Setelah beberapa menit kami saling mengobrol menunggu Papa Raka sadar Kak Tasya masuk ke ruang inap.
"Papa sudah sadar?" tanya Tasya membawa beberapa tas kresek berisi obat
"Belum kak" jawab kami hampir bersamaan.
"Huuffttt, semoga Papa nggak apa-apa" ucap Tasya dengan suara berat.
"Kak.. kok bisa Papa kena diabetes?" tanya Nayla
"Kakak juga nggak tahu Nay, Kakak juga kaget pas dokter bilang kalau Gula darah Papa tinggi" ucap Tasya
"Tapi Papa makan normal kan kak?" tanya Adnan
"Iya.. Kakak sering buat sarapan seperti keinginan Papa, begitu juga makan malam. Cuma kakak nggak tahu kalau siangnya Papa makannya gimana, karena Kakak kan di sekolah" ucap Tasya menjelaskan kepada adik-adiknya, karena setelah Mama Aliya meninggal Papa Raka tinggal bersamanya dan menjadi tanggungjawabnya.
Mendengar penjelasan dari Tasya, Adnan, Nadira dan Nayla diam sesaat.
"Ya sudah, kalau Papa sadar kita tanyakan pelan-pelan jangan sampai membuat Papa kepikiran dan drop lagi dengan penyakitnya" ucap Adnan
Tasya, Nadira, dan Nayla mengangguk pelan. Tiba-tiba Papa Raka menggeliat pertanda beliau sudah sadar. Aku langsung keluar mencari suster dan memanggilnya untuk cek-up. Suster melangkah terlebih dahulu menuju ruangan Papa Raka.
"Gimana apa ada keluhan?" tanya suster kepada kami
"Papa sudah sadar sus.. ingin minum boleh?" tanya Tasya
"Bisa kok" ucapnya sambil memeriksa denyut nadi dan kemudian melakukan tensi darah digital.
"Ok.. tekanan darah pasien normal, akan saya beritahukan kepada dokter, sehingga dokter yang akan melanjutkan pemeriksaan
"Baik Sus.." ucap kami bersamaan
"Saya tinggal dulu, jangan lupa obatnya langsung diminumkan yah sesuai anjuran dokter tadi" ucapnya
"Baik Sus" ucap Tasya yang langsung memeriksa obat-obatan yang diberikan dokter
Raka berusaha mengembalikan kesadarannya. "Ini papa di mana?" tanya Raka
"Papa di rumah sakit" ucap Tasya lembut
"Rumah sakit?" tanya Raka terkejut
"Iya Pa" ucap Tasya. "Di sini juga ada Adnan, Nadira, dan juga Nayla" lanjutnya
Raka mengangguk pelan "Kok bisa papa di sini?" tanya Raka
"Papa pingsan, lalu Tasya bawa Papa ke sini dan juga menelepon Adnan, Nadira, dan juga Nayla" ucap Tasya
Papa Raka dia lalu memandangi kami satu persatu. Mata Papa Raka berhenti menatap Nayla.
"Naya.. gimana dengan kuliahmu nak?" tanya Papa Raka
"Masih belum aktif Pa, karena dua hari yang lalu Naya melakukan registrasi" ucap Nayla
"Oo.. Kamu jadi ambil beasiswa daerah untuk atlet?" tanya Papa Raka
"Tidak Pa.. Naya memilih satu jurusan bersama Dito" ucap Nayla tersenyum
"Maklumlah Pa.. pengennya nempel terus" Kataku menggoda Nayla
Mendengar perkataan dariku Papa Raka tertawa kecil "Begitukah Naya?" tanya Papa Raka juga ikut menggoda Nayla.
"Dia yang maksa Pa" ucap Nayla ketus menunjuk diriku.
"Siapa yang maksa, kenyataannya kamu nggak mau jauh-jauh dariku cinta" Godaku kepada Nayla
"Terserah" ucap Nayla kesal
"Awas loh Dit.. ntar kamu nggak dapat jatah nanti malam" ucap Papa Raka menggodaku
Seketika seisi ruangan tertawa, aku menahan malu mungkin wajahku sudah bersemu merah karena godaan tersebut.
"Kalau nggak dikasih ntar yang dosa siapa Pa" ucapku berkilah lalu menatap Naylaku yang merengut kesal.
"Iyain.. aja, daripada urusannya nggak selesai-selesai" ucap Nayla menatapku. Aku gemas dengannya lalu mengacak puncak rambut Nayla dengan mesra.
"Semoga kalian bahagia yah selamanya" ucap Papa Raka masih dengan suara lemas.
"Amin.. Pa" ucapku bersama dengan Nayla, aku meraih pundaknya dan memeluknya dengan erat.
"Papa minum obat dulu yah" ucap Tasya
"Kok baru sadar harus minum obat?" protes Papa Raka kesal
"Ini perintah dokter Papa, nggak bisa dibantah" ucap Tasya membujuk Papa Raka
"Papa harus minum obat yah, biar cepat sembuh" ucap Nadira
"Tapi Papa nggak suka minum obat" ucap Papa Raka menggeleng, sekarang aku baru tahu phobia Nayla dulu terhadap obat merupakan warisan dari Papanya, aku tersenyum menatapnya yang masih dalam pelukanku.
"Pa.. ini juga demi kebaikan Papa" ucap Adnan membujuk Papa Raka
"Lewat infus saja Napa sih" protes Papa Raka
"Ini obatnya harus di minum Papa" ucap Tasya
Tiba-tiba pintu diketuk dan muncullah sosok wanita cantik tersenyum kepada kami.
"Permisi.." ucapnya sopan
"Farah.." ucap Papa Raka lemah
"Maaf menganggu" ucapnya sopan dan menyodorkan keranjang buah di tangannya. Aku memberi isyarat kepada Nayla untuk mengambilnya. Nayla pun mendekat dan menerima buket buah tersebut.
"Terima kasih Bu, Mari silahkan" ucap Nayla sopan
"Kenalkan nama saya Farah, saya relasi Mas Raka" ucapnya sopan memperkenalkan diri
Nayla tersenyum lalu menyambut uluran wanita tersebut "Nayla.." ucapnya
Kemudian wanita itu menyalami satu persatu dari kami dan mereka pun memperkenalkan diri masing-masing termasuk diriku.
"Saya dengar Mas Raka masuk rumah sakit, jadi saya langsung ke sini begitu bertanya ke asisten pribadi Mas Raka" ucapnya lembut
"Iya Bu Farah, Papa tiba-tiba pingsan dan saya langsung membawa Papa ke rumah sakit" ucap Tasya
"Terus apa kata dokter?" tanya Ibu Farah terlihat khawatir
"Kata Dokter Papa harus mengontrol makanan yang mengandung kadar gula, sebab gula darah Papa tinggi" ucap Adnan memberi tahu sontak membuat mata Papa Raka membulat.
"Kok bisa?" tanya Papa Raka seperti tidak percaya
"Jangankan Papa kami pun sama terkejutnya ketika mendengar penjelasan dokter" ucap Nadira
"Tapi Papa selalu mengatur pola makan Papa" ucap Papa Raka
"Coba diingat-ingat lagi Mas, siapa tahu Mas sempat makan yang manis-manis?" tanya Farah
"Iya Pa.. coba diingat-ingat lagi" ucap Adnan memastikan
"Mmmm... Papa nggak ada makan yang manis kok" ucap Raka
"Ya sudah kalau merasa Papa nggak pernah makan yang manis sekarang Papa minum obat" ucap Tasya memanfaatkan kehadiran Farah untuk meminta Raka minum obat
"Sya.. apa nggak makan dulu atau apa gitu?" protes Papa Raka
"Ini sudah aturan dokter Pa, begitu Papa sadar Papa harus minum obat" ucap Tasya
"Kalau mau protes sama dokter sana Pa" ucap Nayla tersenyum menggoda Papanya.
"Kayak kamu aja suka minum obat Nay" ucap Papa Raka ketus
"Maaf nih Pa Yah.. Naya sekarang udah bisa minum obat weellkkk.." ucap Nayla meledek Papa Raka aku hanya bisa tersenyum dan menggeleng pelan dengan tingkahnya.
"Duh.. " ucap Raka frustasi tahu kalau anak-anaknya memanfaatkan moment kehadiran Farah dengan perlahan ia bangun dibantu oleh Adnan.
"Udah Mas nggak apa-apa, kalau minum obat pasti cepat sembuhnya" ucap Farah dengan senyum manis
Dengan terpaksa Raka pun meminum obat yang diberikan oleh Tasya. Awalnya ia mual hendak memuntahkan obatnya, namun ia berusaha untuk menelan obat tersebut walaupun air matanya sempat menetes.
"Kalian jahat banget sih sama Papa" ucap Raka kesal membuat kami tertawa
"Ini juga demi kebaikan Papa juga" ucap Adnan tersenyum.
Farah tersenyum dengan tingkah Raka dan anak-anaknya, terlihat sangat harmonis dan rukun.
***
Aku menggeliat, sayup-sayup kudengar suara petikan gitar dan senandung indah dari arah balkon. Aku bangun perlahan memastikan senandung indah yang diberpadu dengan petikan klasik gitar. Aku tersenyum kesadaranku pulih dan aku turun dari ranjang menuju datangnya suara tersebut.
Aku mematung sesaat menatap punggung istri tersayangku. Ia masih belum menyadari kehadiranku dan masih asyik memetikkan gitarku. Aku akui Naylaku sangat hebat dalam bermain gitar apalagi jika sedang memetik dengan akustik aku sangat menyukainya.
Kuhampiri dia dan perlahan memeluknya dari belakang, kukecup pipinya dan kuletakkan dagu di pundaknya. Dia menghentikan sesaat petikan gitarnya dan menatapku yang memejamkan mata.
"Teruskan cinta" kataku sambil menutup mata.
"Nggak ke kantor Bby.." tanya Nayla dan mulai memetikkan gitarku
"Lagi malas" ucapku seenaknya
"Kenapa malas Bby?" tanya Nayla
"Nggak tahu pengennya berdua sama kamu aja cinta" ucapku mengendus leher jenjangnya
"Gombal.." ucapnya dan tertawa kecil
"Kamu nggak ke rumah sakit cinta?" tanyaku
"Iya akan ke sana, selesai dari kampus" ucap Nayla
"Kampus..?" tanyaku masih bermanja-manja di pundaknya dan mengecap leher jenjangnya dan seketika meninggalkan bekas
"Aw... aaakkkhh..." pekik Nayla ketika mengecap lembut leher jenjangnya.
"Enak cinta..?" tanyaku masih asyik dengan leher jenjangnya membuatku candu setengah mati
"Apaan sih Bby.. nanti membekas loh, aku mau ke kampus" ucapnya protes
"Sssttt... nggak usah protes, kamu milikku" ucapku mengambil gitar dan menarik lengannya masuk ke kamar.
"Ini kenapa sih main tarik aja" ucapnya protes namun tetap mengikuti langkahku
"Satu ronde yah cinta" ucapku benar-benar tidak tahan lagi mendorong kasar tubuhnya ke ranjang ukuran king size.
"Nggak akh.." ucapnya menolak seketika aku memagut lembut bibir ranumnya.
Nayla diam mendapat ciuman hangat dariku, ia memejamkan matanya dan membalas kecupan dariku. Aku membuka mata menatap Nayla yang sibuk melayani kecupanku. Kami saling mengecap, ku penjamkan mataku menikmati setiap balasan dari kecupannya.
"Akkkhhh... Bbbyyyy.." desahnya tak kalah aku mulai mengecup mesra leher jenjang dan tak lupa kutinggalkan bekas-bekas kecupanku di sana.
Tanganku tidak tinggal diam, benda antik miliknya yang merupakan kesukaanku mulai aku remas lembut sehingga membuatnya tidak tenang. Secara bergantian tanganku meremas lembut kedua benda sintal miliknya.
"Akh..Bbyyy..." desahannya semakin membuatku menggila. Aku langsung menarik paksa kaos oblong yang ia kenakan dan membuka kasar penutup benda sintal tersebut, sungguh indah benda ini membuatku semakin bernafsu untuk mencicipinya.
Kupenjamkan mataku untuk menikmati kenyalnya benda tersebut dengan ujungnya yang semakin keras minta dipilin. Nafas Nayla tersengal-sengal ketika aku melahap dengan rakus kedua benda miliknya, ia memasukkan jari-jari tangan lentiknya di rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam melakukannya.
Desahannya membuatku semakin tak menentu hingga akhirnya kuputuskan untuk memulai percintaan kami. Desahan demi desahan kami berdua saling bersahutan hingga kami mencapai puncak pelepasan yang sungguh nikmat.
"Terima kasih cinta.." ucapku menatapnya mesra dan sambil mengecup mesra kening dan bibirnya. Nayla mengangguk dan membelai lembut rambutku.
Ia menahan kepalaku ketika aku akan menarik bibirku dari bibirnya. Aku tersenyum ketika ia mulai mengecup mesra bibirku kubiarkan saja sambil kunikmati.
"Kenapa berhenti cinta.." ucapku ketika ia mengakhiri kecupannya
"Udah akh.. nanti keterusan lagi bisa-bisa kamu terlambat Bby ke kantor" ucapnya sambil membelai bibirku. Aku tertawa kecil karenanya.
"Nggak masalah, asalkan kamu senang cinta" ucapku menggodanya. Nayla tertawa lalu mengecup singkat bibirku.
"Sana mandi Bby.." ucapnya mendorong lembut dada bidangku
"Masih pengen" ucapku manja
"Ikh.. nanti aku telat ke kampus" ucap Nayla. "Betewe kamu nggak ke kampus Bby?" tanya Nayla
"Emang ada giat apaan sih?" tanyaku masih di atas tubuhnya
"Kamu nggak lihat grup Bby.." tanya Nayla
"Nggak, malas.." ucapku seenaknya dan menyusupkan wajahku di leher jenjangnya.
"Hari ini tuh kita disuruh berkumpul akan membahas persiapan untuk kegiatan penyambutan mahasiswa baru sayang" ucap Nayla membelai kepalaku terasa nyaman jika Nayla memanjakanku seperti ini
"Emang kapan pelaksanaannya?" tanyaku masih menikmati belaian kasih sayang dari Nayla
"Entahlah aku juga nggak tahu Bby" ucap Nayla
"Ya udah kalau gitu aku ikut kamu ke kampus saja, ntar kalau dibiarkan pergi sendiri malah ada yang godain lagi, apalagi para senior yang nggak jelas" ucapku membuatnya tertawa
"Segitunya kamu Bby" ucap Nayla
"Aku nggak mau rumah tanggaku ada pembinor" ucapku ketus
"Pembinor???" tanyanya menatap ke wajahku yang masih tersembunyi di leher jenjangnya
"Perebut Bini Orang" ucapku seenaknya membuatnya tertawa
"Ada-ada saja kamu Bby.." ucapnya masih membelai pucuk rambutku
"Cinta..." panggilku sedikit mendesah
"Ada apa Bby?" tanya Nayla manja
"Jangan jauh-jauh dariku" ucapku lalu menatap manik indah miliknya
"Iya Bby..." ucap Nayla menangkup wajahku dengan kedua tangannya
"Kau milikku" ucapku menekan suara padanya
"Iya aku tahu Bby" ucapnya lembut dan tersenyum manis
"Cinta..." panggilku mulai merasa tegang kembali
"Itu ngapain?" tanya Nayla ketika aku mulai menggerakkan pinggulku
"Satu ronde lagi yah..." ucapku perlahan mulai melanjutkan aktivitas untuk ronde selanjutnya. Nayla tidak menjawab, ia memejamkan matanya dan mengikuti ritme gerakan pinggulku.
Yang terdengar hanya suara desahannya membuatku semakin menjadi-jadi ingin menuntaskan hasratku. Kurang lebih satu jam kami bermain dan akhirnya aku mengajaknya mandi dan bersiap-siap ke kampus.
***
Aku membelokkan mobil ke arah parkiran kampus. Kami berdua turun dan berjalan menuju kerumunan mahasiswa baru berkumpul, di sana juga sudah datang Andre, Darma, dan Dodit.
"Hai.. Dit.. Nay.." sapa Andre
"Hai.. juga" sapa Nayla ramah. "Leher loo kenapa Nay?" tanya Andre lalu tersenyum
Aku menatap ke arah leher Nayla dan tersenyum ia membelalakkan matanya.
"Astaga Bby.. kok nggak liat sikon sih" ucapnya kesal, Darma dan Dodit tersenyum.
"Emang kamu nggak lihat di cermin tadi waktu merias cinta?" tanyaku merangkul pundak Nayla
"Nggak aku nggak sempat lihat" ucapnya
"Bentar Nay, di mobil ada syal milik Cicin, semalam ia lupa" ucap Dodit lalu berlari ke arah parkir yang tidak jauh dari mereka.
"Beringas banget loo Dit.. sampe merah-merah gitu leher Nayla" Goda Andre
"Kan istri gue yah wajarlah kalau gue nafsu sama bini gue" ucapku membuat Nayla memukul lembut lenganku
Tak lama kemudian Dodit kembali dan membawa syal berwarna hitam.
"Ini Nay" ucap Dodit memberikan Syal tersebut kepada Nayla.
Nayla segera memasang syal tersebut untuk menutupi tanda kepemilikan yang aku berikan padanya. Aku membantu merapikan rambutnya yang panjang hitam legam terurai indah.
"PERHATIAN UNTUK SEMUA MAHASISWA BARU JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SILAHKAN BERKUMPUL DI AULA JURUSAN" terdengar pengumuman yang ditujukan kepada kami. Aku dan lainnya segera menuju aula tersebut.
"Selamat Pagi" ucap salah satu senior panitia yang kuduga adalah ketua himpunan jurusan
"Perkenalkan nama saya Azriel, Di sini saya sebagai ketua himpunan mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis. Terima kasih sudah mau berkumpul dan bergabung bersama kami di jurusan ini. Perlu saya informasikan bahwa kegiatan pengenalan lingkungan kampus akan diadakan besok dan selama 4 hari dan diakhiri dengan camping bersama selama dua hari. Jadi sengaja kalian kami kumpul untuk memberitahu hal-hal terkait dengan persiapan tersebut"
"Baik kebetulan di sini sudah hadir Ketua Jurusan Manajemen Bisnis maka saya persilahkan kepada bapak Dr. Yanuar, untuk menyampaikan sambutan kepada adik-adik mahasiswa baru yang sudah memilih jurusan manajemen bisnis, kepada beliau dipersilahkan"
"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung bersama kami kepada adik-adik sekalian yang sudah memilih jurusan manajemen bisnis"
"Saya selaku ketua jurusan menghimbau kepada adik-adik semua untuk kuliah dengan rajin, belajar dengan sungguh-sungguh sehingga cita-cita yang kalian impikan akan terwujud"
"Di sini kami melaksanakan pengenalan lingkungan kampus tanpa ada kekerasan, Bulian yang menyebabkan kerugian bagi mahasiswa baru. Jika ada perlakuan yang tidak menyenangkan dari senior kalian maka segera laporkan kepada saya dan saya akan menindak tegas pada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut dengan memberikan sanksi di skors selama satu tahun "
"Wuah.. horor" ucap Andre
"Baguslah kalau tidak ada kekerasan dan penyiksaan" ucap Nayla
"Baik mungkin itu saja dari saya silahkan saling mengenal satu sama lain dan semangat kuliahnya"
"Wuah.. sepertinya nggak bisa kekerasan nih, nanti kita dapat skors dari pihak jurusan" ucap Azriel membuat para mahasiswa baru tersenyum simpul
"Ok.. adik-adik sekarang kita akan masuk ke tahap persiapan yah silahkan dicatat, untuk hari pertama dan kedua kalian akan menerima materi dari pimpinan Jurusan, Fakultas, dan Universitas, serta perkenalan-perkenalan dengan semua jenis kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakat kalian"
"Cinta.. nggak ada yah, minat dan bakat untuk main voli" bisikku pelan di telinga Nayla
"Kok gitu Bby.. Kan aku sudah ikutin kemauan kamu untuk ikut satu jurusan denganmu" Protes Nayla
"Jangan harap kamu dapat izin dariku cinta, akan semakin banyak pembinor di sekitarmu" ucapku menekan suaraku, kulihat Nayla mencibirkan mulutnya pertanda tidak setuju.
"Ok.. Hari ketiga kalian akan diperkenalkan lingkungan kampus, mulai dari perpustakaan, laboratorium, Pusat Bahasa, Rektorat, Fakultas lainnya, bagian akademik, dan Unit Kegiatan Mahasiswa. Hari keempat adalah pengenalan dosen-dosen dilingkungan Fakultas Manajemen dari berbagai jurusan. Dan hari kelima dan keenam adalah kegiatan bakti sosial yang dirangkaikan dengan kegiatan camping bersama" ucap Azriel
"Persiapkan diri kalian dan selamat bergabung. Baik untuk hari ini cukup dulu kalian bisa bubar" ucap Azriel
Seluruh mahasiswa baru keluar dari aula jurusan dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
"Bby.. aku ke toilet bentar yah" ucap Nayla
"Ok.. Jangan lama-lama" ucapku
"Iya..iya.." ucap Nayla pergi meninggalkanku bersama Dodit, Darma, dan Andre.
"Dit.. loo sekarang protect banget sama Nayla?" tanya Andre
"Bukan protect tapi gue menjaga rumah tangga gue, semasa kuliah pasti ada aja godaannya" ucapku ketus
"Sekalian loo rantai sekalian si Naya" ucap Darma
Aku tertawa mendengar coleteh mereka, yang aku lakukan tidak salah karena aku hanya melindungi istriku agar tidak terjerat rayuan receh cowok-cowok yang mengincarnya.
****
Nayla berjalan mencari toilet, pada saat bersamaan Azriel keluar dari ruang HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan).
"Permisi Kak.." sapa Nayla sopan
Azriel menatap Nayla dengan tatapan terpesona.
"Kak.. maaf.." ucap Nayla sopan membuyarkan lamunan Azriel terhadapnya
"Ekh.. iya.. De' " ucap Azriel gelagapan
"Numpang tanya kak, toilet sebelah mana yah?" tanya Nayla masih dengan nada sopan
"Ohh.. Ya.. sini saya antar, kalau saya jelaskan pasti kamu akan sulit menemukannya" ucap Dava sengaja ingin mengenal Nayla.
"Sepertinya aku pernah melihat gadis ini, tapi di mana yah?" tanya Azriel membatin
"Oo.. baik Kak" ucap Nayla mengikuti langkah Dava.
Sepanjang jalan menelusuri koridor kampus keduanya diam membisu. Azriel masih dalam kebingungan berusaha menerka dan mengembalikan memory.
"O..ya boleh kita kenalan?" ucap Azriel mengawali pembicaraan di antara mereka berdua
"O.. iya Kak.." ucap Nayla tersenyum ramah tidak bermaksud tebar pesona
"Azriel.. panggil saja Aze.." ucap Azriel mengulurkan tangannya
Nayla menghentikan langkahnya dan menyambut tangan Azriel.
"Nayla..."
"Nama yang cantik sama seperti orangnya" ucap Azriel membuat Nayla tersenyum
Keduanya kembali diam dan melanjutkan langkah ke tempat tujuan.
"Nah.. itu toilet terdekat dari Aula jurusan tadi" ucap Azriel ketika sampai di depan toilet. "Jadi besok-besok kalau pengen ke toilet sudah tahu
"Iya.. Kak.. terima kasih" ucap Nayla lalu masuk ke toilet meninggalkan Azriel dengan lamunannya.
"Duh.. di mana sih aku bertemu dengannya, seperti pernah bertemu sebelumnya" ucap Azriel pelan
Tak lama kemudian Nayla keluar dari toilet dan tersentak kaget karena Azriel masih di depan toilet.
"Kok Kak Aze masih di sini?" tanya Nayla
"Ekh.. Nay.. sengaja nunggu kamu, jangan sampai kamu nyasar" ucap Azriel tersenyum
"O..yah Nay.. apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Azriel
"Mmm.. nggak tuh, aku aja baru kali ini lihat kak Aze" ucap Nayla
"Masa sih.. tapi aku yakin banget kalau aku tuh pernah bertemu denganmu sebelumnya" ucap Azriel dengan penuh keyakinan
"Mungkin orang yang mirip aja kak" ucap Nayla.
"Mungkin saja" ucap Azriel tersenyum
"Ya udah deh.. Kak.. aku pergi dulu, terima kasih sudah menunjukkan toiletnya" ucap Nayla
"Ok.. Nay" ucap Azriel menganguk pelan dan tersenyum ramah.
Ketika akan melangkahkan kakinya meninggalkan Azriel, Nayla menghentikan langkahnya karena aku berdiri tepat di hadapannya dengan jarak dua meter.
Aku menatapnya dengan tajam, nafasku memburu, rasa cemburuku menyeruak cepat, tak ingin Naylaku bersama pria lain yang tidak aku kenal.
"Bbyy..." ucap Nayla menelan salivanya karena tatapanku begitu tajam padanya
"Cinta.. kok lama sih" ucapku datar berjalan kearah Nayla
"Itu tadi aku sempat bingung cari toiletnya Bby, jadi aku malah mutar-mutar nggak jelas. Untung ketemu kak Azriel jadi dia mengantarkan aku Bby.." ucap Nayla berusaha tenang, karena ia tahu aku pasti tidak terima ada laki-laki lain bersamanya
"Ow.. ya udah yuk pulang cinta" ucapku menggandeng pinggang Nayla rapat ke arahku.
"Ekh.. iya Bby.. ayo.." ucap Nayla tidak menolak dan merangkul pinggangku juga.
Aku mengajak Nayla pergi menjauh dari gulma yang berusaha mendekatinya, tidak akan aku biarkan siapa saja yang berusaha mendekati Naylaku.
Aku tahu Azriel pasti menahan dongkolnya karena aku menggandeng Nayla dengan sangat mesra. Bahkan aku sengaja mengecup pelipis Nayla ketika kami berjalan menyelusuri koridor kampus. Nayla menatapku dan tersenyum dan mempererat tangannya yang melingkar cantik di pinggangku. Aku merangkulnya dengan sangat mesra dan menuju parkiran.
***To Be Continue***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Pepet terus Dito, Nayla nya biar gak ada cowok yg nyerobot 😅
Lanjut thor semangat 💪💪💪
2021-04-24
0
Rian Mustika Pratiwi
semangat up nya thor
2021-04-22
0
Omega
thor up Ny jangan lama" dong
2021-04-22
0