Episode 5

"Naya.. Dito.. Mama dan Papa mau bicara kita ke ruang kerja Papa" ucap Mama setelah makan malam berakhir

Aku dan Nayla saling tatap satu sama lain.

"Baik Ma.." ucapku bersamaan dengan Nayla.

Aku dan Nayla mengikuti Mama dan Papa menuju ke ruangan Papa. Kami duduk di sofa berdampingan, sedangkan Mama dan Papa di hadapan kami berdua.

"Dito.. Naya.." panggil Mama lembut sambil menyerahkan amplop berwarna coklat ukuran sedang

Aku mengambil amplop tersebut dan membukanya. Aku tersenyum dan mengambil dua buah buku nikah. Tanggal dan bulannya sudah diatur oleh Papa dan Mama. Aku menatap keduanya dan tersenyum.

"Terima kasih Ma, Pa. Dengan ini Dito dan Naya tidak merasa terbebani tinggal berdua" ucapku tersenyum

"Iya Nak.. sudah seharusnya kau menyimpannya" ucap Papa

"Iya.. Pa.." ucapku lalu memberikan amplop berisi surat-surat penting yang ada kaitannya dengan pernikahan aku dan Nayla.

"Mmm.. Pa.. Dito mau ngomong sesuatu" ucapku menarik nafas pelan.

"Mau ngomong apa sayang, sepertinya penting banget" ucap Mama menggodaku, aku tersenyum

"Ini menyangkut kehidupan Naya dan Dito selanjutnya" ucapku sesaat menatap Nayla yang juga menatapku penuh tanya.

"Kalian kenapa?" tanya Mama tiba-tiba

"Tidak apa-apa kok Ma, hanya saja Dito ingin mengajak Naya tinggal bersama Dito. Sudah saatnya kami berdua hidup mandiri" ucapku hati-hati jangan sampai Mama dan Papa akan tersinggung dengan keputusan yang aku ambil ini.

"Tapi.. kenapa tiba-tiba Dito..?" tanya Mama penuh rasa tanda tanya.

"Bukan tiba-tiba Ma, tapi sudah saatnya. Bukannya Dito tidak mau tinggal bersama Mama dan Papa. Tapi Dito adalah laki-laki, Dito punya tanggung jawab. Dan tanggungjawab Dito ini adalah Naya. Saat ini Naya sudah sepenuhnya tanggung jawab Dito" ucapku menjelaskan perlahan kepada Mama

"Pemikiran yang berikut, Naya dan Dito akan kuliah, jika Dito dan Naya dari rumah jaraknya cukup jauh ke kampus Ma, kasian Naya. Belum juga hilang capenya harus berangkat lagi ke kampus besoknya" ucapku menyakinkan Mama.

"Itu saja yang Dito bisa berikan alasan, belum lagi Dito harus membagi waktu Dito antara kerja dan kuliah Ma" ucapku lirih

"Baiklah kalau itu mau kalian, Mama hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk kalian" ucap Mama lirih

"Ma.. sudah saatnya mereka mandiri" ucap Papa meraih tangan Mama ke genggamannya memberikan pengertian kepada Mama.

"Dulu juga ketika kita baru menikah, kita sudah pisah dari orang tua, baik orang tua Mama, dan juga orang tua Papa, bahkan kita bahagia tinggal di rumah kontrakan seadanya, sebelum kita punya rumah sendiri" ucap Papa lembut

"Iya sih Pa.." ucap Mama lemas

"Mama.. Dito tahu yang terbaik untuknya dan juga istrinya" ucap Papa

"Iya Pa.. Mama paham" ucap Mama menundukkan wajahnya menahan bulir bening di matanya.

"Mama..." ucapku berpindah ke sisi Mama

"Mama tenang aja, setiap weekend Dito dan Naya akan ke sini kok" ucapku lembut membelai punggung Mama

"Mama bakalan kangen sama kalian berdua" ucap Mama dengan suara bergetar

"Mama kami juga bakalan kangen banget sama Mama" ucap Nayla berpindah di hadapan Mama dan bersimpu

"Naya yakin keputusan Dito adalah yang terbaik buat Naya dan Dito" ucap Nayla mengenggam salah satu tangan Mama

"Baiklah.. Mama tidak bisa menahan kalian jika itu sudah keputusan kalian berdua. Mama hanya berharap kalian tidak lupa dengan Mama" ucap Mama lirih

"Iya.. Ma.. kami nggak akan lupa kok" ucap Nayla melembutkan suaranya

"Mama sayang kalian berdua" ucap Mama memelukku dan Nayla bersamaan

"Iya.. Naya dan Diro juga sayang Mama" ucapku memeluk dua wanita yang paling aku sayangi

Mama merenggangkan pelukannya dan mengelus pipiku dan pipi Nayla.

"Langgeng terus yah rumah tangga kalian" ucap Mama

"Amin.." ucapku dan Nayla bersamaan. Kudaratkan kecupan sayang di pipi Mama dan Pipi Nayla sehingga kedua wanita tersebut tertawa kecil dan memelukku bersamaan.

"Ekheemm.. Papa dianggurin nih.." protes Papa sontak Mama dan Nayla melepas pelukannya di tubuhku.

Aku dan Nayla tersenyum ketika Mama memeluk Papa dengan manja bahkan Mama menyandarkan kepalanya di bahu bidang Papa. Yah.. walaupun sudah tidak muda lagi tapi Papa masib terlihat sehat dan bugar membuatku kagum kepada Papa.

"Lantas kalian akan tinggal di mana?" tanya Papa

"Kamu nggak keberatan kan cinta kalau kita ngekos dulu selama pengenalan kampus?" tanyaku kepada Nayla

"Nggak masalah Bby, asalkan bersama kamu aku akan senang kok" ucap Nayla tersenyum

"Kalian yakin mau ngekos?" tanya Mama tiba-tiba meluruskan kembali posisi duduknya

"Iya Ma.. nggak masalah kan?" tanyaku lembut

"Tapi apa layak dan nyaman buat kalian?" tanya Mama

"Dito pasti akan memberikan tempat yang nyaman buat Naya Ma, Mama tenang saja" ucapku membelai pucuk rambut Nayla yang masih duduk di hadapan Mama dan meletakkan tangannya di lututku

"Percayakan pada Dito yah Ma" ucap Papa lembut

"Baiklah kalau begitu" ucap Mama cemberut membuatku tersenyum bersama Nayla dan Papa.

"Terus kalian sudah dapat tempat kostnya?" tanya Mama

"Sudah kok Ma, Kak Ardy yang membantu mencarikan tempat kostnya" ucapku lembut

"Ow.. baguslah, semoga tempatnya nyaman buat kalian" ucap Mama

"Iya.. pasti nyaman kok" ucapku menyakinkan Mama

"Terus kapan kalian akan ngekost?" tanya Mama

"Kalau bukan besok, yah lusa Ma, sehabis kegiatan pengenalan kampus Dito bersama kak Ardy akan ke sana memastikan semuanya" ucapku

"Haa'.. besok? Cepat banget?" protes Mama membelalakkan matanya

Aku tertawa kecil "Iya.. Ma.. kan mulai besok kegiatan kampus dan selama seminggu" ucapku

"Huuffttt.. baiklah" ucap Mama melepas nafasnya pelan

"Tenang aja Ma, Dito dan Naya bakalan baik-baik saja kok" ucapku lembut.

"Yah.. mau gimana lagi, itu sudah keputusan kalian, Mama hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan kalian" ucap Mama mengelus pipiku dan pipi Nayla

"Iya.. Ma.. Restu Mama dan Papa itu yang utama untuk Naya dan Dito" ucap Nayla tersenyum manis

"Hmmm.. ngomong-ngomong gimana keadaan Mas Raka Nay?" tanya Papa mengalihkan pembicaraan.

Aku membantu Nayla berdiri dan duduk kembali di sampingku.

"Tadi sempat telepon kak Tasya, Gula darah Papa sudah normal. Kemungkinan satu dua hari ini Papa akan keluar rumah sakit" ucap Nayla

"Mmm.. syukurlah kalau begitu.. Papa sangat ingin menjenguk Mas Raka, tapi Papa sangat sibuk" ucap Papa lirih

"Nggak apa-apa kok Pa.. Kan ada Mama juga dan Kak Ayra sudah mewakili Papa" ucap Nayla tersenyum.

"O..iya Mama hampir lupa Naya, Dito.." ucap Mama Tiba-tiba

"Ada apa Ma?" tanya Papa

"Tadi kan Mama jenguk Mas Raka. Dan kami sempat ngobrol soal resepsi kalian berdua, kata Mas Raka, semua tergantung kalian berdua" ucap Mama

"Papa juga sependapat dengan Mas Raka" ucap Papa

"Gimana menurut kalian?" tanya Mama

"Dito terserah istri Dito tersayang Ma" ucapku merangkul Nayla ke pelukanku

"IIssss... Bby.." ucapnya Manja

"Gimana Naya?" tanya Mama

"Mmm.. terserah Mama deh" ucapnya ragu

"Kok Mama sayang" ucap Mama tersenyum. "Kan yang akan jadi raja dan ratu semalam kan kalian berdua, masa tanya Mama sih?" ucap Mama tertawa kecil

"Nanti Dito dan Naya pikirkan konsep apa yang bagus dan cocok" ucapku lembut

"Kalau sudah ketemu tema yang pas, nanti Mama akan hubungi WO yang bagus pengelolaannya. Mama dapat referensi dari teman-teman arisan Mama" ucap Mama antusias

"Iya Ma.. secepatnya kok, seminggu setelah pengenalan kampus kami akan segera gelar acara resepsinya sesuai dengan tema yang Naya inginkan" ucapku

"Ok.. jangan lama-lama yah.. Mama harus segera menghubungi WO-nya" ucap Mama

"Iya Ma, pasti kok" ucapku tersenyum

Aku bernafas lega, akhirnya acara resepsi pernikahanku bersama Naylaku akan segera digelar. Aku akan membiarkan Nayla yang memilih tema sesuai dengan keinginannya, bagiku kebahagiaan Nayla adalah yang paling utama.

***

Pagi ini aku dan Nayla bersiap karena kegiatan pengenalan kampus akan dimulai. Aku menatap Nayla yang mengenakan kemeja putih dan rok hitam yang sangat pas dengannya.

"Istriku selalu cantik mengenakan pakaian apapun" ucapku memeluknya dari belakang dan bermanja-manja di pundaknya sementara dia sibuk di depan cermin.

Nayla tersenyum dan mengelus lembut kepalaku. "Kenapa jadi manja gini yah?" tanya Nayla lembut

"Nggak pengen kamu pergi cinta" ucapku lirih

Nayla tertawa kecil "Ada-ada saja kamu Bby, yuk akh.. kita berangkat nanti telat loh Bby" ucap Nayla lembut.

Aku mengangkat kepalaku dan membelalakkan mataku menatap Nayla ke pantulan cermin rambutnya diikat menyerupai ekor kuda menambah kesan feminim dan cantik untuknya. Terlebih lagi memperlihatkan leher jenjangnya yang menggiurkan membuatku tidak nyaman jika ada yang kagum padanya.

"Lepaskan.." ucapku melepas ikatan rambutnya yang sudah rapi

"Astaga.. Bby.." ucapnya protes menatap ke arahku.

Tanpa berkata langsung kubungkam bibir manisnya dengan kecupan kasar yang membuatnya kaget tapi tidak menolakku. Aku menggigit bibirnya dengan gemas pertanda aku kesal dengan bentuk protesnya. Nayla diam tidak membalas ciumanku, dia memejamkan matanya menikmati kecupan yang aku berikan padanya. Entah dia sadar kalau ciumanku kali ini menandakan aku kesal padanya. Puas menciumnya ku lepaskan ciumanku dan menatapnya tajam, sedangkan dia diam saja membalas tatapanku. Andaikan masih ada waktu sudah kulepas semua pakaian yang ada ditubuhnya.

"Ada apa Bby?" tanya Nayla menangkup wajahku

"Aku tidak mau berbagi pesona istriku dengan orang lain, kau lupa, atau pura-pura lupa.. Mmm.." ucapku menyentil keningnya dengan keras

"Aw... Bby.. sakit.." katanya kesal dan mengelus keningnya lalu memukul lembut punggung tanganku

"Berapa kali aku katakan padamu cinta mmmm..." ucapku tegas. Nayla tersenyum dan mengalungkan kedua tangannya di leherku.

"Aku tidak tebar pesona kok Bby" ucapnya manja

"Lalu apa maksudmu cinta mengikat rambutmu seperti ekor kuda tadi, ingin pamer leher jenjangmu itu Mmm..." ucapku lalu mendaratkan ciuman hangat di leher jenjangnya dan meninggalkan tanda kepemilikanku di sana

"Astaga Bby.. kamu apa-apaan sih" ucapnya lirih mendorong pelan tubuhku

"Sekedar memberimu hukuman jika kau berani melawan atau tidak mendengar ucapan dariku cinta" ucapku tepat di telinganya.

Ia terlihat kesal dan memperhatikan kissmark yang aku berikan di leher jenjangnya yang tampak kontraks dengan kulit putihnya.

"Bby.. kamu tahu hari ini adalah hari pertama pengenalan kampus, kok malah beri tanda gini sih" ucapnya manja

"Bodo' amat. Yang aku tahu kamu hanya terlihat cantik dan seksi hanya di depanku saja cinta" ucapku ketus menarik pinggangnya ke arahku

"Cepat siap-siap, nanti terlambat" ucapku meninggalkan Nayla yang terlihat kesal denganku

"Dasar bekicot labil" umpatnya yang sempat aku dengar, sambil merapikan rambutnya dengan dibiarkan tergerai dengan ikatan setengah dan menutupi kissmark yang aku berikan untuknya.

Setelah sarapan aku dan Nayla pun bergegas ke kampus. Agar tidak terlambat aku menambah kecepatan mobilku di luar dari biasanya.

*** To Be Continue ***

Terpopuler

Comments

Nanayyy24

Nanayyy24

sekedar saran semoga didenger dan dibaca sama author. sebaiknya pov author ajalah biar enak dibacanya thor kaya gmpaa . kalau dr awal pov dito seperti ny kurg gregettt

2021-04-30

0

Ella H Tumaloto

Ella H Tumaloto

Amin..

😊😊😊

terima kasih selalu mendukung author.. 😇😇🙏🙏

2021-04-30

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Aduh Dito protec banget, tapi seneng sih lihatnya 😄😄😄
Lanjut thor semangat terus dalam berkarya 💪💪💪 salam sehat buat authorku kk Ella 😘😘😘

2021-04-28

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!