Akhir Kisah

Safira POV

Sebenarnya, tak ada perpisahan yang tak menyakitkan, semanis apapun berpamitan tetap menorehkan luka.

Hanya saja, terkadang berpisah akan menjadi jalan terbaik walaupun sulit dan pahit untuk dilewati.

Atas nama cinta,, dulu Aku membuang masa mudaku, pendidikanku, dan kuserahkan seluruh duniaku pada dia.

Hanya demi cinta yang ternyata kini berhianat,

Katakanlah aku bucin akut, atau mungkin bodoh lebih tepatnya.

Kini, atas nama cinta terluka, aku akan membuang mu jauh jauh dari hati dan hidupku, Aku akan mengambil kembali duniaku, meraih cita citaku yang sempat tertunda.

Penghianatan bukan hal bisa aku maafkan, itu prinsip !

Karena bagiku, tak ada cinta yang berhianat.

Bagiku, hubungan yang telah ternoda dengan penghianatan tak pantas untuk di perjuangkan, karena sampai kapan pun, sakitnya takkan bisa di lupakan, dan menurutku,,, yang terbaik dari semua ini adalah perpisahan.

Dengan begitu, kita tak akan saling menyakiti berkepanjangan.

Bukankah aku juga pantas untuk bahagia ?

*****

Safira memasukan baju bajunya dari lemari kedalam 3 koper besar, tekadnya sudah bulat, dia ingin meninggalkan rumah yang selama pernikahan menjadi tempat tinggalnya dengan Wisnu.

" Kamu mau kemana Fira,?" Tiba tiba Wisnu muncul dari balik pintu kamar dengan penampilan yang kusut dan acak acakan.

Semenjak kejadian seminggu yang lalu di club, ini kali pertama Safira bertemu lagi dengan Wisnu.

Ya, setelah kejadian malam itu Wisnu tak ada sedikitpun usaha untuk mencari bahkan bertemu istri sahnya, dia seakan tak peduli apapun yang akan terjadi pada Safira setelah kejadian itu.

Entah kemana sosok Wisnu yang dulu sangat mencintai, melindungi dan menyayangi Safira. Bahkan dulu dia tak rela seekor nyamukpun mengigitnya,

tapi kini dia memberi luka dan kesakitan dengan begitu dahsyatnya pada wanita yang dulu dia jaga dan di perlakukan bak ratu itu.

Semua seakan hilang bahkan tak tersisa sedikitpun hanya dalam sekejap mata.

" Aku mau pergi dari sini, bagaimanapun sebentar lagi kita akan resmi berpisah. Aku harus mulai menata kehidupanku sendiri." Safira menjawab tenang sambil terus melakukan kegitannya tanpa menoleh Wisnu sedikitpun.

" Tinggalah disini, aku yang pergi, Rumah ini aku berikan padamu."  Wisnu terduduk lesu di lantai kamar sambil terus memandangi wajah istrinya yang sebentar lagi bukan menjadi miliknya.

Ada rasa sakit yang teramat sangat di hatinya, ribuan belati seakan menancap di dadanya saat dia harus menerima kenyataan bahwa kini dia telah kehilangan Safira,

"Tidak, aku harus mulai bisa mengurus hidupku sendiri, aku akan mencari rumah kontrakan untuk sementara waktu, Aku juga tak ingin merepotkan orang tua ku, cukup aku membuat mereka bersedih dengan perpisahan kita, tak ingin memberi beban lainnya lagi" ujar Safira datar.

" Fira,, maaf.. Semua salahku..! Aku akan menyetujui perceraian kita, aku tak akan mempersulitnya." Air mata Wisnu berjatuhan begitu saja tak dapat lagi terbendung.

" Terimakasih !" singkat safira sambil berlalu mendorong koper koper yang sudah selesai dia bereskan.

" Safira,,,! Demi Tuhan aku sangat menyayangimu, dan tak ingin kehilanganmu,tapi,,," Wisnu tak kuasa melanjutkan kata katanya, dia hanya mengis memegangi kaki Safira seolah enggan di tinggalkan.

" Aku mohon jangan seperti ini, kita sudah berakhir, kita sudah selesai...! Bukankah tadi kamu sudah berjanji tak akan mempersulit perceraian kita ?" Safira hanya diam mematung.

" Aku terpaksa menyetujuinya,, Rena--emh--Mia, hamil, dia mengancam akan bunuh diri bersama bayi yang di kandungnya kalau aku tak mau bercerai darimu, Aku terpaksa harus melepasmu Fir..!" Tangisan Wisnu semakin menjadi.

Sungguh ini pilihan yang sangat sulit bagi dirinya, malam setelah kejadian itu, Wisnu menyadari kesalahannya,

dia menyadari kalau dirinya telah terjebak pada masa lalu,

Di rumah sakit dia berjanji, saat Mia sadar dia akan mengakhiri semua kekeliruannya,

dia akan menjelaskan pada Mia kalau dirinya hanya tersesat di masa lalu, dan sebenarnya dia tidak mencintai Mia, hanya terobsesi pada cinta di masa lalunya yaitu Rena, yang kebetulan wajahnya mirip dengan Mia.

Wisnu akan mengakhiri kekeliruannya malam itu.

Tapi setelah Mia sadar dan  menceritakan semuanya termasuk niatnya untuk berpisah dari Mia, seorang Dokter masuk ke ruang rawat Mia dan mengatakan kalau saat ini Mia sedang hamil 1 bulan.

Mia yang memang tak ingin kehilangan sumber uangnya, menjadikan itu satu alasan,

menurutnya,kalau memang Wisnu tidak mencintainya, setidaknya Wisnu pasti mencintai anaknya, dan ini bisa di jadikan senjata untuk tetap mengikat Wisnu bersamanya.

Dengan segala drama, dia mengancam akan bunuh diri dan membunuh anak dalam kandungannya bila Wisnu tetap menceraikannya,

bahkan tak tanggung tanggung, dia juga menuntut Wisnu untuk bercerai dengan Safira jika tak ingin kehilangan bayinya.

Wisnu yang kalut dan bingung akhirnya menyetujui syarat Mia, bagaimanapun di lubuk hatinya sebenarnya Wisnu memang sudah mendambakan buah hati, tapi selama ini dia tak pernah mengungkapkan pada Safira yang memang belum di beri kehamilan oleh Tuhan.

Sungguh sulit di gambarkan perasaan Wisnu saat itu, sedih sekaligus bahagia.

Sedih harus kehilangan Safira, tapi bahagia akan mendapatkan buah hati.

" Hmm,, selamat,! Semoga kalian bahagia." Safira melepaskan paksa cengkrangan tangan Wisnu di kakinya yang seolah terlihat sedang bersimpuh.

Safira berjalan keluar rumah, hatinya terasa perih.

Sebercanda ini kah Tuhan padanya,,?

yang berhianat bahkan diberi hadiah istimewa dari nya, kehadiran seorang anak.

Oh... Sungguh ironis sekali hidup ini...!

*****

Safira kini tinggal di rumah kontrakan sederhana, dia ingin memulai kembali hidupnya dari awal lagi, dia ingin hidup mandiri, benar benar hidup dari hasil sendiri tanpa bantuan dari siapapun, bahkan orangtuanya.

Saat ini dia masih bisa bertahan dengan sisa uang tabungan yang dimilikinya.

Dia akan mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sukur sukur bisa menabung untuk biaya melanjutkan kuliahnya yang tertunda.

Tapi hidup tak semulus yang dia bayangkan, setelah hampir tiga bulan menyandang status janda dan hidup seorang diri di rumah kontrakan sederhana, dia masih belum mendapatkan pekerjaan,

sungguh sulit melamar pekerjaan dengan hanya bermodalkan ijazah dirinya yang hanya lulusan SMU saja.

Sementara uang tabungannya semakin menipis.

Safira sedang duduk melamun di depan rumahnya pagi itu, dia menggenggam sebuah stopmap merah berisi surat lamaran pekerjaan , dia akan mencari pekerjaan lagi, baginya pantang patah semangat,

hanya saja dia sedang memikirkan perusahaan mana lagi yang akan dia datangi hari ini.

Sebenarnya Dara sudah berulang kali mengajaknya bekerja di perusahaan kakaknya, tapi selalu dia tolak dengan alasan ingin berusaha sendiri dulu, sekarang Dara telah kembali ke kotanya karena proyeknya di kota ini sudah selesai dan dia juga harus menyelesaikan kuliahnya yang tinggal skripsi.

Safira merasa tak enak hati bila meminta pekerjaan pada Dara padahal berulang kali dulu dia sendiri yang menolaknya.

" Safira,," suara seorang pria dengan satu buket bunga di tangannya membuyarkan lamunannya.

" Kak Beni..." Safira bangun dari kursinya saat melihat Beni menghampinya

" Kamu sedang apa disini ? Maaf, kak Beni tak ada untuk menyemangatimu saat kamu  berpisah dengan Wisnu." Tanya Beni dengan mata berkaca kaca,

bagaimana tidak, Safira yang sudah dia anggap sebagai adik itu terlihat kurus, dengan wajah yang terlihat seperti menyimpan banyak kesedihan.

Sungguh tak seperti Safira yang biasanya dia kenal dulu, selalu ceria dengan dandanan yang selalu mempesona.

Dia sudah tau kabar perceraian Safira dengan sahabatnya Wisnu, hanya saja memang belum pernah sempat bertemu dengan Safira, karena semenjak dia mengundurkan diri dari club Wisnu, dia bekerja di ibukota .

" Tak apa kak, itu sudah lama berlalu, aku sudah sangat baik baik saja bahkan dari awal hehe,, aku tinggal disini sekarang kak, mencoba hidup mandiri, oh iya, kok kak Beni bisa disini ?" Tanya Safira yang heran tiba tiba Beni berada di tempat yang agak kumuh dengan membawa bunga segala.

" Ah, iya ! ini kakak mau mengunjungi teman lama, mumpung sedang disini, kamu mau ikut?" Tanya Beni

" Tidak kak, takut ganggu, teman kak Beni itu pasti cewek, lagi pula aku hari ini mau muter muter cari kerjaan kak." Safira melirik buket bunga di tangan Beni yang terlihat sangat cantik.

" Jelas cewek dong, masa ketemu temen cowok bawa bunga, ngeri amat Fir,," Beni bergidik sambil tertawa, lalu meraih map dari tangan Safira.

" coba kakak ajuin lamaran kamu sama teman kakak, sepertinya di kantornya sedang ada lowongan pekerjaan untuk lulusan SMU, kakak minta nomor ponsel kamu, biar kakak gampang hubungi kamu."

Wajah Safira berubah ceria, semoga ada secercah harapan baginya,

Setelah mendapat nomor telpon Safira, Beni pamitan dan tak lupa membawa stopmap berisi surat lamaran Safira tadi.

Setelah berjalan sekitar 10 menit dari rumah Safira, akhirnya Beni tiba di tempat tujuannya,

Tapi dia terkejut karena seseorang yang sangat tak ingin dia lihat ternyata ada disana juga.

Terpopuler

Comments

Fa Rel

Fa Rel

nyesekk amat

2022-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!