Episode 7

Kegiatan pengenalan kampus berakhir pada pukul 16.00. Seluruh mahasiswa baru keluar dari aula.

"Akhirnya selesai juga" ucap Andre

"Huu'uumm.. lumayan cape" ucap Nayla

"Cinta.. kita temui kak Ardy yah" ucap Dito mengenggam lembut tangan Nayla

"Ayo.. Byy.. mumpung belum terlalu sore, supaya kita bisa menyiapkan keperluan lainnya untuk pindah" ucap Nayla

"Ok.. gue duluan yah" ucap Dito kepada Darma, Dodit, dan Andre

"Sip.. hati-hati di jalan broo" ucap Andre

"Tumben loo perhatian" ucap Darma tertawa geli

"Sesama sahabat broo.. Dito kan saudara gue, jadi gue hanya mengingatkan dia untuk hati-hati" ucap Andre terkekeh

"Sejak kapan loo saudaraan sama gue?" tanya Dito menggoda Andre

"Jangan gitu loo Cot" ucap Andre memukul gemas pundak Dito

"Sakit Bekicot" ucap Dito mengelus bekas pukulan Andre yang sebenarnya tidak sakit sementara yang lainnya tertawa.

Di tengah-tengah mereka bercanda tiba-tiba Celia datang mendekat ke arah Gank Bekicot.

"Hai semua.." sapa Celia dan tersenyum manis, seketika suasana menjadi hening sesaat

"Loo.. Cel.." ucap Dodit

"Mau pulang kan?" tanya Celia dengan gaya centilnya

"Yah begitulah" ucap Dodit

"Tebeng dong" ucapnya dengan suara manja membuat yang lainnya menarik senyum tipis.

"Kok diam sih" ucap Celia memandang Andre, Darma, Dito dan Dodit satu persatu.

Merasa tidak nyaman akhirnya Dito memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.

"Ya udah deh.. gue duluan" ucap Dito merangkul pundak Nayla

"Hei.. Dit.. gue ikut yah" ucap Celia menahan tangan Dito. Dengan cepat Dito melepas tangan Celia dengan kasar. Nayla menatap Diro sambil mengernyitkan dahinya.

Dito tidak memperdulikan Celia dan langsung merangkul pinggang Nayla meninggalkan Andre, Darma, Andre dan Celia

"Ikh.. Dito kok jutek amat" ucap Celia

"Wajarlah Dito jutek, karena dia menjaga hati bininya" ucap Andre. "Gue duluan yah" ucap Andre juga tidak suka dengan kehadiran Celia.

"Gua juga, mau jemput Jojo" ucap Darma.

"Loo mau bareng gue atau ...?" tanya Dodit menatap Celia

"Boleh, mampir ke rumah loo bisa kan?" tanya Celia punya maksud tertentu untuk mencari informasi tentang Dito.

"Maaf.. gue harus jemput pacar gue" ucap Dodit. "Loo tinggal di mana? Biar gue antar loo dulu setelah itu ke tempat pacar gue" ucap Dodit

"Loo punya pacar?" tanya Celia tersenyum

"Punya dong" ucap Dodit

"Ow.. kirain loo kerasan hidup sendiri" ucap Celia tertawa kecil

"Mau pulang atau nggak nih.." ucap Dodit

"Ayo.." ucap Celia bergelayut manja di lengan Dodit.

***

Nayla menghentikan langkahnya ketika sampai di tempat parkiran. Pikirannya menerawang masih pada sosok wanita yang bergelayut manja di lengan Dito. Sadar Nayla diam di tempatnya Dito menutup kembali pintu mobil di bagian kemudi.

"Ada apa cinta?" tanya Dito

"Tidak mau menjelaskan sesuatu?" tanya Nayla datar sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada

Dito mendekati Nayla dan tersenyum manis.

"Menjelaskan apa cintaku?" tanya Dito lembut

"Siapa gadis tadi?" tanya Nayla menyelidik ke netra Dito

Dito mengangkat bahunya dengan ringan "Nggak penting cinta" ucap Dito lembut merapikan rambut Nayla

"Yakin..?" tanya Nayla ketus

"Yakin cantik.." ucap Dito lembut

"Atau.. Hama..?" tanya Nayla menatap tajam ke mata Dito.

Dito tertawa lepas, "Kalau pun dia hama sayang, itu tidak akan berpengaruh di kehidupan kita berdua cinta" ucap Dito lembut meraih kedua tangan Nayla.

"Hanya kamu yang berhak di sini?" ucap Dito meletakkan salah satu tangan Nayla tepat di jantungnya dan menatap lekat mata Nayla

"Ok..aku percaya" ucap Nayla melepas tangannya dari dada Dito menahan debat jantungnya dan meninggalkan Dito dan masuk mobil terlebih dahulu.

Nayla menarik nafas dalam-dalam menahan gejolak yang dia tidak mengerti, walaupun sudah lama hidup bersama Dito, Nayla tidak bisa memungkiri dekat dengan Dito membuat degupan jantungnya tak menentu. Dito tersenyum lalu menyusul Nayla ke mobil. Dengan perlahan ia mengendarai mobilnya meninggalkan parkiran kampus.

Dalam perjalanan menuju kostan ponsel Dito berdering.

"Cinta tolongin ambil hapeku dong" ucap Dito

"Biasanya juga sendiri ambilin" ucap Nayla ketus. Dito tahu Nayla masih merasa tidak nyaman dengan kehadiran cewek bernama Celia.

"Bantuin dong cinta" ucap Dito lembut, dengan malas Nayla meronggoh saku celana Dito mengambil ponselnya.

"Hati-hati Cinta, jangan sampai nyasar tangannya, yang ada aku akan membuat kamu mendesah di sini" ucap Dito tersenyum menggoda Nayla.

"Cik.. mesum pikirannya" ucap Nayla malah memukul benda pusaka Dito hingga ia meringis.

"Astaga, Cinta.. sakit" ucap Dito meringis

"Biarin, siapa suruh mesum" ucap Nayla ketus

"Ntar kamu nggak bisa mendesah nikmat cinta kalau dia sakit" ucap Dito tertawa

Nayla menggeleng kesal lalu menggeser ikon berwarna hijau di ponsel Dito.

"Siapa cinta?" tanya Dito

"Kak Ardy Bby.." ucap Nayla lalu mendekatkan ponsel Dito ke telinganya

"Ya.. Kak.." ucap Dito

"Di mana Dit?"

"Lagi di jalan Kak" ucap Dito

"Ow.. Aku sudah di tempat kost-an"

"Sip.. Kak.. bentar lagi sampe kok" ucap Dito

"Ok.. Aku tunggu yah"

"Iya Kak.. sip.." ucap Dito

Ardy mengakhiri panggilannya. Dito menambah kecepatan mobilnya menuju tempat kost-an.

"Kost-an di mana sih Bby..?" tanya Nayla

"Strategis kok tempatnya, ke kampus dekat, ke kantor dekat, ke mall dekat, ke pantai pun dekat" ucap Dito tersenyum

"Bagus dong, biar aku nggak bosan sendiri di kost-an kalau kamu tinggal kerja Bby" ucap Nayla membuat Dito tersenyum

"Iya cinta.. makanya aku minta kak Ardy untuk memilih kost-an yang strategis biar kamu bebas berekspresi" ucap Dito membelai lembut puncak rambut Nayla.

Lima belas menit kemudian mobil dikendarai oleh Dito memasuki pekarangan kost-an yang akan mereka tinggali. Di sana sudah ada Ardy yang sudah menunggunya. Dito dan Nayla turun dari mobil dan berjalan ke arah Ardy.

"Kak.. gimana?" tanya Dito pada Ardy

"Ini masih ada dua kamar kosong ukuran large di lantai dua, lengkap fasilitasnya, ada dapur mini dan juga kamar mandi serta teras samping" ucap Ardy

"Yang mana tu kak?" tanya Dito memperhatikan sekeliling kost-an yang akan ia tinggali bersama Nayla.

"Di pojok kanan dan kamar ketiga dari ujung sebelah sana" ucap Ardy menunjuk kamar tersebut.

Sejenak Dito berpikir lalu menatap Nayla, ia menarik nafas dalam-dalam.

"Kenapa Dit?" tanya Dito

"Ntar gimana kalau aku pengen wik-wikan kalau tempatnya dekat gini, pasti kedengaran lah" ucap Dito berhasil membuat mata indah Nayla membulat sempurna

"Ngomong apa sih Bby.. nggak jelas banget" ucap Nayla ketus

"Itu satu kebutuhan cinta" ucap Dito Ardy tertawa lepas

"Hadeeehhh.. kirain apaan sih Dit.. ternyata mikirnya yang gituan" ucap Ardy

"Kak.. itu wajib buat yang sudah beristri, emang kamu kak yang nggak mau nikah, jadi bujang lapuk loh kak" ucap Dito menggoda Ardy

"Bby..." Nayla menekan suaranya karena Dito terus berkata aneh

"Ada apa sayangku.. nggak tahan yah?" ucap Dito mengedipkan matanya

"Makin aneh kamu Bby.." ucap Nayla mendorong pelipis Dito dengan pelan

"Emang adik l*knat nih Nay.. betah banget loo sama nih orang" ucap Ardy mendorong dahi Dito pelan

"Yah.. mau gimana lagi Kak, sudah namanya jodoh" ucap Nayla lirih dan sedih dibuat-buat

"Mmmm.. ada yang pengen aku hukum nih, biar nggak bisa jalan" ucap Dito seenaknya

"Otak loo Dit.. Dit.. makin nggak jelas" ucap Ardy menoyor kepala Dito dengan keras

"Aw.. Kak.." ucap Dito meringis disambut tawa oleh Nayla

"Nak Ardy.." sapa seorang wanita paruh baya namun masih terlihat awet muda

"Ekh.. Bu Darni" ucap Ardy sopan. "Ini loh Bu.. adik saya yang mau kost-an di sini" ucap Ardy sopan

"Dito.." ucap Dito mengulurkan tangannya dan disambut oleh Ibu Darni.

"Dan itu istrinya Bu.." ucap Ardy

"Ow.." ucap Ibu Darni terkejut tidak menyangka Dito dan Nayla adalah pasangan suami istri.

"Nayla.." ucap Nayla bermaksud menjabat tangan Ibu Darni dan disambut pula dengan hangat.

"Pengantin baru rupanya" goda Ibu Darni

"Iya.. Bu.. Begitu lulus mereka langsung menikah" ucap Ardy

"Itu bagus, akan menghindari dari hal-hal yang tidak baik, apalagi **** bebas" ucap Ibu Darni

"Iya Bu.. saya pun bertujuan seperti itu. Kalau sudah menikah aman melakukan hal apa saja" ucap Dito tersenyum

"Tapi kalian sangat berani menikah diusia muda seperti ini" ucap Ibu Darni

"Memang sudah direncanakan kok Bu, kalau tujuannya untuk kebaikan kenapa tidak" ucap Dito sopan

"Iya.. betul itu" ucap Ibu Darni

"Enggg.. Bu.. apa tidak ada kamar lain khusus untuk suami istri gitu Bu" ucap Dito menggaruk tengkuknya.

Ardy tertawa lepas sedangkan Nayla mencubit punggung tangan Dito dengan gemas.

"Apaan sih kamu Bby.." ucap Nayla merengut kesal

"Bu.. maklum pengantin baru, biar mau gituan nggak menganggu tetangga kamar sebelah" ucap Ardy

Ibu Darni tertawa "Tenang aja kok, ada. Tapi di bagian belakang" ucap Ibu Darni. "Tapi..." ucap Ibu Darni tertahan sejenak

"Tapi.. kenapa Bu?" tanya Dito

"Harganya agak mahal" ucap Ibu Darni

Dito tersenyum "Untuk masalah biaya ibu tidak usah khawatir" ucap Dito lembut

"Baiklah kalau begitu, kalau nak Dito mau lihat tempatnya mari ikut saya" ucap Ibu Darni berjalan paling depan lalu diikuti oleh Ardy, Dito dan Nayla.

Ibu Darni membuka pintu salah satu rumah minimalis.

"Silahkan dilihat-lihat dulu siapa tahu berminat" ucap Ibu Darni.

Dito melirik Nayla dan menuntunnya untuk masuk ke rumah. Nayla pun masuk diikuti oleh Dito dari belakangnya. Sementara Ardy dan Ibu Darni menunggu di teras rumah sambil berbincang-bincang ringan.

Nayla menelusuri satu persatu ruangan demi ruangan. Semua terlihat minimalis namun tidak meninggalkan konsep modern dari arsitektur bangunan yang ada.

"Gimana cinta?" tanya Dito yang tidak melepas rangkulan di pundak istrinya

"Aku suka Bby.. tempatnya nyaman. Lagian ini sudah lengkap semua nggak perlu lagi kita beli perabotan lainnya. Kursi tamu, ranjang, lemari, dan peralatan dapur lainnya juga sudah siap semua Bby.." ucap Nayla

"Kalau kamu suka yah kita ngekost di sini saja" ucap Dito membelai rambut Nayla dengan mesra. "Ya udah kita temui ibu Darni" ucap Dito lembut dan merangkul pundak Nayla.

"Gimana Dit..?" tanya Ardy begitu melihat Dito dan Nayla keluar rumah.

"Ok.. Kak.. Naya suka dengan rumah ini" ucap Dito. Ibu Darni senang dan tersenyum. "O..ya Bu untuk sistem pembayaran bagaimana?" tanya Dito

"Kalau untuk pembayarannya per enam bulan dan per satu tahun" ucap Ibu Darni.

Dito menoleh ke arah Nayla "Gimana Cinta?" tanya Dito

"Aku terserah kamu Bby.. kan yang bayar kamu kan?" ucap Nayla membuat aku mendelik menatapnya. Ardy dan Ibu Darni tertawa kecil dengan tingkah Dito dan Nayla yang seperti bukan suami istri.

"Well.. Ok. Saya ambil enam bulan dulu ya Bu" ucap Dito sopan

Ibu Darni mengangguk pelan "Tidak masalah, mari kita selesaikan di rumah saya saja untuk administrasinya" ucap Ibu Darni

"Baik, Ayo cinta" ucap Dito merangkul pundak Nayla

Ardy, Dito, dan Nayla mengikuti langkah Ibu Darni menuju rumahnya. Setelah berbincang-bincang dengan ibu Darni dan menyepakati ketentuan yang berlaku maka Dito dan Nayla pamit untuk berkemas.

"Kami pamit dulu Bu, karena nanti malam kami akan kembali dan berbenah-benah" ucap Dito

"O..iya. Ini kunci rumah. Semoga betah yah" ucap Ibu Darni.

"Ya Bu.. terima kasih atas bantuannya" ucap Nayla

"Mari Bu.. kami permisi" ucap Dito dan Ardy bersamaan.

Ardy, Dito, dan Nayla meninggalkan rumah ibu Darni. Mereka menuju parkiran mobil.

"Dit.. yakin mau tinggal di sini selama enam bulan?" tanya Ardy

"Lihat situasi ke depannya kak" ucap Dito

"Karena rencana hanya seminggu selama pengenalan kampus" ucap Ardy

Dito menarik nafas dalam-dalam "Nggak masalah kak, aku akan coba tinggal bersama Naya selama enam bulan di sini" ucap Dito

"Ok..lah terserah kalian berdua" ucap Ardy. "Aku duluan pulang yah" lanjutnya

"Sip.. kak.. thanks ya sudah membantuku" ucap Dito

"Sama-sama, jangan pernah sungkan yah" ucap Ardy. Dito dan Nayla mengangguk pelan.

Mereka pun berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, Dito dan Nayla sudah selesai berkemas.

"Sudah nggak ada yang ketinggalan cinta?" tanya Dito

"Sudah Bby.. dah semua" ucap Nayla tersenyum manis

"Udah yuk kita pergi" ucap Dito, Nayla mengangguk pelan.

Dito mengatur barang-barang mereka di bagasi mobil. Maya dan Hans berdiri di teras rumah menunggu Dito selesai mengatur barang-barangnya.

"Ayo.. Cinta" ucap Dito

"Ma.. Pa.. Dito dan Naya pamit yah" ucap Dito

"Iya.. kalian baik-baik yah, jika ada masalah selesaikan baik-baik, karena sekarang sudah memutuskan untuk tinggal berdua" ucap Maya

"Iya Ma.. pasti" ucap Dito mengecup pipi Maya

"Surat-surat nikah kalian dibawa nggak?" tanya Hans

"Pasti Pa.. takutnya kalau kost-an seperti itu akan di razia jika benar-benar pasangan suami istri atau bukan" ucap Dito

"Iya.. itu yang ditakutkan oleh Dito Pa.. Ma.." ucap Dito.

"Ya sudah pergi sana sudah malam, belum lagi kalian harus bersih-bersih dan berbenah kan" ucap Dito.

Mobil Dito meninggalkan rumah, Maya dan Hans melepas kepergian mereka.

"Pa.." ucap Maya tertahan

"Biarkan mereka mandiri Ma, percaya pada Dito, dia bukan anak kecil lagi, dia sudah dewasa dan sudah menikah. Keputusan yang dia ambil semoga terbaik untuknya dan juga Nayla" ucap Hans mengusap air mata istri tercinta.

***To Be Continue***

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Semoga dengan hidup berdua, Dito - Nayla menambah kedewasaan pada diri masing2.
Semangat thor lanjut terus 💪💪💪

2021-05-01

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!