Semakin menjauh

"Istriku adalah urusanku tak ada hubungannya dengan kamu. Lakukan saja tugasmu sebagai wanitaku, buat aku bahagia" Wisnu menatap Mia tajam seolah berkata,

'Jangan usik kehidupan rumah tanggaku..!'

Mia tertunduk takut, dia melihat kilatan kemarahan pada tatapan Wisnu,

" Maaf Mas, aku tak bermaksud ikut campur masalah rumah tangga Mas, hanya saja terkadang aku cemburu sama istri mas," Mia memegang tangan Wisnu yang kini berdiri di hadapannya.

" Re... Kamu cemburu soal apa ? Waktu ? Bukan kah setiap hari 90% waktuku hanya ku habiskan bersamamu. Uang ? Aku memberimu lebih dari cukup kan ? Apa lagi yang kamu mau?"  Wisnu mendekap tubuh Mia.

Mata Wisnu terpejam dan semakin mendekap erat tubuh Mia, yang dalam angannya dia sedang memeluk Rena.

" Mas, aku tak mau tinggal di kos, aku mau punya rumah sendiri biar bebas bertemu sama kamu, tanpa harus takut ketahuan teman kos yang lain. Masa setiap hari kita hanya bisa berduaan disini saja." Rengek Mia pada Wisnu.

***

Dengan segala bujuk rayu dan keahlian memanfaatkan situasi, akhirnya Mia berhasil membuat Wisnu luluh dan membelikannya rumah.

Tentu saja jangan di tanya lagi, setelah Mia pindah ke rumah yang di belikan Wisnu, mereka semakin lengket, Wisnu semakin menggila, dia seolah tak ingat punya istri, Hari harinya hanya bersama Mia bahkan dia sudah jarang sekali pulang ke rumah, selalu ada alasan untuk dia menghabiskan waktu bersama Mia yang menurut versinya dia adalah Rena.

Safira bukannya tak curiga mendapati suaminya semakin menjauh, hanya saja dia terlalu percaya pada Wisnu dan tak ingin berpikiran negatif pada suaminya itu.

Apapun alasan yang Wisnu berikan sebagai alibinya agar tak pulang, Safira selalu percaya dan berusaha tak protes.

*****

Siang itu, Safira yang sedang asik memilih belanjaan di mini market dekat rumahnya di kejutkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya.

" Hai...Fira lama gak jumpa !" Sapa gadis itu.

Safira seketika bersorak dan memeluk gadis itu

"Dara,,,,, kangeen... Kok kamu gak bilang bilang kalau pulang kampung ?" Jerit Safira tanpa peduli pelanggan yang lain menonton pertunjukan mereka,

Ya, gadis itu namanya Dara sahabat  Safira semenjak duduk di sekolah dasar, namun saat naik kelas 2 SMU Dara pindah keluar kota karena Ayahnya yang seorang pejabat tinggi pemerintahan itu pindah tugas, dan karena kesibukan masing masing mereka jadi putus komunikasi.

" Baru seminggu ini aku pindah kesini lagi Fir, aku ada pengerjaan proyek disini selama 3 bulan, aku ngontrak rumah di perumahan deket SMU kita dulu"  Jawab Dara antusias.

" Uluuh uluuh,,, calon arsitek yang satu ini, memang sukses banget ya, kuliah belum lulus udah dapet proyek besar, tinggal di perumahan elite pula, memang bukan kaleng kaleng ya kalo anak pejabat, apa apanya super !" Ledek Safira sambil tergelak.

" Heh...Nyonya, apa anda lupa kalau anda juga mantu pejabat tertinggi di kota ini ? Gila ya, nikah gak bilang bilang." Dara memalingkan mukanya pura pura marah

Mereka pun terbahak, Dara memang baru tau kalau Safira sudah menikah saat dirinya baru sampai kota ini dan mendapat kabar itu saat tak sengaja bertemu salah satu teman SMPnya dulu yang kebetulan kerja di Bandara.

"Gimana enak nikah muda? kabarnya selain mantu pejabat, kamu juga istri pengusaha terkenal ?" Tanya Dara yang hanya dijawab dengan senyuman simpul oleh Safira.

" Gitu deh, kamu gimana, kapan nikah ?" Safira mengalihkan obrolannya, seakan tak antusias membahas tentang pernikahannya yang sekarang dirasanya sudah tak seindah dulu.

" Entahlah Fir, semenjak perselingkuhan Ayahku dan melihat penderitaan Ibuku, aku seakan tak percaya pernikahan, aku trauma. Setahun setelah kami pindah ke kota itu, Ayahku berselingkuh dengan sorang jal*ng, Wanita bereng**k itu menghancurkan kebahagian keluargaku, menguras habis harta Ayahku sampai ayahku hampir di pecat, untunglah ibuku memperjuangkan karir Ayahku, dan Ayahku sadar lalu meninggalkan jal*ng itu 6 bulan yang lalu. Aku sedang berusaha mengumpulkan kepingan kepingan kebahagiaan keluargaku yang sempat hancur." Dara terisak menceritakan kisahnya.

Safira memeluk erat sahabatnya. Hatinya pilu mendengar cerita sahabatnya.

" Sabar ya, semangat Dara kamu pasti bisa." Hanya itu yang bisa Safira katakan pada sahabatnya saat ini.

" Tuhan belum membiarkan aku tenang saat ini Fir, belum lama ini aku bertemu pelac*r itu, ternyata dia tinggal di perumahan yang sama dengan rumah kontrakanku, bahkan rumah kami bersebrangan. Katanya dia tinggal dengan suaminya, entah laki laki tajir bodoh mana lagi yang terjerat tipu dayanya, tapi ya sukurlah,,, setidaknya dia tak akan kembali bersama ayahku lagi kalau dia sudah menikah sekarang." Cerita Dara panjang lebar

" Hah... Dia tetanggamu ? Apa dia orang sini ? Aku jadi penasaran seperti apa wajah perempuan itu. Ibumu cantik luar biasa loo, masa iya sih, ayahmu sampe tergoda." Safira ikut geram.

" Iya, tapi sepertinya dia gak tau kalo aku tetangga dia. Secara dia siang jarang keluar,setiap hari dia dan suaminya keluar sore dan kembali kerumah nya menjelang pagi, yang aku heran.... Bisa bisanya dia tinggal di kota ini, padahal aku sangat tau kalau dia bukan asli orang sini. Kalo kamu penasaran, ayo main ke rumahku, sekalian kita ngobrol ngobrol kaya dulu." Ajak Dara.

" Besok aku nginep di rumahmu deh, kebetulan suamiku lagi keluar kota seminggu ini, boleh kan? Gak ada yang ngapelin kamu kan ?" Ledek Safira.

" Iish.. Siapa yang ngapelin ? Pacar aja ga punya. Oke besok ya, deal !" Dara sumringah saat Safira mengatakan besok dia akan menginap di rumahnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***