Selamat Datang di Ibukota

Tiga setengah jam perjalanan di tempuh Beni, sehingga jam 8 pagi mereka sudah sampai di tempat tujuan, beruntung mereka berangkat dini hari tadi, jadi tidak terjebak macet dimanapun, perjalanan mereka lancar jaya.

Saat ini mobil Beni terparkir di pelataran sebuah gedung perkantoran yang terlihat tinggi menjulang.

" Ini kantornya Fir, nanti kalau sudah selesai kakak jemput, barang bawaan mu biar kakak bawa dulu, sebelum kamu tinggal di mess, kamu tinggal di kontrakan kakak dulu." Beni lantas membuka pintu mobilnya lalu bergegas keluar.

" Iya, makasih kak udah mau di repotin, eh,, tapi kakak mau kemana? " Safira menghentikan langkahnya saat menyadari kalau Beni ternyata mengekor di belakangnya.

" Mau nganterin kamu ke dalem lah, " Jawab Beni tanpa dosa.

" Kakak,, aku bisa sendiri, bukan anak paud yang harus di anterin sampe depan kelas," Safira bersungut melihat tingkah Beni yang di nilainya berlebihan.

" Beneran berani ?" Beni tak yakin.

" Ssshhh... Udah sana, kakak berangkat kerja di kantor kakak sendiri, jangan ngikutin Fira !" Safira mendorong tubuh Beni agar meninggalkannya.

Namun tiba tiba saat dia berbalik dan hendak masuk pintu utama tanpa sengaja dia menyenggol tangan seorang pria yang membuat beberapa dokumen di genggamannya jatuh berceceran di lantai.

" Maaf, " Safira lalu berjongkok membantu pria di hadapannya yang sedang memungut beberapa dokumen di lantai, pria itu terlihat gugup dan ketakutan.

" Kamu sungguh ceroboh, cepat, kita ada meeting 15 menit lagi." Seorang pria tampan tampak berdiri mengomel di hadapan Safira dan pria yang masih sibuk memungut dokumen.

" Ma- maaf bos, saya tak sengaja menjatuhkannya." Jawab pria yang kini telah berhasil mengumpulkan kembali dokumen di tangannya dan segera berdiri.

" Ceroboh !" Hardik pria yang di panggil bos oleh pria tadi

" Maaf Pak, itu tadi salah saya, saya yang menabrak bapak itu, jadi dokumennya berjatuhan." Safira membungkukan setengah badannya seraya meminta maaf.

Pria yang di sebut bos tadi hanya melengos dan meninggalkan Safira tanpa sepatah katapun. Sementara pria yang di omelin tadi yang sepertinya bawahan si bos tersenyum ke arah Safira dan bergegas mengikuti langkah bosnya di belakang.

' Hmm,, untung ganteng, kalo enggak,, ihh amit amit judes, sombong, arogan ' Batin Safira sambil bergidik.

Safira menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan ruangan pekerja training seperti dirinya sebelah mana.

" Hah ? Pegawai training? Maksudnya ?" Begitu jawaban seorang yang ada di meja itu dengan ekspresi wajah bingung, saat di tanya Safira.

Safira pun tak kalah bingungnya,

' Apa aku salah kantor ?' Pikirnya saat itu.

Tapi tiba tiba seorang wanita cantik dengan pakaian seksi menghampiri mereka, dua orang di balik meja resepsionis mengangguk hormat padanya.

" Safira ? " Ucapnya sambil menatap Safira dari atas sampai bawah.

" Ya, betul saya," Safira mengangguk sambil tersenyum ramah.

" Ikut saya," Perintahnya, lalu berjalan menuju lift, wanita itu memijit angka nomor 20.

Setelah sampai di lantai yang di tuju Safira di bawa ke satu satunya ruangan yang ada di lantai itu, ruangan yang cukup besar, disana terdapat ruangan seperti ruang tamu yang merupakan ruangan pertama ketika membuka pintu, ruangan yang tidak terlalu besar tapi tampak rapi dan elegan.

Terdapat juga 2 ruangan yang kedua pintunya tertutup disana.

" Tunggu disini kalau ada butuh apa apa saya di depan." Ucap wanita tadi, lalu meninggalkan Safira sendiri di ruangan itu.

Setengah jam berlalu, dua orang pria masuk ruangan, pria yang tadi tak sengaja tertabrak Safira di pintu masuk utama, dan satu lagi si bos yang tampan tapi jutek itu.

Safira berdiri dan memberi hormat pada mereka.

" Alan,, urus dia, aku memberimu waktu 1 minggu, dia harus sudah bisa menguasai semua pekerjaanmu." Ucap sang bos dengan wajah dinginnya

" Eh, tapi bos,, seminggu ?" Pria yang bernama Alan itu baru saja hendak protes.

" Aku tak butuh bantahan apun. KERJAKAN !" bentak bosnya melengos dan memasuki salah satu ruangan yang pintunya tertutup tadi.

" Baiklah bos," Alan tertunduk lesu, memikirkan bagaimana caranya dalam waktu seminggu dia harus bisa membuat Safira menguasai semua pekerjaannya, padahal pekerjaannya sungguh sangat berat karena sebagian besar pekerjaan bosnya biasanya dia yang mengerjakan.

" Mba Safira, perkenalkan, nama saya Alan. Saya yang akan memberikan pelatihan kerja untuk Mba Safira, dan mohon bantuannya, seperti yang tadi Mba denger, saya harus bisa mengajari Mba semuanya dalam waktu seminggu. tolong kerja samanya ya Mba," Alan pria yang kira kira berusia 40 tahunan awal itu memelas.

Safira yang masih bingung dengan apa yang di hadapinya itu hanya mengangguk, padahal begitu banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Alan, tapi sepertinya itu harus di tunda dulu karena tanpa basa basi Alan langsung membawa Safira ke ruangannya yang berada di sebelah ruang tamu itu.tepat di sebelah ruangan si bos galak itu. Disana Alan langsung memberikan beberapa tumpuk dokumen dan mengajari Safira bagaimana cara dia bekerja. Safira yang telah bertekad akan bekerja keras dengan serius mengikuti arahan yang di berikan Alan.

Tak terasa sudah memasuki jam makan siang, perut Safira terasa lapar dia belum makan dari pagi karena terlalu bersemangat menyambut hari pertamanya bekerja, dia menolak ajakan Beni untuk sarapan tadi pagi. Tapi Alan sepertinya belum menyuruhnya untuk istirahat makan siang.

Wanita cantik dan seksi yang tadi menjemput Safira dari lantai bawah itu memasuki ruangan Alan dengan membawa paper bag berisi beberapa kotak makanan dan kantong plastik berisi beberapa cup minuman, lalu menyodorkan ke hadapan Alan dan Safira yang masih tampak sibuk.

Safira melirik name tag di dada sebelah kiri wanita itu, Mira Amelia, tertulis sebuah nama disana.

" Terima kasih Mba Mira" Safira mencoba beramah tamah.

Mira hanya tersenyum sinis tanpa menjawab apapun lalu meninggalkan ruangan Alan dan menutup pintu dengan agak keras, sehingga Alan menoleh kesal padanya, lalu menggelengkan kepala.

Safira tak begitu memperdulikannya, dia hanya berpikir.

' Sungguh di kantor ini banyak orang aneh.'

" Makan lah dulu Mba, isi energi, karena perjuangan kita masih sangat panjang." Alan menutup dan menyingkirkan dokumen yang sedang di bacanya, lalu mengambil kotak makannya.

" Safira, panggil saya Safira atau Fira saja boleh pak," Ucap Safira yang duduk di berhadapan dengan Alan.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit mereka menghabiskan semua makanannya, lalu Alan langsung melanjutkan pelatihan kerjanya pada Safira.

Sebenarnya Safira agak bingung dengan pelatihan pekerjaan yang sedang di ajarkan Alan saat ini, bukankah menurut Beni dia akan bekerja di bagian administrasi, tapi yang dia pelajari saat ini sebagian besar tentang kontrak kerja, pengaturan jadwal meeting, bahkan sampai urusan kegiatan bos besar.

" Mhhh.. Pak Alan, apa pegawai administrasi di perusahaan ini ikut mengatur jadwal kegiatan bos besar juga? bukannya saya nanti saya hanya bekerja di kantor cabang, bukan di kantor pusat sini, jadi buat apa saya mempelajari tentang jadwal kegiatan bos besar ?" Tanya Safira tak kuat menahan rasa penasarannya, takutnya Alan salah memberikan materi pengajaran padanya.

" Ini semua sesuai intruksi bos besar, saya hanya menjalankan perintah." Jawab Alan dengan wajah serius rampak tak ingin membuang waktu berbicara hal yang bukan tentang pelatihannya, bagaimana tidak, dia seakan di kejar waktu, hanya seminggu waktu yang di berikan bosnya untuk melatih Safira agar bisa melakukan tugas seperti dirinya, sementara Alan sendiri masih harus terus banyak belajar tentang tugas tugasnya meski dia sudah bekerja selama 10 tahun, 5 tahun saat perusahaan masih di pegang Pak Wira, ayah si bos saat ini,dan 5 tahun sisanya setelah perusahan turun tahta pada anak Pak Wira, yaitu bosnya yang sekarang.

Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore, di luar langit sudah tampak gelap, sudah 1 jam lewat dari jam pulang, Alan dan Safira masih berkutat dengan dokumen yang tinggal beberapa lembar lagi selesai di kerjakan.

" Safira, sebaiknya kita pulang, kamu harus istirahat karena besok pagi kita akan bertempur dengan dokumen dokumen seperti ini lagi.kamu harus cukup beristirahat," Alan membereskan berkas berkas yang berserakan di mejanya, di bantu Safira.

" Oh iya hari ini biar saya mengantarkan kamu ke mess perusahaan." Sambung Alan.

" Tapi,, saya sudah di jemput kakak saya di bawah," Safira merasa tak enak hati karena Beni mengirim pesan bahwa dia sudah menunggunya sejak sejam yang lalu di lobby.

" Tidak,, tidak, jangan mempersulit pekerjaan saya, ini perintah bos, kalau saya tidak mengantarkan kamu ke mess, saya yang akan terkena masalah" pinta Alan serius.

Safira yang tidak ingin memberi masalah pada Alan yang telah berbaik hati memberinya pelatihan pekerjaan, apalagi ketika mengingat bagaimana tempramen bos besarnya, dia merasa kasihan kalau Alan harus menerima hukuman karena dirinya, akhirnya Safira berbicara dan berpamitan pada Beni bahwa dia akan pulang di antar Alan, Beni menyetujui dengan syarat Safira harus memberi alamat lengkap messnya.

Sementara seorang wanita mengamati dengan sinis saat Safira menaiki mobil Alan, diam diam dia mengikuti kemana mobil Alan pergi dengan Safira. Tatapannya penuh kebencian dan kemarahan.

Terpopuler

Comments

FUZEIN

FUZEIN

Wow....penuh kejutan...

2023-05-02

1

Jasreena

Jasreena

dmn2 ada ular berbisa...

2022-05-17

1

Nurcahaya Sebayang

Nurcahaya Sebayang

bagus cerita nya.....betul2 wanita mandiri....walaupun cerita nya lg2 ttg perselingkuhan...😀

2021-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!