Semuanya sudah berkumpul di meja makan, Fino memandang kearah Mahendra yang tampak berbeda dari biasanya. Fino memperhatikan rona wajah kakaknya sepertinya gadis itu membawa perubahan yang besar dan baiknya tidak ada hal yang menganggu aktivitas kakaknya di pagi hari. Apakah sihir itu telah lenyap dengan kehadiran Oktavia disini? Jika iya Fino akan merasa sangat berterima kasih karena ia tidak perlu bolak-balik menemui penyihir untuk meminta jalan keluar.
Mereka semua makan tanpa ada suara hanya terdengar suara sendok yang saling beradu.
Mentari mulai malu-malu menampakan wajahnya, Mahendra duduk di teras seraya menikmati teh hangat, dia memang jarang minum kopi saat pagi hari. Ia akan minum kopi jika tugas kantornya sangat banyak apalagi saat ia akan begadang. Butuh kopi untuk membuatnya terjaga.
Fino duduk bersebelahan dengan Mahendra, Mahendra mengulum senyuman.
"Apa kau berencana untuk menemui gadis penyihir itu?" tanya Mahendra, Fino menggelengkan kepalanya, pertanda ia tidak ingin menemuinya.
"Tidak, dia berpesan untuk tidak menemuinya jika gadismu tidak apa-apa kak, tapi baguslah dengan adanya Oktavia disini sihir dari paman tidak bekerja" Ucap Fino.
Disisi lain Oktavia berbicara dengan sesosok mahluk dia adalah penjaga dari Oktavia bernama Khon.
"Kenapa kau memanggilku?" tanya Khon yang tak mengerti dengan manusia yang ada di hadapannya. Pastilah dia sedang gundah gulana kali ini. Dan meminta petunjuk pastinya.
"Aku bingung harus bagaimana?" ucap Oktavia dengan nada lemah.
"Bingung kenapa?" Tanya Khon yang terbang kesana kemari.
"Apa orang yang menolongku itu baik, aku hanya ragu padanya." Khon memperlihatkan wajah seremnya.
"Kau itu jangan membuatku takut, aku serius ini" dengus Oktavia pada Khon, Khon tau jika Mahendra adalah orang yang baik, lalu kenapa Oktavia masih tidak mempercayai pria itu?
"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Khon dengan nada serius.
Oktavia menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya memikirkan cara agar dia bisa memastikan jika Mahendra orang yang baik, Oktavia hanya takut jika Mahendra hanya bersandiwara di depannya.
"Aku ingin tau tentang Mahendra"ucap Oktavia yakin.
"Mahendra adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya pada masanya, orang tuanya meninggal karena sihir dari orang suruhan pamannya," Oktavia mendengarkan penjelasan Khon, memang penjaganya tidak pernah salah dalam menilai orang apalagi meramalkan dan menerawang masa lalu.
"Siapa? Apa kau tau?" tanya Oktavia mencoba mencari tau, sedangkan Khon tidak mau menjawab dan pergi secepat angin.
"Iiihhh" Oktavia melempar guling namun tidak sengaja mengenai wajah Fino.
Oktavia menutup mulutnya. "Bodoh! Kenapa bisa tepat di wajahnya sih" batin Oktavia.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Fino mencoba mencari penjelasan.
"Aku.... aku hanya ...Tadi aku ingin melempar guling ini karena tadi aku melihat lebah yang sangat besar terbang kesana" Oktavia menunjuk arah pintu.
"Semoga saja dia percaya dengan bualan ku, man mungkin aku menceritakan tentang keahlian ku, aku tidak mau di cap sebagai penyihir pasti dia juga akan menyakitiku seperti mereka"
"Owh... lain kali jendela kamar kamu tutup biar enggak ada serangga masuk," Oktavia bernapas lega karena Fino percaya dengan bualannya.
"Ah iya...." Oktavia tersenyum walaupun dalam ke gugupan.
"Sebenarnya aku datang hanya untuk memastikan keadaan kamu, kakak menghawatirkan mu," ucap Fino menjelaskan.
"Maaf karena membuat kalian khawatir, " Oktavia memanyunkan bibirnya dan tertunduk lesu.
"Kenapa? Kenapa kau jadi murung seperti itu? Kakakku menghawatirkan dirimu ia mengatakan jika lukamu belum pulih jadi kau istirahat saja jika perlu apa-apa kau bisa memanggil bibik, tenanglah kakakku sebenarnya sangat mencemaskan mu tapi dia tidak bisa mengatakannya saja. Maklum jomblo akut hahhaa" Fino tertawa renyah. Oktavia menggeleng pelan.
"Kenapa dia tidak mengatakannya saja langsung?" tanya Oktavia, Fino berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Oktavia.
"Dia hanya takut mengganggu waktu istirahatmu saja, jadi dia tidak berani menemui mu, walau pun kakakku dingin tadi dia sosok yang baik dia masih terauma atas kejadian yang menempa para kekasihnya."jelas Fino Oktavia tau apa yang dirasakan Mahendra sama halnya dengan yang dirasakan nya. Bedanya Oktavia tidak pernah mengenal cinta dari siapapun.
"Suuuut...." ucap Khon yang sudah menempel di tubuh Fino. Oktavia membulatkan matanya. apa yang akan terjadi kali ini?
Khon bertanya dengan isyarat menggerakkan jari jarinya dan dagunya. Oktavia menggelengkan kepala, sedangkan Fino merasa ada yang aneh apalagi di punggungnya terasa berat sebelah, Khon berulah lagi.
"Kenapa dengan tubuhku kok aneh ya?" Fino menggerakkan tubuhnya namun bukan mereda namun makin terasa berat dan tiba-tiba saja vas bunga yang berada di meja jatuh dan hancur. Serpihannya bahkan berserakan. Fino dengan berani menghampirinya namun lambat lain dia merinding sedangkan Oktavia menggelengkan kepala karena ia tau ini semua perbuatan dari Khon.
"Kok aku jadi merinding gini ya?" ucap Fino. Fino melirik Oktavia namun ia sangat terkejut karena bukan Oktavia yang ia lihat melainkan sosok wanita dengan darah yang mengalir diwajahnya. Sontan Fino segera berlari keluar sebelum itu Fino menabrak beberapa barang milik Oktavia. Wajahnya sangat pucat, baru kali ini ia melihat mahluk seseram itu.
Fino lari terbirit birit dan menabrak Mahendra yang berjalan santai tak menyadari bahwa adiknya dijahili oleh Khon.
Dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya Fino pun menjelaskan jika ia tadi melihat ada sesosok makhluk halus dengan wajah menyeramkan dikamar Oktavia.
Mahendra tak lantas percaya begitu saja. Karena apa tidak mungkin pamannya bisa memecah pertahanan begitu cepat, Mahendra segera berjalan menuju kamar Oktavia. Namun Fino melarang Mahendra.
"Jangan masuk kak, pasti disana masih ada makhluk menyeramkan itu, wajahnya penuh dengan darah kak, matanya merah, dan... dan di.. di... a mempunyai taring... ih serem", jelas Fino.
"Dengar kan kakakmu ini, tidak ada yang seperti itu," jelas Mahendra padahal ia tau jika ada yang lebih menyeramkan dari pada cerita adiknya, Mahendra bisa melihat sosok mahluk halus ya seperti Oktavia. Namun, ia sengaja tidak memberitahukannya pada adiknya. Apalagi adiknya itu penakut, tampan tampan penakut hadeh....
"Tapi kak, aku melihatnya sendiri, wajahnya itu serem banget, masa kakak tidak percaya padaku, jangan jangan" Fino menggigit jari telunjuk dan merangkul kakakknya. ia takut jika mahluk itu tiba-tiba datang.
"Jangan-jangan apa?"
"Itu mahluk kiriman paman yang sengaja ingin membuat kakak celaka kan kakak tau sendiri jika paman sangat benci pada kakak" Masih dengan merangkul Mahendra.
"Jangan suuzon kamu, kita itu harus berbaik sangka," Mahendra menjelaskan pada adiknya agar tidak menuduh orang tanpa bukti apalagi buktinya masih tidak jelas.
"Tapi kak,"
"Jika kamu tidak mau masuk biar aku saja yang masuk" ucap Mahendra.
Mahendra membuka pintu kamar secara perlahan-lahan. Dia melihat banyak mahluk yang bermain di kamar Oktavia. Ia bingung darimana datangnya mahluk sebanyak ini? Sedangkan Oktavia terlihat mematung dan asik memandang kearah jendela.
Mahendra berjalan kearah Oktavia, sedangkan Fino masih memeluknya takut jika ada makhluk lain datang mengejutkannya.
Mahendra menyuruh Fino untuk keluar dari kamar Oktavia, Fino berlari seperti di kejar hantu.
Oktavia memandang Mahendra dengan tatapan tajam. Sebenarnya ia juga takut tapi ia mencoba untuk bertanya tentang berbagai mahluk yang sudah asik sendiri.
"Coba jelaskan apa arti ini semua?" Tanya Mahendra. Khon tiba-tiba datang membawa salah satu mahluk suruhan dari paman Mahendra.
"Jangan berani-berani kau marah padanya, dia yang menyuruhku menangkap mahluk ini, dia mau mencekakaimu dengan mengganggu tidurmu, seharusnya kau berterima kasih" ucap Khon kesal.
"Menolong apa maksudmu?"
"Aku yang sudah meminta mereka untuk datang dan menangkap mahluk perempuan yang tak sengaja di lihat adikmu, maaf aku tidak berniat membuat ulah aku hanya tidak ingin kau terluka itu saja" Oktavia memanyunkan bibirnya. Memandang Mahendra dengan berbagai ekspresi.
Mahendra tersenyum dan segera memeluk Oktavia, Oktavia membulatkan matanya ,jantungnya berdegup kencang baru kali ini ada seorang pria yang memeluknya.
"*Kenapa jantungku jadi berdebar seperti ini? apa yang terjadi denganku? tapi dia mengambil pelukan pertamaku sial dasar pria mesum"
"Kenapa rasanya nyaman sekali apalagi saat memeluknya, maafkan hambamu ini karena telah lancang memeluk orang yang belum muhrimku*." Mahendra melepaskan pelukannya dan memandang tajam Oktavia.
"Terima kasih" ucap Mahendra sedangkan Oktavia mulutnya terbuka karena jawaban dari Mahendra yang tak terduga.
"Kenapa dia begitu mudah mengucapkan terima kasih, nggak tau apa nih jantung bisa aja keluar hanya karena ucapannya apalagi tatapannya nih bisa bisa aku bisa jatuh cinta beneran nih sama dia" ucap Oktavia mengedipkan mata dan seseksi tersenyum. Di benar benar terbuai akan ketampanan Mahendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments