Sepanjang jalan aku dan Nayla diam, karena aku merasa sangat kesal, Naylaku berbincang-bincang dengan laki-laki bernama Azriel. Aku yakin laki-laki itu pasti akan mendekati Nayla lagi.
"Jangan lagi dekat-dekat dengan pria mana pun cinta" ucapku menekan suara padanya, mengawali pembicaraan kita di mobil. Nayla tersenyum dan menatapku.
"Segitunya kamu Bby.." ucapnya tersenyum manis
"Kenapa kamu nggak suka?" tanyaku kesal menatapnya sekilas
"Suka.. sayang.. suka banget malah, Hubbyku ternyata sayang banget sama aku" ucapnya lalu mengecup lembut pipiku
"Kalau kamu suka maka jaga jarak dengan pria mana pun, aku nggak suka" ucapku ketus
"Iya.. sayang, lagian aku nggak bakalan macam-macam kok sama kamu Hubby" ucap Nayla mengelus lembut pipiku.
"Tapi kalau temanan bisa kan Bby?" tanya Nayla
"Maksud kamu?" tanyaku kesal
"Yah temanan seperti Andre, Dodit, Darma, Eddy..." ucap Nayla langsung ku sanggah
"Nggak.. selain mereka aku tidak suka kamu dekat pria lain" ucapku tegas
"Ya ampun sayang, kok jadi protect banget sih" ucapnya dengan gemas mencubit pipiku
"Kamu sudah ada aku, ngapain lagi perbanyak teman pria" ucapku ketus
Nayla tertawa "Baiklah.. aku akan lakukan apapun pintamu Bby, tapi hanya sekadar sapa dan sharing nggak masalah kan?" tanyanya
"Ngerti bahasa Indonesia sih dibilangin susah banget" ucapku sudah tidak bisa mengendalikan emosiku dan kuhentikan mobilku tiba-tiba
Nayla tersentak kaget dan seketika ia tertawa membuatku kesal.
"Kamu kenapa sih Bby..?" tanya Nayla lembut membelai pipiku dengan mesra.
Tanpa menjawabnya aku meraih tengkuknya dan mengecup bibirnya dengan mesra. Ia pun membalas kecupanku dan melingkarkan kedua tangannya di leherku.
Kecupan demi kecupan hangat kami nikmati bersama, tidak ada niat untuk menghentikan kecupan tersebut. Hingga akhirnya Nayla yang melepas kecupanku dengan pelan, karena ia merasa akan kehabisan oksigen. Aku meletakkan dahiku di dahinya dan membelai mesra pipinya.
"CINTA.. YOU'RE MINE" ucapku tegas ia tersenyum dan mengangguk pelan
"Please don't leave me alone" bisikku
"I Love you more my Dito, don't Worry my Hubby" ucap Nayla lalu mengecup keningku dengan mesra lalu mengecup bibirku mesra
Aku memejamkan mataku, Nayla merangkul ku dan membenamkan wajahku di dadanya, serasa ada rasa damai ketika ia mengusap kepalaku terasa nyaman mendengar detak jantungnya.
"Nggak usah mikir yang macam-macam yah Hubby, aku akan selalu menjaga hati dan diri hanya milikmu sampai maut memisahkan kita" ucapnya lembut dan masih membelai kepalaku dengan mesra. Aku tidak merespon dan masih asyik merasakan nikmatnya kasih sayang yang ia berikan.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan melepasnya pelan, dan melonggarkan pelukannya, ia menangkup wajahku dengan kedua tangannya sekali lagi ia mengecup kening dan bibirku dengan mesra.
"Awas kalau kamu nakal" ucapku mencubit mesra hidungnya
"Iya.. aku nggak akan nakal kok" ucapnya tersenyum manis
"Ya udah kita ke rumah sakit sekarang, apa kamu tidak mau membeli sesuatu buat Papa?" tanyaku
"Boleh Bby, kita mampir ke supermarket bentar" ucapnya. "Tadi kak Tasya memesan untuk membeli beberapa keperluan Papa" Lanjutnya
"Ok.. " ucapku kemudian menjalankan mobil menuju supermarket.
Tak ada percakapan diantara kami sampai akhirnya aku membelokkan mobil ke supermarket.
Setelah sampai aku dan Nayla turun dan menuju supermarket. Aku mengambil troli belanja Nayla berjalan di depanku. Ia memasukkan barang-barang kebutuhan yang pesan oleh kak Tasya. Tak lupa juga ia membeli buah-buahan segar untuk Papa Raka.
"Sepertinya sudah cukup deh Bby" ucapnya memeriksa belanjanya di troli belanja
"Yakin Cinta?" tanyaku untuk memastikan padanya
"Iya.. Bby, sudah deh kayaknya" ucapnya yakin
"Ok.. kita ke kasir sekarang, kalau memang sudah tidak ada lagi yang mau kau beli Cinta" ucapku padanya
"Ok.. Bby" ucapnya lalu bergelayut manja di lenganku sambil mendorong troli belanja dengan pelan
Aku dan Nayla mengantri di kasir, hari ini lumayan banyak pembeli sehingga kami mengantri panjang.
Setelah mengantri kasir pun melakukan scan pada setiap belanjaan Nayla. Aku menyerahkan kartu kreditku pada Nayla tapi lagi-lagi dia menolak dan menggunakan kartunya, aku ingin protes tapi aku masih menahannya.
"Kenapa sih kamu selalu menolak kalau aku ingin membayar belanjaan kamu?" tanyaku ketika kami sudah berada di luar
"Yah nggak apa-apa Bby, kan aku sudah ada kartu yang sering dikirimkan oleh Darma setiap bulan Bby" ucapnya membantuku mengatur barang belanjaan
"Yah itu uang jajan kamu, kalau untuk keperluan dan kebutuhan kamu itu sudah jadi tanggung jawabku Cinta, apa gunanya aku banting tulang kerja untuk kamu cinta" ucapku ketus
Nayla menarik nafas pelan entah apa yang ada dipikirannya. Dia diam menatapku tanpa berkedip yang masih sibuk mengatur belanjaan di bagasi mobil.
"Ini kali terakhir kau menolak aku bayar belanjaanmu cinta. Kamu itu istriku, dan sudah menjadi tanggungjawabku untuk menafkahi mu" ucapku menutup bagasi dan menuju pintu mobil dan masuk di sit kemudi.nNayla masih diam dan menarik nafas pelan dan ikut masuk ke mobil.
"Kenapa hari ini Hubby jadi sensi banget yah, tidak biasanya dia uring-uringan gini" batin Nayla memasang sabuk pengaman dengan pelan.
Aku mengernyitkan dahiku menatap Nayla yang terlihat tidak bersemangat.
"Kamu kenapa cinta?" tanyaku
"Nggak apa-apa Bby" katanya tersenyum. "Bby mampir sebentar yah ke rumah makan, aku mau beli makan siang untuk kak Tasya" ucap Nayla dan aku hanya mengangguk pelan. Aku membelokkan mobil di rumah makan. Nayla turun dari mobil dan aku menunggunya. Tak lama kemudian Nayla membawa beberapa nasi kotak dan masuk ke mobil.
Kembali kami terdiam sepanjang perjalanan sampai akhirnya sampai di rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit kami segera menuju ke ruang inap Papa Raka.
TOK-TOK-TOK
Nayla mengetuk pintu dengan pelan sekaligus membuka pintunya.
"Kamu Nay.." sapa Tasya "Dito.." lanjutnya menyapaku
"Ini pesanannya Kakak" ucap Nayla.
"Okay, thanks ya Nay, ini semua berapa? Kakak Ganti uang kamu" ucap Tasya mengambil dompet miliknya.
"Nggak perlu kak" ucap Nayla. "Ini Kak untuk makan siang" ujarnya memberikan beberapa kotak makanan
"Banyak banget belinya de' " ucap Tasya
"Nggak apa-apa Kak, kali aja ada yang datang, jadi sekalian diajak saja makan siang bersama" ucap Nayla
"Terus uang kamu gimana de' ?" ucap Tasya
"Nggak apa-apa kok kak, masa gitu aja minta ganti uang segala" ucap Nayla tersenyum. "Papa gimana keadaannya kak?" tanya Nayla menatap papanya yang sedang tidur
"Sudah agak mendingan kok Nay" ucap Tasya
"Syukurlah, kadar gula papa sudah normal belum?" tanya Nayla
"Itu masih menunggu hasil lab, tadi papa sudah diambil sampel darahnya oleh suster untuk cek-up" ucap Tasya
"Semoga saja sudah normal kak" ucap Nayla
"Iya.. Kakak juga berharap gitu" ucap Tasya.
"O..ya Kak selama seminggu Naya akan ikut pengenalan kampus, mulai besok" ucap Nayla
"Wuah.. udah jadi Mahasiswa sekarang yah?" goda Tasya
Nayla tertawa kecil "Kakak bisa aja" ucap Nayla
"Semoga kuliah kalian lancar selalu" ucap Tasya. "Oya.. tadi Tante Maya ke sini jenguk Papa" ucap Tasya
"Mama ke sini Kak?" tanyaku
"Iya.. Tante Maya dan Kakakmu Ayra" ucap Tasya
"OOO..." ucapku membulatkan bibirku, Nayla menatapku dan menggeleng pelan, karena sampai saat ini aku bersama Ayra masih berperang dingin.
"Lama nggak kak?" tanya Nayla
"Lumayan lama" ucap Tasya. "Tadi juga sempat membahas tentang resepsi kalian" ucap Tasya
"Tante Maya menanyakan hal tersebut kepada Papa, kata Papa mana baiknya dari Tante Maya karena kan sudah seharusnya orang mengetahui hubungan kalian yang sebenarnya" ucap Tasya
"Iya benar Kak, saya juga berpikiran seperti itu, sudah seharusnya dipublikasikan" ucapku menatap Nayla yang juga menatapku dan tersenyum.
Tasya tertawa "Tadi juga Tante Maya membahas hari pelaksanaannya, tapi Papa bilang tergantung kamu dan Naya Dit" ucap Tasya
"Siap Kak, nanti saya bicarakan dengan Mama juga" ucap Dito tersenyum.
"Pokoknya terserah kalian saja, mana baiknya Papa dan Kakak dukung kok" ucap Tasya
"Makasih ya Kak.." ucap Nayla lalu memeluk Tasya. "O..ya kak.. Naya pamit bentar yah, nanti balik lagi, soalnya masih mau nyiapin perlengkapan untuk besok" ucap Nayla
"Ow.. okay De', fokus saja dulu dengan persiapan kalian, masalah Papa biar Kakak aja urus" ucap Tasya
"Iya.. Kak.. makasih ya.. bukannya Naya mau ninggalin Kakak sendiri jagain Papa, tapi..." ucap Nayla
"Iya.. Kakak ngerti kok de', udah nggak usah baper, kan nanti ada Nadira juga gantian sama Kakak, pokoknya fokus saja sama urusan kampus kamu, apalagi masa pengenalan lingkungan kampus pasti kamu nggak mau melewatkan kesempatan itu kan" ucap Tasya
"Iya Kak.. sekali lagi makasih ya Kak, kalau sudah siap semua, Naya nanti malam balik lagi" ucap Nayla
"Sudah nggak apa-apa, selesaikan dulu urusan kamu, dibilangin malah ngeyel sih" ucap Tasya
"Ok.. Kak.. Naya pamit pulang dulu" ucap Nayla
"Iya sayang" ucap Tasya
"Kak.. kami pulang dulu yah.." pamitku kepada kak Tasya.
"Iya Dit.. makasih yah" ucap Tasya
"Iya Kak.. sama-sama" ucapku
Aku dan Nayla keluar dari ruangan tersebut menuju tempat parkir.
"Cinta kamu nggak lapar?" tanyaku ketika kami sudah berada di dalam mobil
"Lapar Bby, cari makan yuk" ajaknya padaku
"Ok.. Cinta" Ucapku dan melanjutkan perjalanan kami menuju restoran sederhana yang tidak jauh dari rumah sakit.
"Lumayan rame yah restoran ini Bby" ucap Nayla
"Huu'uumm" kataku sambil menggandeng pundaknya. "Jadi gimana? Mau makan di sini atau cari tempat lain cinta?" tanyaku sambil membelai lembut rambut Nayla
"Nanggung Bby kalau keluar lagi, tuh sudah ada yang kosong" ucapnya sambil menunjuk salah satu meja yang sedang dibersihkan oleh Waiters.
"Ayo..." ucapku mengajaknya menuju meja tersebut
Setelah dibersihkan kami pun duduk, waiters datang kepada kami.
"Siang Kak.. mau pesan apa?" ucapnya sambil memberikan buku menu
"Siang juga" ucapku sambil membuka daftar menu yang ada. "Cinta kamu makan apa?" tanyaku pada Nayla
"Mmmm... Paket nasi ayam bakar" ucapnya
"Ok.. aku juga" ucapku menutup buku menu tersebut
"Jadi paket ayam bakar dua ya kak, terus minumnya?"
"Orange jus, kamu Bby?" tanya Nayla
"Samain aja cinta, o..ya kak air mineral satu" ucapku
"Yang dingin atau tidak kak?"
"Biasa aja" ucapku. "Kamu mau mineral cinta?" tanyaku pada Nayla
"Boleh.." ucapnya tersenyum lalu menutup buku menu
"Ada lagi kak?"
Kami berdua saling tatap dan langsung menggeleng pelan.
"Itu aja dulu kak, nanti kalau ada tambahan kami panggil lagi" ucap Nayla tersenyum ramah
"Baik.. kak.. mohon ditunggu ya Kak"
"Ok.." jawabku bersamaan dengan Nayla
Ponselku berdering, aku pun meronggoh saku celanaku dan menerima panggilan tersebut.
"Ya Kak Ardy"
"..."
"Oo.. Kak Ardy sudah dapat yah" ucapku sumringah
"..."
"Mahal.. maksudnya?"
"..."
"Oo.. nggak apa-apa kok kak, asalkan strategi tempatnya"
"..."
"Iya kak aku ambil itu aja"
"..."
"Ngggg.. nanti deh kak" ucapku menatap Nayla yang juga menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya
"..."
"Minta tolong lagi kak"
"..."
"Haaa.. haaa... haaa... segitunya loo Kak sama adik sendiri pake perhitungan segala"
"..."
"Ok.. deh Kak, nanti malam kita ketemu"
"..."
Aku pun mengakhiri panggilan dari Kak Ardy
"Ada apa sih Bby? kayaknya serius amat" ucap Nayla
"Urusan kantor cinta" ucapku
"Urusan kantor?" tanyanya
"Iya urusan kantor cintaku" ucapku lalu tersenyum dan membelai dagunya
"Ya udahlah" ucap Nayla memasang wajah cemberut
"Kok manyun gitu cinta?" tanyaku tersenyum geli dengan tingkahnya
"Nggak apa-apa, biasanya kalau untuk urusan kantor kamu selalu bilang ke aku Bby, kok sekarang nggak" ucapnya dengan wajah cemberut
Aku tertawa "Nggak ada apa-apa cinta, emang benaran bahas soal kantor kok" ucapku meraih tangan ke genggamanku
"Awas aja kamu aneh-aneh Bby" ucapnya ketus
Aku tertawa "Nggak akan sayang, cintaku, cantikku" ucapku membelai pipinya dengan lembut
"Percaya kan sama aku?" tanyaku menyakinkan dirinya, ia hanya membalas dengan anggukan dengan wajah yang masih ditekuk.
"Sudah nggak usah ditekuk gitu wajahnya sayangku, cintaku, cantikku. Jelek tau" ucapku meredam kesal di hatinya
"Cik.. gombal" ucapnya masih memanyunkan bibirnya
"Jangan salahkan aku jika aku mengecup bibir manismu cinta" ucapku memainkan telunjukku di wajahnya
"Dih.. aneh kamu Bby" ucapnya kesal
"Kenapa aneh kan kita sudah sah di mata hukum" ucapku tersenyum terus menggodanya
"Terserahlah" ucapnya ketus
Aku tertawa kecil lalu mengecup punggung tangannya.
"Nanti juga kamu tahu cinta, belum sekarang waktunya" batinku menatap Nayla yang berusaha mengalihkan pandangannya dariku.
Setelah selesai makan siang aku mengajaknya untuk menyiapkan beberapa keperluan yang sudah dikirim oleh panitia di grup WhatsApp.
"Ini sudah lengkap semua cinta?" tanyaku padanya
"Iya sudah Bby, temani aku ke toko baju ya Bby" ucapnya
"Iya cinta, mau ke butik atau..?" tanyaku padanya
"Mmm.. terserah kamu aja Bby" ucapnya
"Ya sudah ayo, emang mau beli apa?" tanyaku
"Beli beberapa kemeja putih sama rok hitam Bby" ucapnya
"Pilihnya jangan yang ngepres di badan ya cinta, aku nggak mau berbagi dengan orang lain melihat lekukan tubuh indahmu" ucapku tegas
"Iya sayang, siapa juga yang mau pake baju ketat Bby" ucapnya memegang lembut punggung tanganku
"Baguslah, hanya aku yang bisa menikmati keindahan lekukan tubuhmu cinta" ucapku tegas
Nayla tertawa "Iya sayang, segitu amat" ucapnya di sela-sela tawanya.
"Ok.. kita sudah sampai" ucapku ketika berhenti di salah satu butik.
"Ayo Bby" ucapnya tersenyum
"Iya.." ucapku mengikutinya dari belakang dan segera mensejajarkan diriku sambil merangkul pundaknya dengan mesra
Kami pun masuk disambut hangat oleh pramuniaga butik tersebut.
"Ada yang bisa dibantu kak?"
"Ini istri saya mau mencari kemeja putih untuk wanita" ucapku
"Oo.. sebelah sini kak, mari saya antar"
Nayla mengikuti dari belakang, aku menuju ruang tunggu yang ada dipojok butik. Kubiarkan Nayla memilih kemeja yang akan ia kenakan dan sesuai dengan seleranya. Aku duduk sambil membaca majalah.
Sesekali kulirik Nayla yang asyik memilih kemeja untuk wanita sambil bertanya-tanya kepada pramuniaga. Tiga puluh menit kemudian Nayla mendekatiku dan aku meletakkan majalah yang sedang ku baca
"Sudah selesai cinta?" tanyaku padanya
"Iya sudah, tinggal bayar Bby" ucapnya tersenyum manis menggodaku
Aku tertawa kecil dan berdiri mengacak gemas puncak kepalanya
"Apaan sih Bby" ucapnya kesal tapi aku tidak menghiraukannya segera menuju kasir untuk membayar belanjanya, ia menyusulku belakang
Setelah membayar belanjaan Nayla, kami berdua meninggalkan butik tersebut dan menuju ke rumah. Hari yang cukup melelahkan kami beristirahat melepas penat.
***To Be Continue***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut..... semangat terus kk Ella cantikku 💪💪😘😘
2021-04-27
0
Rian Mustika Pratiwi
semangat kak.
2021-04-24
0