Sekar Taji

Khon melihat dari kejauhan dia tidak mau mengganggu Mahendra dan Oktavia.

Khon keluar untuk melihat keadaan ia takut jika perempuan itu bisa datang dengan tiba-tiba membunuh Oktavia dengan sihirnya.

Tak berselang lama Mahendra keluar dari ruangan dan melihat Khon yang berjaga di luar.

"Tolong jaga dia,"

"Memang dari dulu tugasku menjaga dia, apa tidak sebaiknya kau tetap di sini aku takut jika penyihir itu datang. Dia tidak mungkin mencekakaimu tapi bagaimana jika dia mencelakai Oktavia, sedangkan kekuatanku masih belum setara dengan penyihir perempuan yang sangat mengidolakan sosok dirimu.

"Ais.... dia pasti sudah berumur ratusan tahun, ah enggak mau..." Khon terkekeh mendengar jawaban Mahendra.

"Emangnya kau mau kemana?" tanya Khon.

"Aku mau menemui Sekar Taji." Khon segera menghilang dari hadapan Mahendra. kenapa dia lupa jika kekuatan Sekar Taji jauh lebih hebat dari pada Penyihir itu.

"Kenapa dia yang menghilang sih, apa yang ia rencanakan?" Mahendra mengurungkan niat, ia takut jika ucapan Khon benar-benar terjadi.

Mahendra masuk ke dalam ruangan, ia mengedarkan pandangan nya ke arah gadis yang masih tidur. Ia tidak mau membangunkan gadis itu. Rasanya ia sangat bersalah karena mengacuhkan dirinya dan bahkan berniat meninggalkan dirinya. Kenapa dia bisa lupa jika niat awal ia membebaskan Oktavia adalah untuk menikahinya dan sekarang ia harus menunggu sampai Oktavia benar sehat namun ia kembali berpikir bagaimana caranya pasti Oktavia memerlukan banyak waktu untuk memulihkan keadaannya tapi waktu Oktavia tidaklah sebanyak itu.

"Aku harus mencari cara lain agar Oktavia bisa pulih, apa aku bicara pada Khon saja tapi bagaimana jika dia tidak mau perduli? tapi bagaimana pun pasti Khon mau membantu ku .... Ah bingung..."

Seminggu telah berlalu Mahendra tidak mau mengambil resiko jika kejadian yang menimpa Oktavia terulang kembali dan orang itu berniat mencelakai Oktavia maka jelas saja ia akan mati konyol dan semua orang pasti tidak akan tau penyebabnya.

Mahendra sudah sampai di rumah, Mahendra tidak mau jika seseorang ikut campur untuk menjaga dan merawat Oktavia. Ya untuk masalah kantor dia menyerahkan sepenuhnya di tangan adiknya Fino. Biar kapok tuh anak enggak ada liburan.

Mahendra terlihat celingukan bagaimana bisa Khon pergi seminggu lebih dan tidak menghawatirkan Oktavia, apa yang sebenarnya ia lakukan di luar sana!

Para pelayan telah menyiapkan apa yang di minta Mahendra. Ia memindahkan kamar Oktavia yang terletak di lantai dua menjadi lantai dasar. Dan selama proses penyembuhan tidak ada yang boleh mendekati Oktavia sebelum mendapat izin darinya.

Mahendra menggendong Oktavia. Oktavia masih belum bisa menggerakkan tubuhnya jadi Mahendra dengan sabar merawat Oktavia. Apalagi jika Oktavia berlama-lama tinggal di rumah sakit maka musuhnya akan dengan mudah mencelakai Oktavia. Hal itulah menjadi alasan mengapa Mahendra ingin merawat Oktavia di rumahnya saja.

"Dengar.... tidak ada yang boleh mendekati Oktavia tanpa seizin dariku," para pelayan mengerti dan membubarkan diri.

Mahendra membaringkan tubuh Oktavia di ranjang, Oktavia tidak bisa memberontak dia sangat pasrah dengan perlakuan Mahendra yang di rasa berlebihan. Kenapa dia jadi perhatian? Itulah yang dia pikirkan.

"Istirahatlah aku akan keluar sebentar," Fino terkekeh dari balik pintu.

"Rene....!" ucap Mahendra melambaikan tangan meminta agar Fino mendekat.

"Opo mas?"

"Tunggoni sek," ucap Mahendra meminta untuk menunggu sampai dirinya kembali.

Ia menghembuskan napas kasar. Fino duduk memandang lekat mata Oktavia.

"Mas ku jadi protektif banget sama kamu, padahal dia ketus banget, songong, sombong, cuek dan gara-gara kamu dianya jadi rada perduli ya walau bukan sama sembarangan orang pastinya. Tapi aku merasa dengan adanya kamu di sisinya dapat membuatnya menjadi lebih bucin dari sekarang."

"Aku takut jika tiba-tiba saja Mahendra meninggalakan diriku karena aku sudah tidak berguna baginya! Aku saja tidak bisa membantunya dan sekarang aku menyusahkan nya, seharusnya dia mengembalikan diriku kepada ayah saja."

Fino melihat mata Oktavia yang meneteskan air mata.

"Kau kenapa? Kenapa menangis?" tanya Fino mencoba menenangkan Oktavia namun air mata Oktavia seakan tidak mau berhenti membuat Fino bingung harus berbuat apa. Jika masnya tau Oktavia menangis pastilah dirinya akan menjadi santapan empuk masnya.

"Jangan nangis dong, jika mas tau aku pasti di tuduh," lanjut Fino.

Oktavia bingung harus berbuat apa sekarang dia sudah menjadi gadis tak berguna dan sekarang harus meminta orang berbaik hati merawatnya.

"Okta... jangan nangis," ucap Fino. Mata Oktavia membulat seketika melihat ada bayangan dari balik korden.

"Udah ya jangan nangis lagi. Kasihan mas ku dia sangat menghawatirkan dirimu. Kau tau tidak ada yang berani mendekat denganmu karena mas melarang mereka, ia takut jika orang akan berniat jahat kepadamu." ucap Fino menjelaskan.

Sekar Taji sudah berada di gerbang utama menunggu Mahendra, Khon segera menemui Mahendra untuk membicarakan sesuatu mengenai Sekar Taji.

"Hen.... Keluarlah sebentar." ucap Khon pada Mahendra yang akan membuka pintu kamar.

"Khon! Dari mana saja kamu!"

"Nanti aku akan jelaskan, lebih baik kau itu saja denganku karena seseorang telah menunggumu di gerbang utama." jelas Khon.

Mahendra menurut,entah mengapa sejak Khon mengatakan sesuatu dan menjadi kenyataan sejak itulah Mahendra menjadi mempercayai Khon apalagi jika menyangkut Oktavia.

"Sekar Taji kau?" Sekar Taji tersenyum ia tau jika Mahendra akan terkejut dengan kedatangannya. Ya ini semua ulah si Khon siapa lagi.

Sekar Taji berjalan melewati Mahendra, Mahendra bertanya apa yang sedang Sekar tadi lakukan di sini, dan Sekar Taji pun menjelaskan jika kehadirannya di tengah tengah mereka semua untuk meluruskan. Dan ia merasa akan ada sesuatu yang berkaitan dengan Nyai Hitam suruhan pamannya Mahendra.

"Paman mu akan berulah lagi, dia sudah menumbalkan dirimu jadi aku datang kesini untuk memberitahukan semua itu tapi aku pun mempunyai tugas lain yang berhubungan dengan Oktavia. ini memang sulit untuk di jelaskan namun aku meminta agar aku diizinkan tinggal disini."

"Selama itu membuat Oktavia lebih aman apa salahnya." jelas Mahendra. Sekar meminta Mahendra agar tidak terpancing oleh pamannya.

"Oktavia... apa yang terjadi dengannya kenapa dia bisa sampai tertembak?" tanya Sekar.

"Dia menyelamatkanku, seharusnya mungkin aku yang berada di posisinya. Kenapa Oktavia tak memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Dengan bodohnya dia berlari memeluk tubuhku agar aku tidak tertembak."

Sekar menggeleng dan menepuk pundak Mahendra keras.

"Ternyata kau tidak peka!" sungut Sekar Taji.

"Aw... sakit..."

"Kenapa kau begitu bodoh hah! kenapa Oktavia sampai merelakan dirinya yang tertembak? Karena dia mencintaimu. Kenapa kau tidak paham dengan perempuan hah..."

"Kau ini penyihir atau ibu mertua sih, main pukul pukul orang aja!" ucap Mahendra dengan sedikit menaikan suaranya.

Sedangkan Khon melihat perkelahian mereka.

Jangan lupa like

komen

dan tinggalkan jejak ❤️❤️❤️

Episodes
1 Aura Kelam
2 Paranormal
3 Pergi Atau Kembali
4 Menemukanmu
5 Perjanjian
6 Dasar
7 Maaf
8 Keanehan
9 Kambuh
10 Kapan Pekanya?
11 Masih Belum Peka
12 Belajar
13 Panik
14 Terluka
15 Penawaran
16 Mimpi buruk
17 Air mata
18 Di culik
19 Bersekongkol
20 Sekar Taji
21 Pertengkaran
22 Bulan Purnama Terakhir
23 Jangan Lakukan Itu?
24 Sandara
25 Ibu
26 Anakku?
27 Dia?
28 Tiga penyihir
29 Penyihir Sandara
30 Dinata
31 Lucu?
32 Rencana
33 Terpancing
34 Rencana 2
35 Berhasil
36 Rencana Selanjutnya
37 Harus
38 Masa lalu
39 Cinta Pertama
40 Sudah Gila
41 Masa lalu 2
42 Masa lalu 2
43 Rencana
44 Dia?
45 Jujur Atau Mati
46 Siapa Kau
47 Kalung Naga Merah
48 Taktik
49 Membebaskan Sandra?
50 Pengakuan
51 Tawanan
52 Syaina
53 Maaf
54 Manusia manusia
55 Wanita misterius
56 Kalista
57 Dua penyihir
58 Batu Kristal
59 Kristal
60 Cinta?
61 Apa Artinya?
62 Rasa Yang Sama
63 Dendam Yang Salah
64 Masa Lalu
65 Peri bunga
66 Peri Bunga Kecil
67 Siapa Kau?
68 Caranya?
69 Sisi Raja
70 Ratu
71 Khawatir
72 Dia???
73 Sihir
74 Dasar Mahendra
75 Balas dendam Ira
76 Vio dan Lina
77 Mencari Raja Serangga
78 Kekalahan Ira
79 Akhirnya
80 Ayah Ira
81 Salah Paham
82 Alasan Cinta
83 Kekhawatiran Dinata
84 Salting
85 Kecemasan Oktavia
86 Orang Asing
87 Celaka
88 Ingatan Nara
89 Kemesraan
90 Memasak
91 Batu
92 Ternyata
93 Ribut
94 Pesta Pernikahan
95 Rencana Kalista
96 Terkejut
97 Perasaan Ali dan Suketi
98 Ayah
99 Keluarga Felyang
100 Amarah Sila
101 Lani
102 Adik??
103 Acara Aneh!
104 Penyatuan
105 Anak kecil
106 Arena
107 Takut
108 Terlalu Terbawa Suasana
109 Maaf
110 Jujur!
111 Bingung
112 Anak nakal ini
113 Salah paham
114 Bertanya-tanya
115 Pernikahan??
116 Kecurigaan
117 Tidak Yakin
118 Sudah jelas
119 Tidak Mungkin
120 Kenapa Dengan Lani??
121 Surat
122 Yang Sebenarnya
123 Ada Yang Salah
124 Demi Ali
125 Apa Salahnya?
126 Pakai Hati donk!
127 Rese
128 Marah?
129 Paman???
130 Silsilah keluarga
131 Dan Yang Sebenarnya
132 Rupanya
133 Cinta segitiga
134 Keras kepala
135 Okta Okta
136 Dasar nih anak
137 Monster Malam
138 Keras Kepala
139 Salah Sangka
140 Gegabah
141 Sial
142 Tolong lah!
143 Alasan
144 Mangga apa Mangga??
145 Laper apa doyan?
146 Memang
147 Ngeri
148 Rumah liliput
149 Lembah Hitam
150 Kok bisa??
151 Ajaib
152 Nah loh
153 Dia Mahendra!!
154 Putra dari Maharaja
155 Pengikut
156 Gawat
157 Dalang Yang Asli
158 Salah tempat
159 Salah Persepsi Membuat Pusing Sendiri
160 Putra Mahkota
161 Putra Mahkota bagian 2
162 Memangnya Harus???
163 Memangnya Harus Aku?
164 Tatapan Sinis
165 Singgasana Raja
166 Singgasana Raja bagian 2
167 Kemarahan Raja Kegelapan
168 Seekor peliharaan
169 Kurang Ajar
170 Warok Kuning
171 Ruangan Rahasia
172 Ibu
173 Keras Kepala
174 Obat Penawar
175 Dasar Paman
176 Harapan
177 Tidak Mengerti
178 Kembali
179 Mencari Tanaman Obat
180 Harus
181 Dia??
182 Baiklah
183 Tidak berpengaruh
184 Saudara Kembar
185 Sekedar Menyampaikan
186 Ale Rese
187 Apakah Perasaan nya Masih Sama???
188 Ibu ibu
189 Harusnya Yang Merasa Itu Aku?
190 Lebih Pintar Dong!
191 Pulang
192 Dasar Ale
193 Layang layang
194 Ale Ale
195 Makanan manusia
196 Kertas Bergambar
197 Ale Ale
198 Terkejut
199 Waktu berdua
200 Capter 1
201 Capter 1
202 Capter 2
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Aura Kelam
2
Paranormal
3
Pergi Atau Kembali
4
Menemukanmu
5
Perjanjian
6
Dasar
7
Maaf
8
Keanehan
9
Kambuh
10
Kapan Pekanya?
11
Masih Belum Peka
12
Belajar
13
Panik
14
Terluka
15
Penawaran
16
Mimpi buruk
17
Air mata
18
Di culik
19
Bersekongkol
20
Sekar Taji
21
Pertengkaran
22
Bulan Purnama Terakhir
23
Jangan Lakukan Itu?
24
Sandara
25
Ibu
26
Anakku?
27
Dia?
28
Tiga penyihir
29
Penyihir Sandara
30
Dinata
31
Lucu?
32
Rencana
33
Terpancing
34
Rencana 2
35
Berhasil
36
Rencana Selanjutnya
37
Harus
38
Masa lalu
39
Cinta Pertama
40
Sudah Gila
41
Masa lalu 2
42
Masa lalu 2
43
Rencana
44
Dia?
45
Jujur Atau Mati
46
Siapa Kau
47
Kalung Naga Merah
48
Taktik
49
Membebaskan Sandra?
50
Pengakuan
51
Tawanan
52
Syaina
53
Maaf
54
Manusia manusia
55
Wanita misterius
56
Kalista
57
Dua penyihir
58
Batu Kristal
59
Kristal
60
Cinta?
61
Apa Artinya?
62
Rasa Yang Sama
63
Dendam Yang Salah
64
Masa Lalu
65
Peri bunga
66
Peri Bunga Kecil
67
Siapa Kau?
68
Caranya?
69
Sisi Raja
70
Ratu
71
Khawatir
72
Dia???
73
Sihir
74
Dasar Mahendra
75
Balas dendam Ira
76
Vio dan Lina
77
Mencari Raja Serangga
78
Kekalahan Ira
79
Akhirnya
80
Ayah Ira
81
Salah Paham
82
Alasan Cinta
83
Kekhawatiran Dinata
84
Salting
85
Kecemasan Oktavia
86
Orang Asing
87
Celaka
88
Ingatan Nara
89
Kemesraan
90
Memasak
91
Batu
92
Ternyata
93
Ribut
94
Pesta Pernikahan
95
Rencana Kalista
96
Terkejut
97
Perasaan Ali dan Suketi
98
Ayah
99
Keluarga Felyang
100
Amarah Sila
101
Lani
102
Adik??
103
Acara Aneh!
104
Penyatuan
105
Anak kecil
106
Arena
107
Takut
108
Terlalu Terbawa Suasana
109
Maaf
110
Jujur!
111
Bingung
112
Anak nakal ini
113
Salah paham
114
Bertanya-tanya
115
Pernikahan??
116
Kecurigaan
117
Tidak Yakin
118
Sudah jelas
119
Tidak Mungkin
120
Kenapa Dengan Lani??
121
Surat
122
Yang Sebenarnya
123
Ada Yang Salah
124
Demi Ali
125
Apa Salahnya?
126
Pakai Hati donk!
127
Rese
128
Marah?
129
Paman???
130
Silsilah keluarga
131
Dan Yang Sebenarnya
132
Rupanya
133
Cinta segitiga
134
Keras kepala
135
Okta Okta
136
Dasar nih anak
137
Monster Malam
138
Keras Kepala
139
Salah Sangka
140
Gegabah
141
Sial
142
Tolong lah!
143
Alasan
144
Mangga apa Mangga??
145
Laper apa doyan?
146
Memang
147
Ngeri
148
Rumah liliput
149
Lembah Hitam
150
Kok bisa??
151
Ajaib
152
Nah loh
153
Dia Mahendra!!
154
Putra dari Maharaja
155
Pengikut
156
Gawat
157
Dalang Yang Asli
158
Salah tempat
159
Salah Persepsi Membuat Pusing Sendiri
160
Putra Mahkota
161
Putra Mahkota bagian 2
162
Memangnya Harus???
163
Memangnya Harus Aku?
164
Tatapan Sinis
165
Singgasana Raja
166
Singgasana Raja bagian 2
167
Kemarahan Raja Kegelapan
168
Seekor peliharaan
169
Kurang Ajar
170
Warok Kuning
171
Ruangan Rahasia
172
Ibu
173
Keras Kepala
174
Obat Penawar
175
Dasar Paman
176
Harapan
177
Tidak Mengerti
178
Kembali
179
Mencari Tanaman Obat
180
Harus
181
Dia??
182
Baiklah
183
Tidak berpengaruh
184
Saudara Kembar
185
Sekedar Menyampaikan
186
Ale Rese
187
Apakah Perasaan nya Masih Sama???
188
Ibu ibu
189
Harusnya Yang Merasa Itu Aku?
190
Lebih Pintar Dong!
191
Pulang
192
Dasar Ale
193
Layang layang
194
Ale Ale
195
Makanan manusia
196
Kertas Bergambar
197
Ale Ale
198
Terkejut
199
Waktu berdua
200
Capter 1
201
Capter 1
202
Capter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!