Episode 16

Dito berbaring di pangkuan Nayla ketika mobil melaju dengan kecepatan rata-rata.

"Nay... kita langsung ke rumah sakit saja yah, takutnya Dito kenapa-kenapa" usul Ardy

"Iya.. Kak.. lebih cepat lebih baik" ucap Nayla

"Ok.. Nay" ucap Ardy lalu menambah kecepatan mobilnya.

"Bby... " panggil Nayla menatap wajah Dito yang pucat pasih. Dito merespon dengan membuka matanya.

"Kita ke rumah sakit yah" ucap Nayla lembut membelai kening Dito

"Iya cinta" jawab Dito dengan lemas lalu menutup matanya kembali.

"Masih bisa bertahan kan sayang?" tanya Nayla khawatir karena Dito berkeringat dingin

"Iya..." jawab Dito lemas.

"Sabar yah sayang" ucap Nayla lembut masih membelai puncak rambut Dito.

Dito tidak merespon karena dirinya benar-benar merasa lemas dan pusing.

Sekitar dua puluh menit kemudian mobil Ardy memasuki area rumah sakit bagian gawat darurat.

"Bby.. kita sudah sampai" ucap Nayla Dito pun perlahan bangun dan turun dari mobil.

Beberapa perawat rumah sakit datang dan mereka sudah menyiapkan ranjang dorong. Dito berbaring pelan dan dibantu oleh Nayla dan perawat lainnya. Setelah berbaring mereka mendorong ranjang Dito menuju ruang periksa. Nayla mengikuti dari belakang dengan perasaan cemas. Ardy dan Garra mengikuti Nayla menuju ruang darurat.

Nayla mondar-mandir dengan perasaan cemas. Ardy yang memperhatikan Nayla tersenyum lalu berdiri mendekati Nayla.

"Nay..." panggil Ardy memegang pundak Nayla

"Ya Kak.." jawab Nayla

"Tidak usah khawatir, mungkin Dito kecapean, kalau sudah di tangani dokter pasti akan aman kok" ucap Ardy

"Iya Kak.. Naya khawatir terjadi sesuatu yang serius dengan Dito, karena tidak biasanya Dito sakit sampai masuk rumah sakit Kak" ucap Nayla lirih

"Doakan Dito semoga tidak terjadi hal yang serius yah" ucap Ardy

"Iya Kak.. terima kasih kak, kakak selalu membantu kami" ucap Nayla

"Dito sudah seperti saudara bagiku Nay, jadi jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan ku" ucap Ardy

"Iya Kak.." ucap Nayla. Ponsel Nayla berdering ia pun mengambil ponselnya dari tas selempang yang ia kenakan.

"Mama.." gumam Nayla pelan

"Tante Maya telepon yah Nay" ucap Ardy

"Iya Kak.." ucap Nayla

"Angkat gih" ucap Ardy

"Baik Kak.." ucap Nayla lalu menggeser ikon berwarna hijau.

"Ya Ma.."

"Sayang, maaf Mama mengganggu" ucap Maya

"Nggak apa-apa kok Ma, ada apa Ma?" tanya Nayla

"Nggak kok, Mama cuma pengen ngobrol aja sama kamu" ucap Maya. "Dito ngapain nak?" tanya Maya

"Mmmm.. Dito.." Nayla merasa ragu untuk menjawab

"Sayang.. Dito baik-baik saja kan?" tanya Maya dengan nada khawatir.

"Mmm.. Ma.. Dito masuk rumah sakit" ucap Nayla pelan

"Haaa'... kapan? sakit apa? sekarang bagaimana keadaannya? rumah sakit mana?" Maya bertanya dengan bertubi-tubi kepada Nayla

"Dari kemarin Dito mual dan muntah Ma, Naya tidak tahu penyebabnya apa, tadi pagi juga gitu mual lagi, akhirnya Naya izin di kegiatan baksos Ma, Naya khawatir terjadi sesuatu dengan Dito" ucap Nayla

"Salah makan atau gimana Naya?" tanya Maya khawatir

"Kemarin waktu istirahat Dito makan bekal yang Naya masak Ma" ucap Nayla

"Ya udahlah, kasih tahu Mama di rumah sakit mana kalian, Mama akan segera ke sana" ucap Maya

"Iya Ma.. Sekarang kita lagi di rumah sakit Karunia" ucap Nayla

"Ya ampun jauh banget sayang" ucap Maya

"Iya Ma.. Naya sengaja menyuruh kak Ardy membawa Dito ke rumah sakit terdekat dari lokasi baksos" ucap Nayla

"Baiklah Mama akan segera ke sana bareng papa kamu" ucap Maya

"Iya Ma.. hati-hati di jalan yah Ma" ucap Nayla

"Iya Sayang" ucap Maya lalu mengakhiri panggilannya bersama Nayla.

"Kayaknya Tante Maya khawatir banget yah Nay" ucap Ardy

"Iya Kak" ucap Nayla

"Dito merupakan anak kesayangan Tante Maya, istilahnya paling dimanjakan, walaupun sebenarnya Tante Maya tidak pilih kasih sih, tapi kalau ada kaitannya dengan Dito pasti Tante Maya bakalan khawatir banget apalagi kalau sampe sakit gini" ucap Ardy

Nayla tersenyum "Iya sih, Dito manja sangat banget sama Mama Maya" ucap Nayla

"Sudah tahu yah?" goda Ardy tertawa kecil

"Iya Kak, tahu banget" ucap Nayla pun tersenyum

Tak lama kemudian pintu UGD di buka keluarlah seorang dokter wanita.

"Keluarga pasien atas nama Aldito Rahmadi"

Nayla segera mendekati dokter "Ya.. Dok.. saya istrinya" ucap Nayla

Sejenak dokter menatap dalam diam kepada Nayla. "Anda istri pasien?" tanya Dokter

"Iya Dokter saya istrinya" ucap Nayla menyakinkan dokter.

"Nikah muda ya?" tanya Dokter tersenyum seperti menggoda Nayla

Nayla tersenyum "Iya Dokter. Gimana keadaan suami saya dokter?" tanya Nayla cemas

"Tidak ada yang serius kok, hanya saja pasien harus banyak istirahat"

"Baiklah dok.." ucap Nayla

"Tidak usah khawatir satu dua hari pasti akan sembuh kok suaminya" Dokter menggoda Nayla dan tersenyum

"Iya dok.. saya berharap kesembuhan untuk suami saya" ucap Nayla penuh harap.

"Kalau menuruti anjuran dokter pasti sembuh kok" ucap dokter berusaha untuk mengalihkan kekhawatiran Nayla

"Iya dok, saya sangat berharap demikian" ucap Nayla

Dokter tersenyum "Ok.. saya tinggal dulu, nanti pasien akan dipindahkan ke ruang inap yah"

"Iya dok, terima kasih atas bantuannya" ucap Nayla

"Iya sama-sama.. Kalau ada apa-apa nanti hubungi perawat dan pasti akan menghubungi saya. Mari saya permisi"

"Ya dok.. Terima kasih" ucap Nayla

Dokter meninggalkan Nayla bersama Ardy. Tidak lama Dito keluar dengan ranjang dorong dibantu oleh beberapa perawat.

"Nay.. aku urus administrasi dulu yah" ucap Ardy

"Iya Kak.. " ucap Nayla

"Bu.. ini resep yang harus ditebus, ada beberapa obat yang harus diminum ketika kesadaran pasien pulih total" ucap salah satu perawat

"O..iya Ns. terima kasih" ucap Nayla mengambil selembar kertas dari tangannya

"Nay.. aku saja yang tebus, kamu temani Dito saja" ucap Ardy

"Baiklah kak, terima kasih" ucap Nayla

"Dari tadi ucapin terima kasih melulu kamu Nay" ucap Ardy menggerutu lalu meninggalkan Nayla.

Nayla tertawa kecil dan segera menyusul Dito yang di dorong pelan oleh perawat menuju kamar inap.

"Terima kasih Mas.." ucap Nayla

"Iya sama-sama, kalau perlu apa-apa nanti tekan saja belnya"

"Iya Mas" ucap Nayla

Nayla duduk di samping ranjang Dito. Ia menggenggam tangan Dito dengan lembut. Ia menatap lekat wajah Dito. Ia tidak habis pikir Dito bisa sakit sampai separah ini. Laki-laki yang penuh dengan keceriaan sekarang terbaring lemah. Laki-laki yang selalu kuat dan bersemangat kini tidak berdaya. Air matanya menetes pelan menatap lekat wajah Dito.

"Cepat sembuh Bby.. kangen dengan canda tawamu" ucap Nayla lirih lalu mengecup kening Dito dengan pelan. Nayla membiarkan Dito berisitirahat. Ia duduk di kursi dekat ranjang sambil terus menggenggam lembut tangan suaminya.

***

Dito menggeliatkan dengan pelan ia membuka matanya.

"Bby..." panggil Nayla senang akhirnya Dito sadar.

"Cin...taaa..." panggil Dito lirih

"Yah.. Bby.. perlu sesuatu?" tanya Nayla

"Pe..ngeeenn.. Ka..mu..." ucap Dito sengaja menghibur Nayla yang terlihat cemas

"Iiss.. Bby.. serius.." ucap Nayla menahan bulir bening di matanya.

Dito perlahan bangun, Nayla membantu Dito dan menyandarkan punggungnya yang diganjal oleh Nayla dengan bantal.

Dengan pelan Dito menarik tangan Nayla dan memeluknya. Nayla akhirnya pasrah kepelukan Dito dan seketika air matanya menetes, ia berusaha menahan isaknya agar tidak terdengar oleh Dito.

"Aku nggak apa-apa kok cinta" ucap Dito pelan ia membelai lembut pipi Nayla yang ia tahu berusaha menahan tangisnya dan mengusap air mata Nayla.

"Bby..." alhasil Nayla tidak bisa menahan menahan dirinya.

"Sssttt... nggak usah sedih akh.. kayak aku kenapa aja cinta.." ucap Dito membelai lembut punggung Nayla

"Takut Bby..." ucap Nayla lirih

"Nggak usah berpikir aneh-aneh cinta.." ucap Dito berusaha menenangkan Nayla.

Nayla mengangguk lalu meregangkan pelukannya karena teringat pesan dokter untuk Dito meminum obat setelah dia sadar.

Dito menarik lembut tengkuk Nayla lalu menempelkan bibirnya di bibir Nayla.

Nayla memejamkan matanya tidak ada kecupan manis seperti biasa yang dilakukan oleh Dito dan Nayla. Keduanya sama-sama terdiam dan membiarkan bibir mereka menyatu.

TOK.. TOK.. TOK..

Pintu kamar diketuk, keduanya melepas ciuman mereka. Dito menarik nafas pelan dan mengecup kening Nayla dengan mesra.

"Buka gih pintunya" pinta Dito lembut sambil mengusap air mata Nayla.

Nayla tersenyum dan mengangguk pelan, ia segera menuju pintu dan membukanya.

"Mama.. " ucap Nayla ketika pintu terbuka dan langsung menyalami tangan Maya

"Dito gimana Nay?" tanya Maya ketika masuk.

Maya menarik nafas pelan dan mendekati Dito yang duduk di ranjang tersenyum padanya

"Papa.." ucap Nayla juga menyalami tangan Hans.

Nayla menutup pintu kamar dan menyusul Maya dan Hans yang berdiri di sisi ranjang Dito.

"Kenapa kamu bisa sakit nak?" tanya Maya duduk di tepi ranjang sambil membelai pipi Dito

Dito tersenyum meraih tangan Maya ke genggaman tangannya.

"Dito nggak apa-apa Ma.." ucap Dito lembut

"Nggak apa-apa gimana? "Maya menekan suaranya. Nayla menundukkan wajahnya ada perasaan aneh di dalam hatinya.

"Dito kecapean aja.." ucap Dito lembut

Maya menatap Nayla yang menundukkan wajahnya. "Kamu juga Nay, kenapa sih pake nggak bilang ke Mama kalau Dito sakit?" ucap Maya kesal

"Ma.. ini bukan salah Naya. Dito memang nggak sakit, namun tiba-tiba saja siang kemarin selesai bangun tenda Dito merasa mual. Dan juga ini salah Dito Ma, karena Dito melarang Dodit, Darma, dan Andre memberi tahu Naya" ucap Dito tidak ingin Nayla disalahkan oleh Maya.

Nayla masih diam dan menundukkan wajahnya tidak berani menatap Maya yang terlihat marah padanya.

"Mama nggak usah marah sama Naya, Naya berusaha merawat Dito Ma, bahkan ia langsung meminta izin kepada panitia pulang sebelum kegiatan selesai" ucap Dito membelai tangan Maya.

"Ma.. Dito sudah bukan anak kecil lagi, Dito sudah beristri, ada Naya yang menjaga dan merawatnya. Kalau Naya membiarkan Dito nggak mungkinkan Naya membawa Dito langsung ke rumah sakit" ucap Hans memegang pundak Maya.

Maya menarik nafas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. "Apa kata dokter Naya?" tanya Maya menatap Nayla.

Dengan pelan Nayla mengangkat wajahnya yang tertunduk. "Dokter bilang Dito kecapean Ma, dan meminta Dito untuk istirahat" ucap Nayla pelan

"Kamu dengar apa yang istrimu katakan Dit.. Jangan terlampau serius dalam bekerja, kalau waktu istirahat yah istirahat jangan yang aneh-aneh" ucap Hans menggoda Dito

Dito tersenyum "Habisnya enak sih Pa" ucap Dito membalas candaan Hans

"Dasar.. anak sama Papanya sama saja" ucap Maya ketus, Nayla tersenyum.

Seketika Nayla ingat ada obat yang harus diminum oleh Dito. Dengan segera ia menuju nakas dan mengambil obat tersebut.

"Bby.. diminum dulu yah obatnya" ucap Nayla lembut

"Dito sudah makan Nay...?" tanya Maya

"Ini obat yang harus diminum oleh Dito Ma, setelah ia sadar" ucap Nayla lembut

"Jadi kamu pingsan gitu?" tanya Maya menekan suaranya dan menatap Dito dengan tajam.

"Dito nggak pingsan Ma" ucap Nayla dengan cepat

"Lalu..?" tanya Maya menekan suaranya

"Naya nggak tahu Ma, selesai diperiksa oleh dokter di ruang UGD tadi, Dito tertidur mungkin dikasih obat untuk Dito istirahat dari mual dan muntah Ma" jelas Nayla

"Ow... ya sudah minum obatnya" ucap Maya

Dito tidak membantah kedua wanita yang sangat berarti dihidupnya. Ia menuruti keinginan Nayla dan Maya untuk meminum obat, yang sebenarnya Dito sangat tidak ingin minum obat.

"Istirahat sana, biar kamu fit untuk acara resepsi kalian" ucap Maya kepada Dito.

Dito membelalakkan matanya "Ma..." ucap Dito tertahan langsung disanggah oleh Maya

"Mama sudah siapin semuanya, setelah kami keluar dari rumah sakit resepsi akan digelar, Mas Raka juga sudah setuju dengan keputusan Mama" ucap Maya

"Ma.. Dito.." lagi-lagi ucapan Maya langsung disanggah oleh Maya

"Pokoknya Mama akan siapkan semua keperluan resepsi kalian. Mama dan Tasya sudah memesan gedung, catering, souvernir, undangan, baju pengantin semua sudah Mama siapkan" ucap Maya

Dito dan Nayla saling tatap "Ma..." ucap Dito

"Istirahat, Mama nggak mau debat sama kamu" ucap Maya berdiri menjauh dari ranjang dan duduk di sofa.

"Sudahlah Dit.. ikuti saja kemauan Mama kamu" ucap Hans membelai pucuk rambut putranya

Dito menarik nafas dalam-dalam "Kalau Mama sudah bertindak Dito nggak bisa ngapa-ngapain Pa" ucap Dito

Hans tersenyum "Mama hanya ingin yang terbaik buat kalian" ucap Hans

"Iya Dito dan Naya nurut aja kalau gitu" ucap Dito tersenyum lalu meraih tangan Nayla ke genggaman tangannya.

"Nggak apa-apa kan cinta, Mama sudah siapin semuanya?" tanya Dito kepada Nayla

"Nggak apa-apa kok Bby, aku nurut saja mana baiknya. Asalkan kamu cepat sembuh" ucap Nayla. Dito tersenyum dan mengangguk pelan.

"Masih berasa mual Bby...?" tanya Nayla

Dito tersenyum dan menggeleng pelan "Sudah nggak kok cinta" membelai lembut pipi Nayla

Nayla tersenyum dan menundukkan wajahnya. Dito meraih pundak Nayla ke pelukannya.

"Sudah.. nggak usah sedih cinta, aku pasti bakalan sembuh kok. Kayak aku kena kanker aja" ucap Dito

Nayla membelalakkan matanya nafasnya memburu ketika Dito mengatakan hal di luar dugaannya.

"Ngomong apa sih kamu Bby..." ucap Nayla terasa sesak

Dito menangkup wajah Nayla dengan kedua tangannya "Sensi banget sih.." ucap Dito manja sambil menggeleng kepala Nayla dengan pelan dengan tangannya.

"Bukan sensi Bby.. aku nggak mau..." ucap Nayla tertahan ketika Dito menempelkan bibirnya di bibir Nayla. Sontak Nayla membelalakkan matanya Dito berani menciumnya di depan Hans dan Maya, dengkulnya berasa mati rasa.

Dito menarik bibirnya tersenyum "Nggak usah aneh-aneh mikirnya cinta.." ucap Dito tertawa kecil tahu kalau Nayla kesal padanya.

"Kamu apaan sih Bby..." ucap Nayla tertahan

"Aku...? emangnya aku kenapa cinta?" Tanya Dito dengan santai

"Bekicot labil.." tukas Nayla lalu pergi meninggalkan Dito dan kedua orangtuanya karena ia merasa kesal.

"Cinta..." panggil Dito sambil tertawa

"Kamu sih Dit.. selalu aja menggoda Nayla" ucap Maya tertawa

"Habisnya kalau nggak digoda Naya pasti khawatir banget sama Dito Ma" ucap Dito

"Kamu tuh kalau mau cium Nayla lihat sikon dong" ucap Hans

"Maaf Pa.. habisnya Dito gemes sama Nayla kalau lagi ngambek gitu" ucap Dito

"Tanggungjawab loh Dit..." ucap Hans tersenyum nakal

Dito mengernyitkan dahinya "Tanggungjawab kenapa Pa?" tanya Dito

"Papa jadi pengen nih.." ucap Hans mengerling nakal

Dito sontak tertawa lepas dengan tingkah Papanya "Tuh Mama di samping Papa" goda Dito

"Pa.. jangan aneh-aneh" ucap Maya menunjuk Hans yang sedang merangkulnya.

"Nggak apa-apa kok Ma..Kiss dong" goda Hans sambil memonyongkan bibirnya, sementara Dito terus tertawa dengan tingkah Mama dan Papanya.

"Mama sama kayak Naya, malu-malu tapi mau" goda Dito membuat Maya melotot ke arah Dito

"Tu kan.. Dito saja ngerti Ma.. cium dong" ucap Hans terus menggoda Maya.

"Papa sama Anak sama aja.. nggak beres otaknya" ucap Maya mendorong wajah Hans membuat Dito sampai terpingkal.

"Ayolah Ma.." goda Hans

"Ikh.. apaan sih udah tua tingkahnya malah aneh" ucap Maya ketus berhasil melepas tangan Hans

Dito terus tertawa dengan tingkah Mama dan Papanya.

"OOO.. iya Dit.. mungkin ada kamu jadinya Mama kamu jual mahal" ucap Hans

"Dito bakalan tutup mata nih" ucap Dito menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ngaco kamu Dit.. " ucap Maya kesal.

"Tuh Dito sudah tutup Mata Ma.." ucap Hans membuat Dito semakin geli dengan tingkah orang tuanya.

"Papa.." ucap Maya menekan suaranya sehingga menyebabkan Hans tersenyum simpul dan melepas pelukannya dan tersenyum kepada Maya.

Dito yang ingin tahu hal yang terjadi dengan orang tuanya. Ia membuka kedua telapak tangannya seketika tawanya pecah melihat Hans yang menatap Maya dengan tatapan takut.

"Kamu kenapa tertawa Dit..?" tanya Hans kesal

"Ternyata Papa takut juga sama istri" ucap Dito di sela-sela tawanya.

"Emang kamu nggak takut sama istri kamu?" tanya Hans membuat Dito mengulum senyumnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sok-sok'an kamu ngatain Papa, padahal kamu juga takut kan sama Nayla" ucap Hans membuat Dito tertawa kecil.

"Takutlah Pa.. ntar nggak ada lagi yang ngurusin Dito dengan tulus dan sepenuh hati" ucap Dito tersenyum

"Makanya jangan belagu sama istri" ucap Maya ketus

"Iya Ma.. Papa sayang sama Mama" ucap Hans memeluk Maya dari samping dan mengecup pelipisnya. Dito tersenyum lalu membaringkan kepalanya di bantal yang menyanggah kepalanya. Ia memejamkan matanya rasa pusing pun datang menyerangnya. Maya yang khawatir langsung berdiri mendekati Dito.

"Sayang..." ucap Maya membelai kening Dito

Dito membuka matanya dengan pelan "Ma.. jangan diguncang" ucap Dito lirih

"Ok.. sayang.. maaf.." ucap Maya menarik tangannya. "Kamu kenapa Nak?" tanya Maya khawatir.

"Pusing Ma.." ucap Dito lirih

"Mama panggil perawat dulu yah" ucap Maya khawatir

"Nggak perlu Ma.. Dito butuh Naya" ucap Dito lemah

"Waduh.. Naya kemana?" tanya Maya khawatir, menatap Dito yang kembali memejamkan matanya.

Tiba-tiba Nayla muncul sambil menenteng tas kresek kecil berisi minuman.

"Nay..." panggil Maya senang.

"Ya Ma.." ucap Nayla lembut

"Dito butuh kamu nak" ucap Maya.

Dengan cepat Nayla mendekat dan meletakkan jus yang ia beli dari kantin untuk Dito. Ia menatap Dito yang memejamkan matanya.

"Bby..." panggil Nayla lembut

Dito segera membenamkan wajahnya di dada Nayla. "Pusing cinta" ucap Dito manja

"Iya.. aku bantu rebahan yah Bby.." ucap Nayla lembut membelai pelan puncak kepala Dito

"Nggak, pengen begini sebentar aja" ucap Dito kembali merasa nyaman dipelukan Nayla

"Nay.." panggil Maya membuat Nayla menoleh ke arah Maya

"Ya Ma.."

"Kepala Dito pusing kalau kamu elus-elus gitu Nay" ucap Maya pelan berusaha memberitahu Nayla.

"Oh..." seketika Nayla menghentikan belaiannya di kepala Dito.

"Cinta kok berhenti" ucap Dito pelan

"Nanti pusing Bby?" tanya Nayla lembut membelai pundak Dito

"Nggak kok cinta, justru aku nyaman didekap kamu" ucap Dito.

Nayla menatap Maya, dengan pelan Maya mengangguk kepada Nayla.

Nayla pun membelai lembut pucuk rambut Dito.

"Dit... kamu nggak apa-apa kan sayang?" tanya Maya

Dito meregangkan pelukannya dari Nayla. "Kalau ada Naya, Dito berasa nyaman apalagi sudah menghirup aroma tubuh Naya" ucap Dito lirih

"OOO, gitu yah" ucap Maya berusaha menyelidiki tingkah laku Dito.

"Emang sejak kapan kamu gini?" tanya Maya penasaran

"Sejak kemarin Ma.." ucap Dito pelan lalu memeluk Nayla kembali.

"Gitu yah.." ucap Maya mengernyitkan dahinya lalu memperhatikan Nayla yang masih asyik membelai rambut Dito dengan mesra.

Maya tersenyum lalu kembali duduk di samping Hans.

"Mama kenapa?" tanya Hans penasaran

"Nggak apa-apa.. semoga saja dugaan Mama benar" ucap Maya serius

"Dugaan apa?" tanya Hans

"Ada deh.. Nanti bakalan Mama tanya ke Nayla kalau Dito sudah sembuh" ucap Maya. "Tapi kayaknya Dito bakalan ngerasain deh hal seperti ini" ucap Maya antusias

"Emang Dito kenapa Ma?" tanya Hans penasaran

Maya tersenyum geli menatap Dito dan Nayla. "Nanti juga Papa tahu" ucap Maya mengerling nakal

"Mmm.. ada yang pengen nih" ucap Hans mencolek dagu istrinya.

"Iiss.. Papa apaan sih, malu dilihat Nayla" ucap Maya ketus

"Orang mereka lagi mesra gitu" ucap Hans makin menggoda istrinya sambil mencolek dagunya.

"Ikh.. Papa.." ucap Maya tertahan lalu menatap Hans dengan kesal

Hans tertawa tingkah istrinya "Papa senang Ma.." ucap Hans seketika

"Senang kenapa?" tanya Maya curiga

"Papa senang Dito dipertemukan dengan gadis sebaik dan setulus Nayla" ucap Hans

Maya tersenyum "Iya Pa.. Mama harap rumah tangga mereka bakalan langgeng sampai kakek nenek" ucap Maya

"Iya Ma.. kayaknya kita contohnya" ucap Hans

"Mmm.. " Maya bergumam

"Kok Mama jawabnya nggak ikhlas banget" ucap Hans

Maya tertawa kecil "Iya.. Papa sayang" ucap Maya mencubit gemas pipi Hans.

Keduanya kembali menatap Dito yang dibaringkan oleh Nayla dengan pelan.

"Nayla begitu perhatian dengan Dito" ucap Hans

Maya tersenyum tidak membalas komentar dari suaminya, ia menatap intens kepada Nayla yang mengurus Dito dengan sabar dan penuh kelembutan.

"Semoga feeling Mama nggak salah sayang" batin Maya tersenyum masih menatap Dito dan Nayla.

***To Bee Continue***

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Feeling mama Maya adalah Naya hamil, benar kan thor?
Lanjut thor semangat 💪💪💪

2021-07-06

0

Nora

Nora

semga aj yA.

2021-07-06

0

Ari Mulyati

Ari Mulyati

semoga feeling aku naya hamil juga ga salah yah thorrrr hahahaahhaa,,,aduhhh sll melting liat pasangan ini,,,,dari SMA pe skrg masih aja mesra ga berubahhh semoga sll bahagia dan segera dapat berita bahagia jugaaaaaa

2021-07-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!