"Tunggu..." Kosim menarik lengan putrinya.
Mahendra memandang sinis pria setengah abat yang sengaja melukai calon istrinya.
"Mau di bawa kemana wanita itu? Dia sudah aku beli" pekik pria yang mengatakan sudah membeli gadis itu.
"Membeli?" Tanya Mahendra memandang pria setengah abat, ia berusaha tenang apalagi ia harus membawa calon istrinya bersamanya. Dia juga tau pria tak tau malu akan mencoba untuk menjualnya dengan harga tinggi.
"Bagaimana jika aku membeli gadis ini?" Kosim terkekeh mendengar ucapan pria yang usianya setengah lebih muda darinya.
"Tidak..." Gadis itu menolak mentah-mentah.
Mahendra tau jika calon istrinya akan ketakutan seperti itu. Apalagi saat memandang pria setengah abat yang baru saja menyeret paksa putrinya.
"Okta tidak mau ayah. Okta tidak ingin di jual pada pria yang seharusnya menjadikan aku sebagai putrinya" gadis bernama Oktavia memohon kepada ayahnya, bersimpun namun ayahnya segera menamparnya untuk kesekian kali.
"Aku akan kaya jika aku menjual mu!" ucap Kosim menyeringai dirinya dibutakan oleh harta hingga anaknya sendiri harus menjadi korban. Yang ada di pikiran Kosim uang, uang dan uang tak pernah ia memperlakukan anaknya seperti layaknya anak kandung. Yang ada dia harus menuruti semua ucapannya termasuk menikah dengan pria setengah abat yang sudah mempunyai dua istri.
"Kenapa ayah tega menjual ku" Okta memandang lekat mata Kosim. Kosim tanpa ragu menjawab. " Karena kau adalah anak sial, anak yang tak aku inginkan"
"Ayah"
"Jangan memanggilku ayah, pergi bersama calon suamimu?" Kosim mendorong tubuh Oktavia ke arah pria yang memenangkan perjudian.
Mahendra menahan marah melihat gadis itu di perlakukan secara semena-mena oleh orang tuanya.
"Bagaimana manis apa kau mau menjadi istri ketiga ku?" Mata Oktavia membulat sepertinya ini lah awal penderitaan barunya.
Oktavia pasrah, dia tidak bisa melakukan apa-apa, Mahendra geram melihat gadisnya yang tampak pasrah apalagi ayahnya yang sepertinya tidak menolongnya dan membiarkannya bersama dengan pria tua tak tau diri. Bukannya melepaskan malah akan di jadikan istri ketiga, Keterlaluan sekali bukan.
Pria setengah abad itu memandang Mahendra apalagi Mahendra mengatakan akan membelinya pastilah dengan harga mahal tentunya.
Mahendra yang merasa di pandang pun tak langsung bertanya. "Apakah tadi kau bilang ingin membeli gadis ini?" tanya pria setengah abat membuka pembicaraan. Mahendra tersenyum mendengar ucapan pria setengah abat membicarakan tentang penawarannya.
Fino seakan tau apa yang akan kakaknya lakukan untuk membebaskan gadis yang ketakutan karena ingin di jual.
"Aku akan dengan senang hati memberikannya tapi harganya akan lebih mahal kau tau bukan?" Pria setengah abat menaikkan salah satu alisnya.
Mahendra mengerti apa yang dipikirkan pria itu. Pastilah uang yang amat sangat banyak.
"Berapa yang kau minta?" pria setengah abat tak lantar menjawab dan memandangi Oktavia dengan tatapan sangar.
"A.... seratus juta" Pria setengah abat memandang kea arah Mahendra. Mahendra menyuruh Fino untuk mengambil sesuatu dalam bagasinya.
"Aku bahkan akan membayar lebih untuk gadis ini, jangankan seratus juta dua ratus juta pun tidak kan menjadi masalah karena bagiku uang tidak seberapa bagiku hanya cukup membeli permen benar tidak Fin?" Fino yang sudah kembali dengan membawa koper yang berisi uang pun tersenyum. Fino tidak hanya membawa satu koper namun dua koper, karena ia tau pasti ayah dari gadis itu meminta imbalan yang tak kalah besarnya dari pria yang menjual gadisnya.
"Setuju" Pria setengah abat mengambil salah satu koper dari tangan Fino. Matanya membulat melihat tumpukan uang merah dan biru. Sedangkan Kosim seperti memikirkan sesuatu.
"Dan.... " Belum sempat ia mengatakan keinginannya Mahendra segera meminta Fino menyerahkan koper satunya. Berisi uang yang tak kalah besarnya dari koper satunya.
Kosim tersenyum saat pria itu tau tujuannya.
"Aku akan membawa anakmu, siapkan surat-surat suratnya" Kosim tersenyum karena mendapat durian runtuh. Kosim paham maksud pria jangkung yang ada di hadapannya.
"Saya akan mengurusnya. Mari ikut saya saya akan mengambil beberapa hal yang anda minta" ucap Kosim seraya mendekap koper yang berisi tumpukan uang.
Mata Oktavia memerah apa lagi yang di lakukan ayahnya membuatnya sangat marah, kali ini ia harus berurusan dengan orang asing yang tak ia kenal.
" Semoga saja dia tak menjual ku" batin Oktavia.
Mahendra melirik Oktavia yang terus saja memperhatikannya.
"Apakah dia sedang berpikir jika aku akan menjualnya? hahaha ." Mahendra menyeringai membuat Oktavia tak berani memandang mata apalagi wajah tampan Mahendra. Dia takut jika pria yang sudah menolongnya akan menyiksanya apalagi dia pun sudah dibelinya.
"Bapak disini saja, saya tidak kan lama" ucap Mahendra kepada Pak Rahmad.
Kosim berjalan menuju rumahnya. Fino memandang ke arah kakaknya yang hanya berdiri bukannya masuk ke dalam rumah.
"Kenapa kau hanya diam kak? Ayo masuk"pinta Fino. Mahendra menggeleng ia memperhatikan gadisnya yang di paksa masuk oleh Kosim.
"Tidak perlu, kau saja. Aku akan mengawasi disini" Fino berjalan memasuki rumah Kosim.
Mahendra berkeliling dia melihat sawah yang terbentang luas. " Akhirnya setelah sekian lama aku bisa bersamamu. Tenang saja aku akan membuatmu merasa beruntung memilikiku."
Setelah seperempat jam Fino pun keluar dari rumah Kosim. Mahendra melihat Oktavia yang ketakutan apalagi saat dia tak sengaja mendengar ayahnya yang mengancamnya. Ia ingin sekali menghajar pria itu namun ia ragu jika gadisnya akan ketakutan melihatnya memukuli orang apalagi orang tuanya.
"Ayo" ucap Fino pada Mahendra. Oktavia mengekor di belakang tubuh Fino sedangkan Mahendra mengekor di belakang tubuh Oktavia. Oktavia membawa surat-surat penting miliknya. Oktavia sangat pasrah apalagi jika dia harus di perlakukan kasar oleh pria yang sudah membelinya. Oktavia tak melirik Mahendra ia hanya memikirkan nasip sialnya. Oktavia menghapus air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir, dia harus meninggalkan tanah kelahirannya dan harus siap pergi bersama dengan pria dingin.
Pak Rahmad tersenyum melihat kedua tuannya telah kembali bersama dengan gadis yang telah ia tolong.
"Kau duduk bersamaku?" ucap Mahendra dingin. Oktavia hanya menurut dan masuk ke dalam mobil. ia takut membantahnya, apalagi sorot matanya yang menunjukkan ke kekejaman.
Oktavia menunduk. Fino masuk ke dalam mobil, Pak Rahmad sudah siap untuk membawa kedua tuannya dan seorang gadis pulang.
"Mas..." ucap Fino mengawali pembicaraan.
"Hem ngopo?" tanya Mahendra dengan ketus.
"Ngopo cae meneng wae kawet mau?" Fino pun bertanya kenapa dia hanya diam saja dari tadi
"Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa mereka menggunakan bahasa daerah sial bagaimana aku tau tujuan mereka! Jangan jangan mereka memang berniat menjual ku !Astaga bagaimana ini Tuhan tolong aku!" batin Oktavia.
"Yo mbuh mulo aku ngerti jajal takok mbi cae" Mahendra menjelaskan jika dia tidak tau dan coba tanyakan saja pada dia.
Fino manyun sedangkan Oktavia diam saja, meratapi nasibnya.
"Koyok e mas cae wedi mbi awakmu! Fino mengatakan jika sepertinya dia takut dengan Mahendra. Mahendra terkekeh, berdecak pelan bagaimana orang setampan dirinya bisa ditakuti oleh cewek.
"Emange aku medeni piye?" Mahendra mengatakan apakah aku ini menyeramkan apa?" Fino tertawa renyah.
"Kamu itu loh mas bisa ajah, santai ngapa?" Ucap Fino sambil memperlihatkan giginya.
"Kita belum kenalan namaku Mahendra" Mahendra mengulurkan tangannya namun Oktavia hanya memandanginya takut jika dia sampai di jual ke pria hidung belang.
"Haduh.... Kau harus belajar dari ahlinya deh Kak.."potong Fino
"Kenalin nama aku Fino adiknya Mahendra tenang kita berdua tidak akan menyakitimu, Dia memang seram tapi wajahnya doang sih hatinya lebih nyeremin lagi" Bola mata Fino membulat dan alisnya naik turun.
"Udah tinggal tunggu tuan selanjutnya ini mah, nasib nasib gini amat sih hidupku" batin Oktavia.
"Benar sekali kau" Fino tertawa mendengar jawaban Mahendra sedangkan Oktavia semakin ketakutan apalagi tidak mungkin para pria ini akan membawanya secara hidup-hidup.
Tak ada jawaban dari Oktavia dia mengusap air matanya yang jatuh berlinangan. Mahendra memperhatikannya Mahendra tau pasti leluconnya dianggap serius oleh Oktavia.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Perjalanan mereka sangat panjang siang pun sudah berganti menjadi malam.
Kruyuk
"Sepertinya ada yang lapar?" Ucap Fino yang tak sengaja mendengar suara perut Oktavia. Mahendra memandang Oktavia karena dari tadi dia tidak mau makan. Pasti ia masih memikirkan leluconnya tadi.
"Apa kau lapar?" Tanya Mahendra memperhatikan jari jari Oktavia yang terdapat beberapa luka.
Oktavia menggeleng, ia takut di sentuh Mahendra. Mahendra paham akan posisinya, ia tidak berani menyentuh Oktavia tanpa seizin Oktavia.
"Pak bisakah kita mencari makanan dulu" ucap Mahendra pada Pak Rahmad. Pak Rahmad mengangguk mengerti.
"Apa kau masih lapar kak?" tanya Fino.
"Mungkin"Jawab Mahendra seadanya sebenarnya ia masih kenyang, ia hanya tidak tega membiarkan Oktavia yang dari siang tidak mau makan bagaimana pun ia tidak tega membiarkan orang yang ia sayang kelaparan.
Pak Rahmad mengentikan mobilnya dan pergi membeli makanan sesuai dengan perintah tuannya. Untunglah ada warung yang masih menjual nasi dan beberapa lauk.
Setelah mendapat apa yang di pesan tuannya . Pak Rahmad segera kembali ke mobil dan menyerahkan beberapa bungkusan makanan dan empat botol minuman.
Fino meminta Pak Rahmad untuk duduk di kursinya karena ia tidak tega membiarkan sopirnya kelelahan karena perjalanan mereka masih jauh. Pak Rahmad menurut.
Oktavia memainkan jari jarinya dan sesekali memandang Mahendra.
"Apakah dia akan meracuniku?"batin Oktavia.
Mahendra membuka makanan yang berisi beberapa lauk dan nasi. Mahendra ingin menyuapi Oktavia namun ia menolak.
"Aku bisa makan sendiri" Mendengar hal itu Mahendra segera menyerahkan bungkusan berisi nasi dan lauk. "Ini"
Oktavia kini bingung harus berbuat apa mana mungkin dia bisa makan jika tangan nya sakit karena ulah ayahnya tadi pagi.
Mahendra melirik Oktavia yang tidak memakan makanan yang tadi ia berikan. Matanya memerah, entah apa yang Oktavia pikirkan.
Mahendra segera mengambil makanan dari pangkuan Oktavia. "Aku tau tanganmu pasti masih sakit kan? Biarkan aku menyuapiku? Oktavia memandang lekat Mahendra yang ternyata sangat memperdulikannya.
Apakah dia sedang berdrama kali ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments