Awal yang Baru

" Hai Re, apa kabar ?" Sapa Beni dengan senyum termanisnya meletakan buket bunga yang dari tadi di genggamnya di atas sebuah pusara di depannya.

Ya, tempat yang Beni datangi adalah makam Rena, sang sahabat yang ternyata letaknya berada tak jauh dari daerah rumah kontrakan Safira.

" Selamat ulang taun Re, maaf baru sempat mengunjungimu." Beni membelai lembut nisan bertuliskan nama Renata Putri yang berada di hadapannya.

Hari ini tepat hari ulang tahun Rena.

Biasanya dulu, setiap hari ulang tahun Rena dia datang bersama Wisnu, sekarang bahkan Beni tak berharap bertemu dengan mantan sahabat terbaiknya itu,

namun sayangnya, ternyata Wisnu sudah duluan berada disana saat ini.

" Kenapa kamu cepat sekali pergi Re, banyak yang ingin aku ceritakan padamu, aku jadi tak punya teman cerita lagi, karena aku sudah tak punya sahabat lagi sekarang Re," Beni bermonolog dan mengabaikan keberadaan Wisnu yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

" Apa kabarmu Ben? lama tak jumpa." Wisnu memberanikan diri menyapa sahabat yang diam diam di rindukannya itu.

" Kabar ku baik, dan aku yakin kabarmu teramat sangat baik dengan istri baru dan calon anak mu, selamat. Tapi, apa kamu tau kabar Safira yang kini tak baik baik saja ? Safira yang kini tubuhnya sangat kurus, yang tinggal di rumah kontakan kecil di daerah kumuh, yang berjuang sendiri untuk bertahan hidup, yang setiap hari berkeliling memegang map seperti ini untuk mencari pekerjaan? Sungguh sempurna kamu membuat hidupnya menderita !" Beny menatap tajam penuh kebencian ke arah dimana Wisnu berdiri.

" A-apa? Safira, bagaimana kamu bisa tau itu, katakan dimana dia berada sekarang?" Wisnu mengguncang tubuh Beni yg sekarang berada di hadapannya.

" Aku tak sengaja bertemu dengannya tadi saat aku hendak kesini, dia tinggal di kawasan kumuh atas sana, sungguh tak tega aku melihat keadaan dia sekarang, kamu benar benar kejam menghancurkan hidupnya !" Hardik Beni tak mampu lagi menahan emosi yang bergemuruh di dadanya.

Tubuh Wisnu lemas seakan tak bertulang, luluh bersimpuh di sisi pusara Rena saat mendengar perkataan Beni tentang keadaan Safira saat ini, Safira yang selama beberapa bulan terakhir ini dia rindukan,dia cari cari keberadaannya namun tak pernah bisa ditemui.

Wisnu membuka stopmap merah yang di lempar Beni ke arahnya tadi, air matanya terjatuh tanpa bisa di tahan saat melihat pas foto yang tertempel di sebuah dokumen lamaran pekerjaan.

Saat akan menyentuh foto itu, tiba tiba Beni merampas paksa kembali map itu dari tangannya, lalu pergi meninggalkannya sendiri dalam penyesalan yang sangat dalam.

" Re, apa yang harus aku lakukan, aku berbuat jahat pada orang orang yang kusayangi, dan aku juga membuat kamu, Beni, dan Safira pergi meninggalkan ku sendirian, ini salahku, tolong aku Re..!" Jeritnya pilu memeluk nisan Rena erat, seolah sedang memeluk tubuh Renata kekasih masa lalunya itu.

Tapi kemudian Wisnu segera berdiri saat teringat perkataan Beni kalau Safira tinggal di dekat sekitar daerah itu.

Dia harus mencarinya, mencari wanita yang sangat di rindukannya itu.

Wisnu mulai berjalan berkeliling mencari keberadaan rumah Safira, setelah bertanya kesana kemari, akhirnya seorang ibu berbaik hati menunjukan dan mengantarkan Wisnu ke rumah Safira.

Benar saja, Safira yang tak jadi pergi karena Beni menjanjikan akan kembali kerumahnya untuk memberi kabar tentang pekerjaannya sore ini, terlihat sedang menyapu teras rumahnya,

memakai baju rumahan yang terlihat sudah agak kumal, wajahnya terlihat lebih tirus, belum lagi tubuhnya yang terlihat seperti tak berdaging, sangat kurus, meski garis garis kecantikan di wajahnya masih sangat tampak jelas terlihat, tetap saja membuat Wisnu yang melihatnya dari kejauhan meringis pilu.

Dadanya seakan di remas kuat, sungguh sakit, ribuan belati seakan menancap dan menari nari di hatinya melihat pemandangan itu.

Demi apapun dia sangat ingin berlari dan mendekap tubuh rapuh wanita yang dicintainya itu,

tapi Wisnu tak punya nyali, bahkan hanya untuk menampakan muka di depan Safira, kesalahannya terlalu besar tak bisa termaafkan.

Wisnu terpaksa meninggalkan tempat itu setelah Safira selesai menyapu teras dan kembali masuk ke rumahnya.

Tapi setidaknya Wisnu tenang, karena kini telah tau dimana Safira tinggal, jadi dia bisa melihatnya kapanpun dia ingin.

*****

" Mas.. kamu dari mana saja? sudah dua hari ini tak pulang ke rumah, apa kamu mulai melupakan anakmu ini ?" Mia menunjuk perutnya yang sudah mulai terlihat membesar, usia kandungannya menginjak 5 bulan.

" Aku baru pulang, jangan ribut,! Aku cape. Banyak kerjaan di kantor !" Jawab Wisnu melengos meninggalkan Mia yang terlihat kesal.

Hubungan Wisnu dan Mia sudah tak sehangat dulu, Wisnu sering menghabiskan waktu di kantor atau bahkan di apartemennya, dia hanya pulang sesekali ke rumah Mia, itupun hanya karena bayi yang di kandung Mia.

" Mas, kapan pernikahan kita di sahkan secara hukum ?" Pertanyaan yang selalu Mia ucapkan setiap bersama Wisnu, mereka memang masih menikah secara siri, entahlah Wisnu rasanya enggan mendaftarkan pernikahannya ke catatan sipil,

" Mia, tolong,, jangan paksa aku terus terusan, sudah cukup. Kamu menuntutku terlalu banyak !" Bentak Wisnu yang sudah tak pernah mau lagi memanggil Mia dengan nama Re atau Rena. Karena dia sudah sadar kalau mereka memang dua orang yang berbeda, hanya kebetulan memiliki kemiripan wajah, sedangkan untuk sifat, sikap, watak dan kepribadiannya Mia sungguh tak layak di samakan dengan Rena.

" Tapi Mas, bagaimana nasib anak kita nanti,kalau kita masih menikah siri akan susah mengurus akta dan surat surat untuknya, apa kamu tega sama anakmu sendiri?" Mia memang selalu berusaha dengan berbagai cara agar dirinya dinikahi secara hukum oleh Wisnu karena bila suatu saat dirinya dan Wisnu pisah, dia tak akan kehilangan harta gono gini.

Salah satu senjata andalannya adalah bayi dalam kandungannya.

" Itu urusan ku, masalah akta itu hal kecil bagiku, apa kamu lupa ayahku pejabat berpengaruh di kota ini ? Hanya mengurus selembar akta itu semudah bernafas.!" Wisnu bergegas masuk kamar, meninggalkan Mia yang terdiam bingung harus menggunakan cara apa lagi untuk membujuk Wisnu.

Keesokan harinya Wisnu pergi ke sebuah supermarket, dia belanja sembako, buah, sayur, makanan ringan, bahkan semua makanan kesukaan Safira dia borong.

Hari ini dia berencana akan memberikan barang barang itu untuk Safira, dia sudah merencanakan dengan matang, semua barang itu akan di titipkan lewat pak RT setempat agar terkesan itu bantuan dari pemerintah, karena Safira pasti akan menolak bila tau barang barang itu dari dirinya.

Setelah menyampaikan maksud dan tujuannya kepada pak RT dimana Safira tinggal dan Pak RT itu setuju untuk membantunya, Wisnu tersenyum dan mengikuti nya dari jauh, dia ingin memastikan kalau semua barang di terima langsung oleh Safira.

Pak RT mengetuk pintu kontrakan yang di tempati Safira, lama di tunggu tapi tak ada jawaban, Setelah pintu di ketuk lagi agak keras, seorang ibu ibu keluar dari rumah sebelahnya, rupanya dia yang punya rumah kontrakan yang di tempati Safira.

" Eh Pak RT, mau cari siapa ?" Tanya ibu itu heran melihat pak RT yang datang dengan begitu banyak barang bawaan.

" Neng Safira ada ? ini ada titipan barang buat dia dari kelurahan." Pak RT mulai melaksanakan aksinya dengan arahan Wisnu tadi.

" Oh,,, Safira sudah pindah, sudah tidak mengontrak rumah ini lagi." Kata ibu pemilik rumah.

Pak RT yang mendengar itu segera memberi kode kepada Wisnu untuk segera datang mendekat, Wisnu yang mengerti langsung berlari ke arah Pak RT berdiri.

" Neng Safiranya sudah tidak disini, sudah pindah." Pak RT mengulang omongan si ibu pemilik kontrakan, dan menyampaikan lagi ke Wisnu.

" A-apa ? pindah ? tapi kapan? kemana?" Wisnu panik.

" Tadi, pagi pagi sekali dia mengangkut semua barangnya, kalau soal kemana pindahnya saya tidak bertanya terlalu jauh, dia cuma bilang mau pindah ke luar kota, gitu." Ibu pemilik rumah menyampaikan apa yang dia tau pada Wisnu.

Wisnu langsung lemas, betapa dia seolah di permainkan takdir, berbulan bulan mencari keberadaan Safira, dia tak berhasil menemukannya,

baru kemarin dia bahagia karena bisa menemukan Safira,

sekarang harus kehilangan jejak dia lagi.

Wisnu seakan putus asa dengan hukuman yang di berikan Tuhan padanya,

hukuman yang terasa sungguh menyiksanya. tak dapat bertemu Safira orang yang paling dirindukan dan di sayanginya, adalah hal yang paling menyakitkan untuknya saat ini.

" Pak Wisnu..! Ini barang barangnya bagai mana?" Teriak Pak RT saat Wisnu pergi tanpa kata dengan wajah lusuh.

" Ambilah, bagikan pada siapa saja yang membutuhkan." Jawab Wisnu tanpa semangat seperti tadi saat dia berangkat kesana.

' Safira,,, kemana kamu pergi ? apa kamu sengaja pergi menghindar dariku? sebenci itu kah kamu padaku ?' Wisnu berdialog dalam hatinya.

Saat ini Wisnu seolah tenggelam dalam kesedihannya, dalam keputus asaannya, dan dalam penyesalan terbesarnya tentu saja.

Terpopuler

Comments

FUZEIN

FUZEIN

Padan muka kau wisnu....

2023-05-02

1

FUZEIN

FUZEIN

Jangan kan safira..aku pembaca ni benci sangat sangat padamu wisnu...benci tau tak

2023-05-02

1

Azizah az

Azizah az

Mam tuh penyesalan

2022-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!