Siang itu selepas mendatangi pusara sahabatnya, Beni langsung ke kantor cabang yang ada di kota kelahirannya ini untuk mengambil beberapa dokumen yang di butuhkan bosnya.
Hampir setahun ini, setelah pertengkarannya dengan Wisnu saat itu dan memutuskan untuk berhenti bekerja di club milik Wisnu, Beni pergi ke ibukota untuk ikut bekerja pada pamannya yang seorang pemborong bangunan disana.
" Bang Dodo, kalau tidak salah kantor sini membutuhkan karyawan untuk bagian admin ?" Tanya Beni pada salah seorang staf bagian HRD yang kebetulan dulu seniornya saat kuliah.
" Iya, betul, gimana ?" Jawab Widodo seraya menyerahkan beberapa tumpuk dokumen yang diminta Beni.
" Boleh aku minta tolong ? Ada yang sangat membutuhkan pekerjaan, dia sudah ku anggap adik ku sendiri, apa bisa dia ku titipkan untuk bekerja disini ?" Beni sedikit memohon sambil menyodorkan stopmap merah berisi surat lamaran pekerjaan milik Safira yang dia bawa.
" Hmm,,, coba nanti aku periksa, semoga saja adikmu memenuhi syarat, nanti sore aku kabari lagi, karena siang ini aku dan karyawan lain harus bersiap siap, bos besar akan datang kesini, katanya bakal ada proyek besar dalam waktu dekat disini, kalau tidak salah yang menang tender untuk pembangunannya paman mu," Ujar widodo panjang lebar
" Oh, iya pembangunan apartemen mewah itu, pantas saja bos besar sampai datang langsung kesini. Aku tunggu kabar baik soal pekerjaan buat adik ku itu Bang.!" Beni segera pamit pulang.
Saat akan berjalan keluar gedung, di depan kantor sudah berjejer rapi semua karyawan menyambut kedatangan seseorang yang baru saja masuk ke kantor itu, di kawal beberapa ajudan dan bodyguard yang mengikuti langkah pria itu.
Beni yakin kalau itu bos besar yang tadi Widodo ceritakan, bos besar yang selama ini Beni hanya mendengar cerita suksesnya dari sang paman yang selalu begitu memuja kinerja hebat si bos besar itu.
Beni menatap sekilas si bos besar yang sungguh di luar ekspetasinya, dia mengira si bos besar yang merupakan pengusaha properti tersukses no 1 se Asia saat ini adalah seseorang yang sudah tua, berpenampilan perlente dengan jas lengkap, ternyata dia masih muda, Beni yakin kalau usia si bos itu beberapa taun lebih muda darinya,
Dia terlihat hanya menggunakan celana jeans dan kemeja sederhana, tanpa sadar Beny memuji sang bos besar itu dan berlalu meninggalkan kantor dengan segera.
Tok,,, tok,,, tok,,,
" Permisi, ini berkas berkas yang bos minta." Widodo masuk ke ruangan yang hanya akan di buka beberapa bulan sekali, karena itu ruangan khusus bos besar saat berkunjung, lalu memberikan setumpuk dokumen di meja bosnya.
Tapi saat akan meninggalkan ruangan itu, Widodo membalikan badannya dan kembali ke hadapan bosnya lagi.
Rupanya dia menyadari suatu kesalahan.
" Ada apa lagi?" Tanya bosnya dengan dingin sambil membaca isi map merah yang kini berada di tangannya.
" A-anu bos, maaf, itu sepertinyanya tadi terbawa, maaf,,!" Widodo menunjuk stopmap yang berada di tangan bosnya dengan ibu jarinya, Widodo terlihat agak panik karena terburu buru sepertinya dia salah membawa berkas.
" Ini ? " Pria itu mengangkat map di tangannya masih dengan muka tanpa ekspresi.
" I- iya bos, itu tadi saya salah bawa, maaf. Itu... teman saya menitipkan surat lamaran pekerjaan untuk adiknya, kebetulan kantor kita sedang membutuhkan tenaga untuk admin." Widodo berbicara sambil tertunduk tak berani melihat ke arah bosnya.
Laki laki tampan dan gagah yang merupakan bosnya itu di kenal tak bisa menerima kesalahan atau keteledoran sedikitpun dalam hal pekerjaan, dia akan sangat murka, makanya Widodo saat ini terlihat sangat ketakutan.
" Hubungi teman mu segera, bilang kalau adiknya diterima kerja disini, tapi syaratnya dia harus ikut training di ibukota selama 1 bulan, kalau dia setuju, besok saya tunggu di kantor pusat. Satu lagi, selama training dia harus tinggal di mess." Sedikit tersenyum pria itu memberikan perintah.
Widodo yang bingung hanya mengangguk mengamini perintah bosnya yang di nilainya sangat aneh, sejak dulu tak pernah ada aturan karyawan baru di kantor cabangnya diwajibkan training dulu di kantor pusat selama satu bulan.
Tapi bosnya pemilik perusahaan, kalau dia berkata begitu berarti itu keharusan, walaupun tak pernah tertulis di peraturan seperti itu.
Widodo segera menghubungi Beni menyampaikan apa yang di katakan bosnya tadi.
*****
Beni sedang duduk di bangku kayu yang berada di teras rumah kontrakan Safira.
Tadi, setelah menerima telpon dari Widodo, dia segera datang ke rumah Safira untuk menyampaikan berita baik itu.
" Bagaimana Fir, apa kamu mau ?" Tanya Beni setelah panjang lebar menyampaikan dan menjelaskan tentang lamaran pekerjaannya yang di terima dengan syarat itu.
" Aku mau kak, aku siap di tempatkan dimanapun, aku lelah jadi pengangguran kak," Safira penuh semangat.
" Oke kalau kamu setuju, kamu berangkat ke ibukota bareng kakak aja, sekarang kamu siapin barang barang yang kamu bawa, besok subuh kakak jemput." Beni berdiri hendak berpamitan dan mengabari Widodo kembali,
" Oh iya, setelah selesai training dan mulai bekerja, lebih baik kamu pindah ke rumah yang lebih layak, kakak tak tega melihat kamu tinggal di tempat seperti ini, nanti kakak carikan rumah yang dekat kantor." Lanjut Beni setelah melihat keadaan rumah yang di tempati Safira saat ini.
" Iya kak, memang Safira juga berencana mau pindah, gampanglah nanti yang penting kerja dulu." Safira lantas mengantarkan Beni yang berpamitan pulang sampai depan gang.
Safira masuk rumah dan segera membereskan barang barangnya yang memang tak banyak, dia sangat bersemangat, senyum tak lepas dari bibirnya saat membayangkan dirinya akan segera mendapatkan pekerjaan.
Jujur, dia hampir saja putus asa karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, untunglah Tuhan masih memberinya kesempatan untuk terus berjuang demi kehidupan dan masa depannya.
Dia tak keberatan meski harus meninggalkan kota kelahirannya untuk sementara, lagi pula kota ini terasa sangat menyesakkan dengan segala kisahnya.
' Semoga di tempat baru menemukan keberuntungan ' Harapnya dalam hati.
*****
" Bos, teman saya sudah menggubungi saya kembali, adiknya setuju dan akan menemui bos besok di kantor pusat." Lapor Widodo pada bosnya yang beberapa kali menanyakan kabar apakah temannya sudah menghubunginya kembali ?
Tak seperti biasanya si bos besar seperti tak sabar.
" Bagus, kerjamu benar benar bagus, ada bonus untukmu nanti." Sang bos besar tersenyum,
suasana hatinya tiba tiba sangat bahagia.
Widodo menutup pintu ruangan bosnya dengan suasana hati bahagia juga karena di janjikan bonus oleh bosnya, meski dia tak tau, itu bonus atas keberhasilan kerjanya yang mana.?
' Safira, akhirnya Tuhan benar benar mengantarkan mu ke hadapan ku setelah sekian lama aku menunggu. Maafkan aku yang pengecut tak punya nyali untuk mencoba hadir dalam hidupmu. Tapi aku yakin, aku jatuh cinta padamu dari saat pertama kali aku melihat senyum mu, melihat tangis mu, kamu benar benar wanita sempurna dimataku.' Gumam pria itu sambil melihat foto wanita cantik yang sedang tersenyum di layar ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Jasreena
keknya ini sepupunya Dara....
2022-05-17
1
adzrield avrinas allzigra
itu pasti kakak sepupunya dara
2022-01-15
2
Puji Hartati Soetarno
makin seruuuu
2022-01-01
1