang bareng aku, kalau sampai Mama Papa tahu, Bapak tahu sendiri kan akibatnya," Alisha mengancam satpam rumahnya itu, tak urung sang satpam pun mengangguk.
"Beres Non, ceritanya ini uang tutup mulut?" tanyanya seakan tidak mengerti.
"Bapak mengejek atau gimana? Kurang ya?"
"Kurang banget Non, di tambah lagi juga mau,"
"Oke, aku tambah, tapi Bapak jangan halangi aku untuk kabur,"
Seketika satpam itu bungkam, karena jika dia mempersilahkan Nonanya kabur dari rumah, sudah di pastikan dia tidak akan bekerja lagi.
"Enggak jadi aja kalo gitu, ini cukup banget Non," ucapnya sambil cengengesan.
Yesha yang mendengar di dalam mobil hanya geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan pemikiran Alisha yang seperti itu.
"Jangan heran Kak, udah biasa, tu satpam makan uang suap, ha-ha-ha," Alisha justru tertawa dengan ucapannya sendiri, berbeda dengan Yesha yang tampak tidak setuju dengan perbuatan adik sepupunya itu.
"Jangan gitu Sha, kamu juga dosa lho," ucap Yesha memperingati.
"Ah, Lo itu kaya Bang Aufa aja, dah lah enggak usah di pikirin, anggap aja sedekah sama pegawai sendiri," setelah mengucapkan itu, Alisha pun keluar dari dalam mobil, karena mereka sudah sampai di teras, Yesha menyusul sepupunya untuk turun sambil geleng-geleng kepala.
Mereka masuk ke dalam rumah, Alisha langsung menuju kamarnya sedangkan Yesha lebih dulu mendatangi sang Tante yang sedang sibuk di dapur, sepertinya sedang membuat makan siang.
"Siang Ma, masak apa nih?" tanya Yesha.
Ya, Yesha sudah terbiasa memanggil Mama Icha dan Papa Al dengan sebutan Mama dan Papa, karena dia sejak kecil sudah sering datang dan bermain di rumah itu, apalagi kedua anak Mama Icha hampir seumuran dengan Yesha, meski berbeda satu tahun lebih.
"Banyak sayang, sebagian sudah di meja makan, ini Mama lagi buat sup kesukaan Arsyad," Mama menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya. "Udah datang dari tadi? Mana Shasha?" tanyanya.
"Baru aja Ma, Shasha langsung ke kamarnya. Boleh aku bantu Ma?"
"Enggak usah, ini udah selesai, kamu panggil Shasa aja, kita makan siang bareng,"
Yesha pun bergegas naik ke atas menuju kamar Alisha. Setelah berpamitan dengan Mama Icha terlebih dahulu.
🌻🌻🌻
Di tempat lain, seorang pemuda terlihat sedang menatap layar ponselnya, entah apa yang dia tatap. Bahkan sesekali dia terlihat menyunggingkan senyuman di bibirnya.
"Makan dulu Nak," tiba-tiba sang Bunda masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Iya Bun," ucapnya lalu tersenyum ke arah sang bunda.
"Bunda perhatikan kamu senyum-senyum sendiri sejak tadi, bahkan terlihat lebih bahagia hari ini, kenapa?" tanya Bunda yang ternyata penasaran.
"Lagi seneng aja Bun, yaudah ayo turun makan siang, Bunda pasti udah laper kan?" Adnan mencoba mengalihkan topik pembicaraan, karena dia tidak mau Bunda tahu jika dirinya sedang memikirkan seorang gadis yang baru saja ia temui, bahkan dia sejak tadi memperhatikan senyum sang gadis dalam fotonya. Adnan melihat foto Yesha dari foto profil akun WA. Karena mereka tadi sudah bertukar nomor telefon.
"Tapi Bunda curiga, enggak biasanya kamu seperti itu?" Bunda ternyata masih penasaran dengan perubahan sang putra
"Bunda kaya enggak tahu anak muda aja, udah ayo makan siang Bun," Adnan merangkul sang Bunda lalu mereka berdua turun ke ruang makan untuk makan siang.
"Angkasa mana Bun?" tanya Adnan karena tidak mendapati Angkasa berada di ruang makan.
"Kamu tahu sendiri kalau hari Minggu gini, Angkasa pasti nongkrong sama teman-temannya. Makanya Bunda mau menjodohkan dia, biar anteng di rumah, kalo anteng di rumah kan enggak buat Bunda khawatir," jawab sang Bunda sambil mengambil nasi untuk Ayah.
Adnan jadi merasa dengan sang Bunda bersalah karena sudah menyetujui permintaan Angkasa untuk menggantikannya bertemu seorang gadis yang akan di jodohkan dengan Angkasa, bahkan dia sudah menaruh hati pada gadis itu.
"Kalau Angkasa enggak mau gimana Bun?" tanya Adnan.
"Dia sudah mau kok, mereka juga hari ini bertemu, semoga aja Angkasa menyukai gadis itu," jawab sang Bunda.
"Jangan terlalu memaksa Angkasa Bun, Bunda kan tahu sendiri seperti apa Angkasa jika di paksa," kini sang Ayah yang sejak tadi diam pun ikut menimpali.
"Tapi Angkasa sudah menerimanya Yah, jadi kalian enggak usah khawatir ya,"
Akhirnya dua lelaki itu hanya pasrah. Tapi Adnan yang lebih mengetahui semuanya, dia akan menyerahkan semua masalah ini pada Angkasa, dia tidak akan memaksa Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rosdelita Siregar
gimana klu udah ketahuan ya
2021-07-06
1
Gusti Fitri Pelangi
setahubaq alisya lebih tua dr ayesha
kan wkt nayla hamil ,icha udh lahiran anak si kembar
2021-06-12
1
Aisyah Ramadhani
bobrok ketemu bobrok anak nya mau jadi apa...wkwk
2021-05-10
1