Mahendra mengerutkan kening melihat ke arah ponsel miliknya, jarang sekali bik Ijah menelponnya, apa terjadi sesuatu?
"Den... Nona Oktavia di bawa orang yang mengaku sebagai ayahnya," ucap Ijah dengan nada panik.
"Apa?"
"Orang itu membawa paksa nona den, katanya ia harus segera pulang," ucap Ijah masih dengan suara panik. Mahendra segera mengakhiri telpon dan membuang ponselnya mengenai kaki Fino.
"Brengs*k..." dengus Mahendra dengan nada kesal.
"Dia berani melanggar perjanjian yang aku buat, Fino lacak keberadaan Kosim sekarang juga" Fino langsung melaksanakan tugas yang di berikan Mahendra, Fino tak berani bertanya tatapan mata Mahendra saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Siapa yang berani menganggu singa yang sedang tidur, pasti dia akan mendapat akibatnya.
Tak beberapa saat kemudian Fino sudah berhasil melacak keberadaan Kosim.
"Ia menuju desa Mas" ucap Fino.
Mahendra segera pergi menyusul Oktavia yang di bawa paksa ayah nya. Kenapa gadis itu bodoh sekali, kenapa dia tidak menolak ajakan ayahnya. Kenapa dua bisa mudah menuruti perintah ayahnya itu.
"Dasar! Kenapa dia tidak menolak ajakan ayahnya dan dengan mudahnya menurut. Apa mungkin dia di ancam Kosim. Pasti dia ingin meminta uang tambahan dasar" batin Mahendra.
Mahendra melihat mobil yang di naiki Kosim dan Oktavia. Mahendra segera memotong jalan. Mahendra memblokir akses jalan. Kosim dengan wajah yang sudah kesal segera membuka paksa mobil ternyata memang benar Oktavia bersama dengan ayahnya. Wajahnya nampak takut. Mahendra mengedarkan pandangan ke arah Kosim yang terkekeh melihat pria itu.
Mahendra menarik paksa Oktavia sedangkan Kosim menahan putrinya agar tidak di bawa paksa oleh pria setengah baya yang tak tau diri itu.
Mata kedua pria itu saling beradu. Merebutkan Oktavia tentunya.
"Ternyata kau yang membawa calon istriku bersamamu? Apa yang kau inginkan sampai kau melanggar surat perjanjian yang sudah kau tanda tangani" tanya Mahendra dengan menekan suaranya. Kosim tak perduli yang ia pedulikan hanyalah bagaimana caranya ia mendapat uang yang banyak untuk berjudi.
"Perjanjian? Perjanjian apa? Aku tidak pernah membuat janji denganmu" dusta Kasim mencoba membohongi Mahendra.
Mahendra yang tidak sabar ingin menghajar pria itu segera menarik paksa Kosim ke luar mobil.
Oktavia sangat ketakutan apalagi melihat Mahendra yang sudah marah pasti dia tidak menghiraukan apapun.
Fino memandang Mahendra yang sangat marah, dia tidak berani ikut campur jika dia sampai ikut campur mukanya pasti akan bonyok dan ketampanannya pun akan hilang.
Mahendra mendorong Kasim hingga terjatuh. Kosim geram dan ingin menonjok Mahendra namun tangan Mahendra dengan sigap menangkap tangan Kosim.
Fino menonton aksi Mahendra dari kejauhan.
Akhirnya Kosim mengakui kekalahan, muka Kosim babak belur di hajar Mahendra yang sudah sangat emosi dengan Kosim.
"Sebenarnya aku tidak mau melakukan kekerasan, apalagi kau akan menjadi ayah mertuaku tapi kenapa kau membawa paksa putrimu? Apa kau masih belum melihat kemarahan ku?" tanya Mahendra dengan sedikit menahan suaranya hingga terdengar berat membuat Kosim yang tadinya berniat membawa pergi Oktavia mengurungkan niatnya. Ternyata Kosim salah dia bukan orang mudah untuk di kalahkan. Calon menantunya itu sangat ahli dalam bela diri. untunglah ia tidak gegabah. Jika sampai ia gegabah mungkin nyawanya sudah melayang.
"Maaf.... maafkan aku nak!, aku hanya...." Mahendra menajamkan mata seakan mengintrogasi apa yang sebenarnya Kosim inginkan.
"Hanya apa?" tanya Mahendra masih mengepalkan tangan sedikit saja Kosim salah bicara Mahendra pasti akan mengejarnya tanpa ampun.
"Hanya apa?" tanya Mahendra mengulangi pertanyaan yang belum sempat Kosim jawab.
"Jawab!" tanya Mahendra membuat Kosim gelagapan.
Kosim tidak menjawab, bagaimana bisa Kosim menjawab karena pria itu akan marah jika mengetahui Oktavia yang sudah di jadikan sebagai taruhan judi.
"Apa kau mau kehilangan nyawamu sekarang juga?" tanya Mahendra yang sudah memegang pisau di tangan kirinya. Kosim semakin ketakutan ternyata pria ini tidak main main dengan ucapannya. Kosim yang merasa terpojok pun menjelaskan alasannya mengapa ia dengan gegabah mencoba untuk membawa pergi Oktavia yang sudah ia serahkan kepada Mahendra.
"Baiklah.... baiklah.... a...aku...." Kosim ragu untuk mengatakan pada Mahendra yang sudah sangat marah karena merasa di permainkan.
"Jawab atau...." Mahendra sudah memainkan pisaunya di pipi Kosim.
"Aku sudah menjualnya"jawab Kosim tanpa ragu.
Mahendra langsung mengarahkan serangan ke Kosim, Kosim yang sangat ketakutan pun sudah pasrah jika pria yang ada di hadapannya membunuhnya.
Kosim yang ketakutan pun sedikit lega karena Mahendra tidak melakukan apa-apa padanya. Mahendra malah melukai dirinya dengan memukul tangannya ke aspal. Tanpa bertanya lagi Mahendra segera mengajak Oktavia yang masih diam membisu. Pasti dia sangat takut apalagi Oktavia melihat ayahnya yang sudah babak belur karena ulah Mahendra yang menyerang bertubi-tubi.
Fino segera berlari ke arah Kosim yang terluka, salah sendiri kenapa membangunkan harimau yang sedang tidur.
"Untung saja Mahendra tidak langsung membunuhmu, jangan coba-coba kau menganggu nya. Apalagi Oktavia sekarang akan menjadi istrinya bisa bisa hari ini kau menjadi bangkai karena ulah mu sendiri," Kosim merasa sangat bodoh bisa-bisanya dia gegabah membawa paksa anaknya. Karena uang yang di tawarkan pria itu hingga akhirnya ia harus mengambil resiko untung saja Mahendra tidak langsung membunuhnya jika hal itu sampai terjadi.
Fino menyuruh beberapa anak buahnya untuk membawa pergi Kosim, Fino takut jika Mahendra sampai membunuhnya.
Mahendra yang sudah masuk ke dalam mobil pun menyuruh Fino untuk membawa mereka pulang.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Oktavia melihat luka di tangan Mahendra.
"Kenapa kau sangat bodoh hah?" tanya Mahendra yang merasa kesal. Sebenarnya ia sangat mencemaskan Oktavia hanya saja ia tidak mau mengakuinya.
Oktavia menunduk, ia memang bersalah, seharusnya ia menurut saja pada Mahendra sehingga kejadian seperti ini tidaklah mungkin terjadi.
"Maaf..." ucap Oktavia lirik.
Mahendra marah, ia tidak menghiraukan permintaan maaf Oktavia. Oktavia tau jika Mahendra marah padanya pun tidak berani berbicara apapun.
Oktavia meminta kotak obat, Fino segera mengambilkannya.
"Mana tanganmu?" ucap Oktavia pada Mahendra, Mahendra tidak menghiraukan ucapan Oktavia yang sangat khawatir melihat tangan Mahendra yang mengeluarkan darah.
Oktavia menarik paksa tangan Mahendra, Mahendra tidak menanggapi dan membuang muka, ia masih kesal mengingat Oktavia yang tidak pernah menuruti ucapannya.
"Apakah sakit?" tanya Oktavia mengoleskan salep di punggung tangan Mahendra yang terluka.
"Aku pikir kau akan marah karena menghajar ayahmu? tapi ternyata kau perduli padaku" batin Mahendra.
Mahendra menggeleng masih membuang muka.
Setelah membalut luka Mahendra Oktavia pun diam. Ia tidak bertanya lagi ia takut jika Mahendra kembali marah padanya.
Mahendra merasa bersalah karena mengacuhkan Oktavia, padahal ia sangat menghawatirkan Oktavia. Apalagi pipi Oktavia tampak memerah apakah mungkin ayahnya menampar Oktavia.
"Kalian berdua seperti anak kecil saja" ucap Fino memecah keheningan.
"Maksudmu?" tanya Mahendra yang merasa bahwa Fino tengah membicarakan dirinya.
"Jika kau itu menghawatirkan Oktavia bilang saja deh mas, jangan seperti anak kecil yang minta dirayu"jelas. Fino membuat Mahendra segera menjatuhkan jitakan kerasnya ke kepala Fino, adiknya ini benar-benar kelewatan.
"Mas aku Iki gi nyeter? NK nabrak piye?", ucap Fino melirik Mahendra yang masih kesal karena ulahnya.
"Pisan maneh koe ngawe aku emosi awas wae koe" ancam Mahendra menajamkan matanya.
"Tidak adil jika seperti ini" ucap Oktavia tersenyum kecut. Karena hanya dia saja yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Apa? Apanya yang tidak adil?" tanya Fino dan Mahendra tak mengerti.
"Kalian berdua tidak adil kenapa kalian berbicara dengan bahasa khas daerah kalian dan aku yang tidak mengerti apa yang baru saja kalian bicarakan! Kalian tidak berusaha mencekakaiku kan?" tanya Oktavia sedangkan Fino tertawa renyah karena menganggap dia tengah merencanakan sesuatu padanya. Padahal Fino kesal karena ulah Mahendra yang menjitak nya hingga dia tidak fokus menyetir.
Sedangkan seorang pria marah karena anak buah yang sengaja ia suruh untuk mengintai Kosim gagal membawa Oktavia.
"Brengs*k!!!!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments