Bos yang Aneh !

Safira merasa sangat bingung, saat tiba di sebuah bangunan dan di ajak naik ke lantai 11 bangunan itu. apalagi ketika Alan memberikan sebuah kunci untuk tempat yang akan dia tinggali sebulan ini.

Safira hanya terdiam sesaat setelah dia membuka pintu bernomor 1123 itu.

"Maaf Pak Alan, ini mess untuk karyawan?" Tanya Safira ragu ragu.

Bangunan itu jauh dari bayangannya tentang sebuah mess karyawan yang di pikiran Safira seperti bangunan kos kosan yang di huni oleh banyak karyawan disana, tapi yang ada di hadapannya saat ini sebuah ruangan cukup mewah, ini lebih seperti sebuah bangunan apartemen.

" Oh, iya saya lupa memberi tahu mess untuk karyawan kebetulan penuh, jadi selama sebulan ini kamu tinggal disini, ini juga apartemen punya perusahaan, silahkan istirahat." Terang Alan, yang buru buru meninggalkan Safira seolah menghindar takut Safira memberinya pertanyaan lagi.

" Hmm baiklah, terimakasih." Safira pun tak mau ambil pusing, yang dia inginkan saat ini hanya mandi lalu tidur, karena besok tidak menutup kemungkinan tumpukan dokumen akan menyiksanya lagi.

' Ruangan yang mewah, kamar dan tempat tidur yang nyaman ah... betapa beruntungnya aku' pekik Safira dalam hatinya, akhirnya dia bisa kembali merasakan kehidupan yang layak setelah beberapa bulan terakhir ini dia tinggal di rumah kontrakan sempit.

***

Waktu menunjukan pukul setengah 7 pagi saat Safira berlarian ke pintu karena mendengar beberapa kali suara bel berbunyi saat dirinya baru saja selesai bersiap diri di kamar.

" Saya datang untuk menjemput," Tampak Alan sudah berdiri di depan pintu.

" Apa ada penjemputan karyawan juga?" Tanya Safira polos. lalu mengkuti langkah Alan dari belakang.

Sesampainya di parkiran, Safira di kejutkan lagi dengan mobil mewah yang akan membawanya ke kantor, sebenarnya yang lebih mengejutkan itu ternyata di dalam mobil itu sudah ada si bos besar yang duduk di kursi belakang.

" Masuklah, mulai hari ini mulai belajar kerja praktek, bukan materi seperti kemarin, kita akan mendampingi dan mengikuti kegiatan bos seharian penuh" Jelas Alan dengan wajah datar mempersilahkan Safira untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah si bos, sementara dia duduk di balik kemudi.

Jalanan masih belum terlalu ramai, Alan fokus melajukan mobil dengan kecepatan sedang, si bos sibuk membolak balik dokumen di pangkuannya, Safira terlihat sangat canggung dengan suasana di dalam mobil ini, dia bingung harus melakukan apa.

Alan menghentikan mobil di depan sebuah kafe, lalu membukakan pintu bosnya, seraya mempersilahkan keluar. Lalu memberi kode kepada Safira untuk keluar dari mobil dan mengikutinya.

Safira masih berdiri saat melihat Alan dan bosnya duduk di kursi berhadap hadapan di pojokan kafe itu. Dia takut di kira tidak sopan karena belum di persilahkan untuk duduk bersama mereka.

" Apa kamu akan sarapan sambil berdiri disana?" Tanya si bos mengejutkan Safira yang sedang sedikit melamun.

" Ah, iya saya duduk," suara Safira ketakutan saat mata sang bos menatapnya tajam.

Mereka sarapan tanpa obrolan apapun, suasana cukup mencekam untuk Safira, dia sarapan dengan perasaan hati yang tak karuan, dia merasa tidak nyaman harus dusuk bersama bosnya yang terkesan dingin dan pelit bicara itu.

***

Mira berdiri dari kursinya saat melihat Alan, bos besar dan Safira akan masuk ruangan, dia membungkuk memberi hormat dan tersenyum manis pada dua pria tampan di depannya itu, lalu melihat sinis Safira yang tersenyum padanya.

" Meeting nanti siang, biar Safira yang menemaniku, kamu dan Alan urus pekerjaan yang lain." Ucap si bos pada Mira saat melewatinya.

"Baik, bos" Jawab Mira meski agak kecewa.

" Kamu masuk ruangan ku, masih ada waktu sejam lagi untuk kamu membaca materi meeting nanti" Si bos menunjuk ke arah Safira.

Safira mengikuti langkah bosnya memasuki ruangan yang lebih luas di banding ruangan Alan kemarin.

Safira mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, mencoba mengamati ruangan asing itu.

" Duduklah dan pelajari ini, sejam lagi kita meeting, dan kamu harus sudah memahami isi apa yang tertulis disitu saat kita bertemu klien nanti." si bos menyodorkan beberapa lembar kertas ke arah Safira.

' hmm,, lagi lagi dia bersikap arogan, ya Tuhan,,, satu jam? manusia macam apa sebenernya dia?' teriak Safira yang tentu saja hanya di dalam hatinya.

Selama sejam Safira mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membaca, mempelajari dan memahami isi dari kertas kertas itu.

Meeting ternyata di luar perusahaan, di sebuah restoran hotel berbintang, mereka membicarakan proyek pembangunan apartemen mewah yang ternyata akan di bangun di kota kelahiran Safira.

Dari percakapan yang Safira tangkap saat itu, mereka sedikit terkendala beberapa surat ijin dari pemerintah setempat, jadi pembangunan agak mundur dari waktu yang di rencanakan.

Hampir sore meeting baru selesai.

" Kita makan dulu, setelah itu langsung pulang tak perlu ke kantor lagi, karena sudah hampir jam pulang." Ucap pria tampan itu pada Safira masih dengan wajah datarnya.

Safira hanya patuh saja saat bosnya mengajak dirinya makan di salah satu restoran ayam goreng siap saji, Safira tersenyum saat bosnya memesan menu makanan favoritnya, mungkin si bos hanya asal saat memesan makanan kesukaannya, entahlah,, yang jelas Safira sangat menikmati makanannya.

" Besok temani aku untuk mengurus kelengkapan surat surat pembangunan apartemen XX yang kita bahas tadi." Ucap si bos di sela sela waktu makannya.

" Maaf bos, tapi saya belum banyak mempelajari proyek itu, " kilahnya yang merasa belum begitu banyak tahu tentang proyek pembangunan apartemen yang dimaksud,karena baru hari ini dia mempelajarinya itu pun hanya sekilas saja.

" Bintang,, namaku Bintang, kalau di luar perusahaan dan di luar jam kerja panggil nama saja !" ucap si bos yang bernama lengkap Bintang Atmaja itu. Safira mengangguk.

" Kamu yang harus menemaniku besok, karena sepertinya kamu akan membantu memperlancar urusanku." Sambung Bintang.

" Hah,, Maksud Pak Bintang?" Safira bingung dengan ucapan Bintang yang mengatakan kalau dirinya bisa memperlancar urusan bosnya itu, sedikit tak masuk akal.

" Wali Kota disana kan mantan mertuamu, pasti akan lebih mudah kalau kamu yang bernegosiasi dengannya.al Apalagi yang meminta mantan menantu kesayangannya." Bintang berbicara santai sambil menyeruput minuman di tangannya.

" Ba-bagaimana Bapak bisa tau?" Safira agak merinding memikirkan darimana Bintang tau tentang kehidupan pribadinya, padahal mereka tak pernah saling mengenal.

" Bintang, panggil saja Bintang, apa aku terlihat seperti bapak bapak ?" Wajah Bintang terlihat kurang suka saat Safira memanggilnya Bapak.

" Maaf, " Safira singkat masih menanti penjelasan Bintang darimana dia tau tentang dirinya yang pernah menjadi menantu Wali Kota.

" Oh, itu aku tau dari Pak Sarif, pemenang tender pembangunan apartemen itu, " Bintang masih terlihat santai.

" Pak Sarif yang tadi ikut meeting bersama kita? tapi aku tak mengenalnya, bertemu saja baru tadi," Safira mencoba mengingat ingat.

" Pak Sarif di ceritain keponakannya, namanya Beni, kamu pasti kenal, kan?" Safira terlihat manggut manggut dan sedikit memahami, ternyata Bintang mengetahui hal itu dari Pak Sarif yang merupakan pamannya Beni.

Hampir saja dia berburuk sangka, mengira kalau Bintang psikopat yang diam diam mencari tahu tentang kehidupannya, sungguh dia terlalu banyak membaca novel horor sepertinya.

Selesai makan mereka memutuskan untuk langsung pulang karena besok pagi mereka akan ke luar kota.

" Terima kasih Pak- eh, Bintang sudah mengantarkan pulang" Safira keluar dari mobil dan berjalan menuju gedung apartemen yang menjadi tempat tinggalnya selama training. Tapi dia baru menyadari kalau Bintang ternyata berdiri di belakangnya saat menunggu lift terbuka.

" Tidak perlu di antar, saya bisa sendiri." Safira berbicara seramah mungkin pada Bintang, tapi Bintang malah ikut masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka itu.

' Ih,, apa sih ini orang malah ngikutin terus.mau apa coba?' Safira menggerutu dalam batinnya.

Tring,,,

Pintu lift terbuka, Safira keluar di ikuti Bintang yang juga ikut keluar dari ruangan kotak sempit itu.

Berjalan beriringan tanpa sepatah kata terucap.

" Saya sudah sampai kamar saya, terimakasih, silahkan Pak Bintang pulang !" Safira agak ketus karena merasa risih di ikuti bosnya terus menerus.

" Iya, aku memang mau pulang, kamarku sebelah sana," Bintang mengangkat tangan kirinya menunjukkan kunci kamar yang di pegangnya, sedangkan tangan kanannya menunjuk salah satu pintu yang tak jauh letaknya dari pintu kamar Safira.

Safira mematung dengan muka merah karena malu, dia masih berdiri di depan pintu sampai Bintang membuka kunci salah satu pintu yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan masuk dengan senyuman yang di tujukan ke arahnya.

Ooh sungguh Safira malu sekali saat itu,dan tak bisa membayangkan bagaimana sikap dia besok saat bertemu dengan Bintang, apalagi mereka akan bepergian bersama.

Terpopuler

Comments

FUZEIN

FUZEIN

Oo...rupanya nama dia bintang..baik..aku terfikir..aku dan bintang...rupanya safira dan bintang👍👍

2023-05-02

1

Leni Fatmawati Fatmawati

Leni Fatmawati Fatmawati

udah kepedean aja Safira🤣🤣🤣

2022-03-12

1

Nurcahaya Sebayang

Nurcahaya Sebayang

GOOD.....😀

2021-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!