Sebenarnya, Safira bukannya tak curiga dengan sikap aneh Wisnu belakangan ini, hanya saja Safira tak ingin menuduh Wisnu yang bukan bukan tanpa bukti.
Sementara Wisnu bermain sangat apik, nyaris tak pernah meninggalkan bukti perselingkuhannya, bahkan dia sangat sempurna menyembunyikan Mia yang kini telah dinikahinya secara siri, semenjak mereka menempati rumah barunya bersama.
Bahkan Beni yang selalu bersama dengannya saja tak mengetahuinya.
Malam itu di ruang kerja, Wisnu seperti biasa di temani Mia yang selalu nempel di manapun Wisnu berada.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu mengagetkan Mia yang sedang duduk manja di pangkuan Wisnu, dia bergegas berdiri dan merapihkan pakaiannya.
" wow... Nyonya Wisnu yang terhormat, maaf saya lancang mengganggu kegiatan anda." Sindir Beni yang baru saja masuk ke dalam ruangan, melihat dengan jijik Mia yang sedang merapihkan bajunya.
" Maaf Pak Beni, sebenernya apa salah saya pada Anda, sejak awal saya datang ke tempat ini, Anda selalu sinis terhadap saya ?" Tatap Mia yang mulai berani melawan Beni karena merasa sekarang level dia sudah di atas Beni, karena dia sekarang istri bosnya,
ya... Walaupun, istri simpanan lebih tepatnya.
" Oh, maafkan saya, mana mungkin saya berani dengan Anda Nyonya !" Jawab Beni penuh penekanan.
" Sudahlah, ada apa Ben?" Wisnu berusaha menengahi perseteruan sahabat dan istri sirinya itu.
" Ada hal penting yang perlu aku bicarakan padamu, tapi aku tak ingin ada wanita simpananmu disini !" Beni berapi api, terlihat jelas di matanya dia sedang di bakar amarah.
Wisnu yang sangat tau karakter sahabatnya, melihat Beni yang sedang dipenuhi amarah itu, Wisnu segera mendekati Mia dan menyuruhnya untuk pergi dulu dari ruangan itu.
" Tolong biarkan kami bicara Re," Ucap Wisnu sambil mengecup lembut kening Mia.
Tanpa bicara, dengan langkah jengkel Mia keluar ruangan.
" Cih...! Kau panggil jala*g itu Re ? Gila... dimana otakmu, menyamakan Rena dengan seorang pelac*r ? Aku gak sudi sahabatku di sama samakan dengan seorang pelac*r !" Beni semakin meradang saat mendengar Wisnu memanggil Mia dengan nama Re, dia yakin Re yang dimaksud Wisnu adalah Rena.
" Ben.. Jaga ucapan mu ! yang kau sebut sahabat mu itu, adalah belahan jiwaku, dan yang kau sebut pelac*r itu, sekarang sudah menjadi istri sah ku secara agama !" Bentak Wisnu tak terima atas ucapan Beni.
Tanpa pikir panjang, Wisnu langsung menghajar memukuli Wisnu membabi buta, untunglah Panji sang manajer yang saat itu kebetulan lewat ruangan Wisnu mendengar keributan mereka dan segera melerai perkelahian kedua atasannya.
" Bajing*n kau Wisnu, berengs*k, berarti benar yang karyawan bicarakan selama ini bahwa kamu sudah menikahi jala*g sialan itu, kau tega menghianati Safira istrimu ?" Beni melepaskan diri dari pegangan Panji, yang sekarang mematung seakan tak percaya atas apa yang baru saja dia dengar.
Panji mengepalkan tangannya, dia sungguh sangat tak terima atas perbuatan Wisnu bosnya, bukan apa apa, itu karena dia merasa sakit hati atas apa yang bosnya perbuat pada Safira. Sejak Safira kecil ibunya Panji yang seorang janda, telah ikut bekerja di rumah orang tua Safira, bahkan dirinya disekolahkan sampai lulus oleh orangtua Safira.
Safira sudah dia dia anggap sebagai adiknya sendiri, karena dia sama sama anak tunggal.
Bahkan yang menjadikan dia manajer di tempat kerjanya yang sekarangpun tak lepas dari bantuan campur tangan Safira yang meminta pada suaminya untuk menjadikan Panji manajer di kantornya.
Wisnu terdiam menerima semua caci maki Beni padanya.
Terlintas bayangan Safira, istrinya yang selama ini selalu mendampinginya,
membantu bangkit dari keterpurukannya setelah kehilangan Rena,
Safira yang tak pernah kurang memberinya cinta dan kasih sayang padanya,
Sfira yang tak pernah meminta apapun darinya,Safira yang selalu sabar dan tak pernah mengeluh meski akhir akhir ini dia tak lagi memperdulikannya, tak lagi memperhatikannya,tak pernah lagi ada waktu untuknya.
Hebatnya saat Wisnu pulang, Safira selalu menyambutnya dengan senyum.
Ada rasa nyeri di hatinya saat mengingat semua itu, perasaan bersalahkah ? atau rasa menyesalkah ?
Wisnu sendiri tak tau mengapa hatinya tiba tiba nyeri saat mengingat semua hal tentang Safira, tapi katakanlah dia egois, dia juga tak ingin kehilangan Rena versinya sendiri alias Mia.
" Apa kamu sudah tak mencintai istrimu lagi, sampai kamu berbuat sejauh ini ?" Beni sudah mulai bisa mengontrol emosinya, nada bicaranya sudah mulai pelan.
Tapi Wisnu masih membisu seakan enggan beradu argumen dengan sahabatnya itu, karena jauh di dasar hatinya sebenarnya dia mengakui dia yang salah.
" Kalau memang kau sudah tak mencintai istrimu, maka ceraikan dia. Tapi kalau kamu masih cinta dia, tinggalkan jala*g mu itu, jangan siksa istrimu, jadilah lelaki sejati !" Sambung Beni.
" Aku tak akan meninggalkan Safira, karena aku sangat mencintainya, tapi akupun tak ingin kehilangan Rena lagi untuk kedua kalinya." Sungguh terdengar sangat egois, kata kata itu keluar dari mulut Wisnu yang tertunduk lesu.
"Sadarlah,,! Dia bukan Rena, dia hanya seseorang yang wajahnya mirip Rena. Bahkan di dunia ini ada puluhan orang yang wajahnya mirip Rena, lalu akan kau kawini mereka semua, hah ? Apa kau harus ku seret sekarang juga ke makam Rena, agar kau sadar Rena sudah tiada?" Beni mencengkram bahu Wisnu.
" Maaf, aku tak bisa melepaskan Safira dan aku tetap tak mau kehilangan Re--Mia, Ben, ini hidupku, aku yang menentukan" Jawab Wisnu yang masih terbiasa memanggil nama Mia dengan sebutan Re.
" Oke kalau itu keputusanmu, mulai hari ini aku tak akan pernah lagi ikut campur apapun tentang kehidupan mu, dan mulai saat ini juga, aku berhenti bekerja di kantor ini, jalan pikiran kita sudah berlainan. Terima kasih bro, sudah pernah jadi sahabat terbaikku, semoga Tuhan menyadarkanmu segera !" Beni keluar meninggalkan Wisnu yang benar benar tak menyangka keputusannya membuat dia kehilangan sahabat terbaiknya.
Sementara Panji segera berlari menyusul Beni tanpa kata kata.
" Pak Beni.. Apa Bapak benar benar akan meninggalkan kantor ini ? Kalau Bapak tidak disini, siapa yang akan mengingatkan Pak Wisnu ? Dia benar benar sedang salah jalan, cuma Pak Beni yang berani menasehati bos, tolonglah, kasian Safira, dia sudah seperti adik saya sendiri Pak...!" mohon Panji sambil melipatkan kedua tangannya di dada, berharap Beni tidak pergi dan menyadarkan Wisnu.
" Maaf Panji, saya sudah tidak sanggup dan tidak bisa menasehati Wisnu lagi, seperti yang kamu dengar tadi, Wisnu sudah memilih jalannya sendiri. Saya titipkan Wisnu dan kantor pada kamu, karena saya yakin seharusnya setelah saya pergi kamu yang akan menggantikan posisi saya, pastikan semua baik baik saja, saya serahkan semua kepadamu Panji. Oh iya, Safira juga sudah saya anggap seperti adik saya sendiri, jadi kita sama sama jaga adik kita dari siapapun yang akan menyakitinya" Beni menepuk pundak Panji dan berlalu pergi meninggalkan Panji yang seolah kehilangan harapannya.
" Mas...! Ko bisa jadi seperti ini ? Kamu terluka, apa yang terjadi ?" Tanya Mia yang baru saja masuk ruangan Wisnu terkejut mendapati ruangan yang berantakan, belum lagi muka Wisnu yang babak belur akibat serangan Beni.
" Re, Beni pergi, dia pergi.. Tak ingin bersahabat lagi dengan kita," Ucap Wisnu pilu sambil memeluk erat tubuh Mia, dalam angannya dia sedang berbicara pada Rena.
" M-maksudnya gimana, Mas ?" Tanya Mia yang sedikit bingung dengan perkataan Wisnu.
" Beni resign, sudah tak bekerja lagi disini." Wisnu yang tersadar lawan bicaranya bukan Rena melainkan Mia, segera meralat kata katanya dan melepaskan pelukannya.
" Oh, aku kira apa, sudahlah Mas, kalau Pak Beni resign ya ganti saja. Aku pikir Arya cocok untuk menggantikan posisi Pak Beni." Mia mencoba merayu dan meyakinkan Wisnu.
" Hmm,, sebenernya aku masih berharap itu hanya keputusan karena emosinya Beni saja, tapi,, aku juga sangat mengenal Beni, dia tak pernah main main dengan keputusan yang dia ambil. Tadinya aku berpikir Panji yang akan menggantikan posisi Beni" ujar Wisnu dengan tatapan kosong.
" Apa yang menduduki jabatan di kantor ini harus orang orang Safira semua ? Ingat Mas, Arya satu satunya temanku disini, dan berkat Arya, aku sama Kamu bisa bertemu, anggap saja sebagai ucapan terima kasih. Jadi sudah sepantasnya jabatan dia di naikan jadi wakil kamu Mas," Mia masih terus berusaha meyakinkan Wisnu agar Arya menjadi wakilnya, dengan begitu semakin gampang dia menyetir Wisnu dan tak ada halangan lagi baginya, karena selama ini hanya Arya yang selalu di pihaknya.
" Kenapa jadi bawa bawa Safira? ini kan masalah pekerjaan tak ada hubungannya dengan Safira. Aku mengangkat Beni jadi wakil ku karena dia yang menemaniku saat merintis usaha ini dari awal, dan kalau setelah Beni resign aku berpikir untuk mengangkat Panji jadi wakilku itu karena sekarang dia Manajer disini dia menguasai apa yang jadi pekerjaan Beni karena dia sering menggantikan kerjaan Beni kalau sedang keluar kota dan dia mampu itu saja." Panjang lebar Wisnu menjelaskan pada Mia.
" Tapi Beni dan Panji memang dekat dengan Safira kan? Mas gak adil, aku tau Panji dulu jadi manajer disini atas usulan Safira, dan Mas langsung setuju, kenapa aku mengusulkan Arya kamu ga setuju? Aku juga istri kamu mas ingat itu!" Mia ber akting pura pura menangis.
" Oke,, Oke ! Lakukan apa yang kamu mau, aku setuju Arya menggantikan posisi Beni, tolong jangan menagis lagi." Wisnu menangkup kedua pipi Mia dan mencium lembut keningnya, seketika Mia tersenyum,
Sementara dibalik pintu, Panji yang tadinya akan memberikan kotak P3K untuk mengobati luka bosnya, langkahnya terhenti saat mendengar percakapan Wisnu dan Mia.
Dia mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu, hatinya seakan terbakar mendengar percakan mereka, bukan karena dirinya tidak terpilih untuk menjadi wakil Wisnu, tapi karena kebusukan dan kejahatan Mia terhap Safira sudah semakin terang terangan tak menutup kemungkinan dia akan lebih menyerang Safira kedepannya,
Panji bertekad akan membalaskan dendam atas apa yang Mia dan Wisnu lakukan terhadap Safira.
Dia akan menghancurkan hubungan Wisnu dan Mia dengan apapun caranya dia bersumpah pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Jasreena
aku padamu bang beni.... membela yg benar...🥰🥰
2022-05-17
1