" Aku gak nyangka, kalau Wisnu bisa sampai dibutakan masa lalu, dan sebenarnya aku gak sungguh sungguh membencinya, aku hanya gak tau lagi gimana cara menyadarkan dia dari ketersesatannya," Beni menatap jauh ke arah rumah dimana Wisnu dan Mia tinggal.
Tatapannya kosong, seakan menggambarkan perasaannya yang menyimpan bersalah,
bersalah karena merasa dirinya gagal menjadi sahabat yang seharusnya tetap berada di sampingnya saat Wisnu sedang salah jalan.
Tapi semua sudah terjadi, Beni yakin pada dirinya sendiri, suatu saat dia pasti bisa menyadarkan sahabatnya, dari awal Beni merasa ada yang tak beres dengan Mia, sayangnya belum sempat Beni mencari tau.
" Sudah lah Kak, itu jalan yang dia pilih, Kakak sudah tak kurang kurang menasehatinya, sebagai sabat, Kakak sudah melakukan yang terbaik." Safira seperti mengerti apa yang saat ini Beni rasakan dan pikirkan.
" Ya,,, semoga saja jalan yang dia pilih bukan jalan yang salah." Beni meraih cangkir berisi kopi yang baru saja di suguhkan Dira.
Setelah mereka puas bercengkerama, Beni pamit pulang karena akan meninjau proyek dan memeriksa persiapan alat juga pekerja lapangan terkait.
" Beni,,, Safira,,,!" panggil seseorang di luar gerbang, saat Beni keluar dari pintu rumah Dara menuju mobilnya.
Sontak saja Safira, Dara, dan Beni saling berpandangan kaget saat tau pria yang sedang berdiri di luar pagar mereka itu Wisnu.
Sepertinya dia baru pulang, dan saat keluar mobil untuk membuka pagar rumahnya, dia melihat Beni dan Safira yang baru saja keluar dari pintu rumah yang berada di seberang rumahnya.
Wisnu pun mengurungkan niat memasuki rumahnya, dia malah memutuskan untuk menghampiri orang orang di sebrang rumahnya itu.
Beni terlihat agak bingung, antara mengabaikan Wisnu atau menemuinya, yang jelas sepertinya Beni tak bisa meninggalkan Safira dan Dara saat ini, dia takut Wisnu berbuat nekat atau sekedar mengacau disana.
" Oh, kamu ! Ada apa ? " Akhirnya Beni memutuskan untuk menemui Wisnu di luar pagar. Wajah Beni tak bersahabat.
" E-emh,, kenapa kamu dan Safira ada disini ?" Mata Wisnu masih menatap Safira yang berdiri di depan pintu di temani Dira.
" Pacarku tinggal di rumah ini." Beni cuek.
" Pacarmu ? Kamu dan Safira.... ?" Wisnu bersalah sangka.
" Oh, bukan, bukan Safira. Tapi itu, temannya Safira." Beni menunjukan tangannya ke arah Dara.
" Hmm,, hampir saja copot jantungku, aku pikir,,," Wisnu tak melanjutkan kata katanya, tangannya masih mengusap usap dadanya sendiri.
" Haha,,, aku tak segila itu Wisnu, mana mungkin aku memacari Safira yang sudah ku anggap adik ku sendiri." Beni menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis.
Sungguh Beni tak habis pikir bagaimana bisa Wisnu punya pikiran sekotor itu padanya, bisa bisanya Wisnu berpikir dirinya dan Safira berpacaran, konyol sekali !
" Maaf, aku tak bermaksud seperti itu." Wisnu merasa kata katanya tadi telah menyinggung perasaan Beni.
Wisnu cukup mengenal Beni karena mereka bersahabat semenjak mereka kecil, trntu saja Wisnu tau raut wajah Beni saat marah, tersinggung, dan yang lainnya, itu seolah sydah di hapalnya di luar kepala.
Wisnu juga tak henti meruntuki kebodohannya karena dia sempat punya pikiran Safira dan Beni berpacaran.
" Sudah lah, aku pikir kamu masih mengenalku dengan baik, tapi... " Beni hanya menarik nafas dalam tanpa melanjutkan kata katanya, seakan dadanya terasa sesak.
" Ben, boleh aku menemui Safira, sebentar saja?" Pinta Wisnu setengah memohon.
" Mau apa lagi ? Sudah lah jangan ganggu dia lagi, biarkan dia mencari kebahagiaannya sendiri." Beni berusaha menghalangi Wisnu yang akan menwrobos masuk pintu gerbang menghampiri Safira.
Safira yang melihat Beni seperti sedang menahan Wisnu dengan tubuhnya, langsung berlari menghampiri mereka, karena dia berpikir mereka sedang berkelahi.
" Wisnu, Kak Beni ! kalian kenapa jadi berantem ?" Bentak Safira yang berhasil membuat Beni dan Wisnu saling melepaskan pegangannya pada tubuh masing masing.
" Bang Beni, ada apa ?" Dara ternyata ikut berlari kesana dan langsung menarik tangan Beni menjauh dari Wisnu.
" Aku hanya ingin berbicara dengan mu baik baik, tapi Beni menghalangi ku." Lapor Wisnu takut takut saat berhadapan dengan Safira.
" Mau bicara apa lagi ? Kita sudah tidak ada hubungan apa apa lagi, tak ada yang perlu di bicarakan lagi !" Tegas Safira.
" Tapi Fir,,, aku kangen !" Wisnu meraih tangan Safira, tangan yang belaiannya selama ini selalu bisa membuatnya tenang, dan sekarang sudah tak bisa dia dapatkan lagi.
***
Mia sedang duduk bermalas malasan di ruang tengah, saat dia mendengar suara mobil Wisnu di depan gerbang, senyumannya langsung merekah. Setelah hampir seminggu dia tak pulang entah kemana, akhirnya dia pulang.
Tapi lama ditunggu, suara mobil Wisnu hanya berhenti di depan gerbang saja.
' Kenapa dia gak masuk ?' Pikirnya.
Karena penasaran Mia berniat mengintip apa yang di lakukan suaminya di depan rumah dan tak masuk masuk ke dalam.
Mia berjalan ke luar rumah, membuka pintu gerbangnya, dari dalam terlihat mobil Wisnu terparkir sembarang, mata Mia menyapu sekeliling mencari keberadaan suami sirinya.
Dari kejauhan dia melihat Wisnu sedang berbicara dengan seorang pria di seberang rumahnya, rumah yang dulu sempat dia taksir karena rumah itu paling besar dan paling mencolok di antara rumah yang lain di perumahan ini.
Bahkan Mia sempat merengek pada Wisnu untuk membeli rumah itu, tapi ketika menghubungi pihak pengembang perumahan, katanya rumah itu tidak di jual, karena rumah itu milik orang penting, entah siapa.
Ketika lebih di perhatikan lagi, pria yang sedang berbicara dengan Wisnu sepertinya dia mengenalnya,
' Pak Beni ? Apa yang mereka bicarakan disana ? Apa yang mereka rencanakan ?' Batin Mia penuh curiga.
Karena di penuhi rasa penasaran, Mia memutuskan untuk menghampiri tempat dimana Wisnu dan Beni sedang berbincang serius.
Sayangnya, saat Mia sudah berada di dekat pelataran rumah mewah itu, pemandangan yang dia lihat sungguh sangat mengguncang emosinya.
Wisnu sang suami sirinya sedang memegang tangan Safira Mantan istrinya yang dia pikir sudah berhasil dia singkirkan.
Tanpa pikir panjang Mia langsung menarik tangan Wisnu kasar,
" Mas, ! Apa yang sedang kamu lakukan ?" Teriak Mia.
' Ya Tuhan....! Apa lagi ini?' Keluh Safira dalam hati.
" Ngapain kamu kesini ! pulang sana, tak usah ikut campur urusan ku !" Wisnu melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan Mia.
" Apa maksudmu Mas ? Kamu berselingkuh dengan dia selama ini, pantas saja jarang pulang. Dan kamu janda gatal... ngapain kamu deketin suamiku lagi ?" Mia ngamuk membabi buta menunjukan tangannya ke arah Wisnu dan Safira bergantian, seakan lupa dan tak peduli dengan rasa malu, dia terus saja berteriak dan memaki.
" Anda memaki diri anda sendiri nyonya !" Sinis Dara yang tak kalah emosinya dengan Mia.
" Heh...! Siapa kamu ? ikut campur urusan orang, dasar jal*ng tak tahu malu !" Mia berbalik ke arah Dara dan memakinya, dia tak tahu kalau Mia adalah anak dari salah satu pejabat yang berselingkuh dengannya di Batam.
" Hahaha... jal*ng teriak jal*ng. Sadar woy....!" Dara makin tak bisa mengontrol emosinya, terlihat dia seperti ingin menyerang Mia.
Safira sigap memegangi tangan Dara, dia masih punya rasa kemanusiaan, mengingat saat ini Mia sedang hamil, dia tak ingin Dara bermasalah jika sampai dia menyerang dan ada apa apa dengan kehamilan Mia.
" Sudah lah jangan di layani, biar saja." Cegah Safira pada Dara yang masih saja berontak ingin menyerang Mia.
Saat ini Mia yang juga ingin menyerang Dara dan Safira, sedang berontak karena kedua tangannya di pegangi Wisnu.
" Wisnu,, bawa wanitamu pulang ! jangan bikin onar disini." Ketus Safira mengusir Wisnu dan Mia.
" Oh iya, satu lagi. Selamat, kalian sungguh pasangan yang serasi !" Safira tersenyum iblis lalu masuk ke dalam rumah di ikuti Beni dan Dara di belakangnya, lalu menutup pintu rapat rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
~🌹eveliniq🌹~
hmm makin seru
2021-11-18
0
IG : @thatya0316
seru thor...semangat
2021-11-11
0