Di Suatu tempat yang tidak diketahui...........
Terlihat seorang berpakaian hitam dengan lambang naga dan burung yang berkelahi sedang membungkuk pada seorang pemuda yang mengenakan baju merah dengan lambang yang sama juga. Pemuda itu memiliki wajah yang tampan, namun memiliki tatapan yang sombong dan arogan.
"Lapor tuan muda. Beberapa waktu yang lalu kami mengetahui bahwa ada seseorang yang memiliki nama dengan target 10 tahun yang lalu. Sampai saat ini kami masih belum dapat mengetahui apakah orang tersebut sama dengan target 10 tahun yang lalu. Kami saat ini menunggu perintah lebih lanjut dari tuan muda."
Pemuda itu mendengarkan laporan anak buahnya dengan tatapan malas dan tak peduli.
"Bunuh"
Pemuda itu mengeluarkan satu kata dengan tatapan dingin.
Ia bahkan tidak repot-repot mencari tahu apakah orang tersebut sama dengan target 10 tahun yang lalu.
Lelaki berpakaian hitam itu menyatukan tangannya, kemudian ia mundur dan menghilang.
------------
"Jadi Xika, kau sudah mendapatkan elemen pertamamu. Selanjutnya elemen apa yang akan kau 'kenali'?"
Mendengar perkataan Huo Bing, Xika mulai berpikir.
Aku sudah memiliki elemen angin, yang berarti aku dapat kabur dengan mudah bila ada bahaya. Sekarang yang aku butuhkan adalah serangan. Aku mungkin dapat kabur dari musuhku, tapi aku tidak dapat mengalahkan mereka.
"Emm...... Sepertinya aku memilih elemen api. Apa kau tahu tempat yang penuh dengan unsur api?"
"Elemen api? Pilihan yang bagus. Kau tidak perlu pergi. Kita dapat melakukannya sekarang juga."
"Tunggu. Apa maksudmu tidak perlu pergi? Dan apa maksudmu 'kita'?"
"Hehehehe...... Kau lupa aku ini siapa? Aku ini Huo Bing yang memiliki darah Phoenix dan Cygnus. Phoenix yang memiliki api abadi. Kali ini beda kasus dengan sebelumnya. Kau tidak perlu mencari tempat yang penuh dengan elemen api. Kau dapat berkomunikasi dengan api melewati diriku"
Xika memiliki pandangan bingung mendengar perkataan Huo Bing.
"Nggg.... Aku mengerti penjelasanmu. Tapi ada satu yang tidak kumengerti. Kau ini kan sudah mati, bagaimana bisa kau masih memiliki elemen api?"
".........."
Huo Bing diam tak tahu harus menjawab apa. Setelah dipikir beberapa kali, pertanyaan Xika cukup masuk akal. Ia sendiri pun tak mengetahui mengapa dirinya masih dapat mengeluarkan elemennya dalam wujud jiwa.
"Itu..........
adalah rahasia kehidupan...."
Setelah diam selama beberapa saat Huo Bing menjawab dengan asal.
Mendengar perkataan Huo Bing, Xika semakin bingung.
"Sudahlah jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita mulai saja. Tapi sebelum itu kau harus mencari tempat yang cukup sejuk."
Xika berpikir sebentar.
Tempat yang sejuk.
Akhirnya pilihan Xika jatuh ke Diamond Shake lagi.
Bagaimanapun juga Diamond Shake merupakan gunung yang memiliki hutan yang cukup rimbun. Tempat itu memiliki pohon yang berdaun tebal sehingga cukup untuk menghalangi sinar matahari.
Kemudian Xika pergi dengan Huo Bing ke Diamond Shake.
Saat ini Fa Diala sedang dalam perjalanan ke kota sebelah untuk berdagang. Ia pergi cukup lama kali ini, mungkin bisa sampai seminggu. Jadi Xika dapat pergi dengan santai.
Kali ini mereka pergi ke area dalam. Menurut Huo Bing, area tengah sudah cukup, tidak perlu sampai area inti, yang penting cukup sejuk.
Xika duduk di bawah pohon-pohon yang rimbun.
"Jadi? Apa yang harus kulakukan?"
"Aku akan mengalirkan elemen apiku. Cobalah untuk merasakannya dan terlebih, mengenalinya"
Xika mengangguk.
"Sedikit saran, ingatlah perkataanku ini. Berhati-hatilah dengan api, api memang hangat tapi jangan terlalu dekat, karena kau akan terbakar bila terlalu dekat"
Setelah mengatakan kalimat membingungkan itu, Huo bing tidak bicara apa-apa lagi. Meninggalkan Xika yang kebingungan sendiri.
Xika mencoba memikirkan kalimat itu selama beberapa saat.
Akhirnya ia menyerah memikirkan kalimat itu dan mencoba fokus pada elemen api Huo Bing.
Ia menutup matanya dan mulai merasakan baik-baik kondisi tubuhnya.
Perlahan-lahan ia merasakan sensasi hangat di sekitar perutnya.
Ia mencoba merasakan sensasi itu lebih dalam lagi.
Perlahan-lahan, sensasi hangat itu berubah semakin panas dan akhirnya Xika kehilangan fokusnya.
Ia membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sudah basah oleh keringat, padahal tempat ini cukup sejuk dan sedikit dingin.
Xika mengingat-ingat kembali sensasi yang ia rasakan.
Awalnya berupa perasaan yang hangat, seperti seorang sahabat sehidup semati. Kemudian perasaan hangat itu berubah menjadi semakin panas seperti pertengkaran antara sahabat. Dan kemudian....
Ia kehilangan fokus.
Ia kehilangan fokus sampai di bagian itu. Tanpa disadari, Xika mulai mengerti 'perasaan' api dan 'mengenalnya'.
Ia mengulangi kembali apa yang ia lakukan sebelumnya.
Pertama-tama, sensasi yang hangat. Kemudian kehangatan itu berubah semakin panas dan mulai membakar tubuh Xika. Tapi kali ini Xika tidak kehilangan fokus. Ia berusaha bertahan dan mencoba memahami 'perasaan' api itu.
Dari kehangatan seorang sahabat, kemudian berubah menjadi api pertengkaran, hingga sahabat itu berpisah.
Saat itu Xika merasakan perasaan yang sangat akrab. Perasaan yang dimilikinya selama 10 tahun, sebelum ia bertemu dengan Huo Bing.
Perasaan kesepian.
Ya. Benar.
Api itu kesepian.
Pada awalnya ia bersikap hangat pada orang-orang yang dekat dengannya. Kemudian, saat ia mencoba lebih dekat, orang-orang mulai menjauhinya karena tidak tahan dengan dirinya.
Api membutuhkan seseorang yang tahan dengan dirinya, seseorang yang mengerti dirinya, seseorang yang akan bersamanya tidak peduli meskipun ia terbakar.
Tanpa Xika sadari tubuhnya terbakar dari atas sampai bawah. Orang yang melihatnya akan mengira dia sudah mati atau sudah mati. Tapi Xika tidak merasakannya sama sekali.
Baiklah! Kalau yang kau inginkan adalah teman yang menerima dirimu dan mengerti dirimu, akan sealu bersama tidak perduli bagaimana dirimu, maka aku bersedia menjadi temanmu.
Kobaran api di tubuh Xika semakin besar.
Perlahan-lahan, api di tubuh Xika berubah menjadi warna biru dari yang sebelumnya oren.
Kobaran api itu bertahan selama beberapa saat, kemudian padam secara tiba-tiba.
Kali ini juga, Xika mengeluarkan suara aneh yang terdengar seperti erangan, namun berbeda dengan yang sebelumnya.
Perlahan, Xika membuka matanya.
Ia menyadari bahwa bajunya terbakar habis dan ia tidak memiliki satu benangpun di tubuhnya.
Ia segera mengambil pakaian dari cincin spasialnya dan mengenakannya.
Sekarang di bola matanya terdapat dua buah simbol. Bola matanya terbagi menjadi dua bagian, bagian kanan berupa simbol angin sedangkan bagian kiir berupa simbol api.
"Selamat"
Kali ini Huo Bing tidak mewujudkan bentuk fisiknya. Entah karena apa, mungkin karena tidak ingin Xika melihat ekspresinya.
"Ya...."
Namun samar-samar, Xika merasakan ada yang berbeda dengan Huo Bing.
"Barusan itu...... perasaan api atau........
Perasaan Huo Bing?"
"Ayo kembali"
"Ya" Huo Bing hanya menjawab singkat.
Xika sedang tidak berniat melatih elemenya dulu. Tidak dengan suasana seperti ini.
Sepanjang perjalanan mereka berdua diam tidak berbicara sepatah katapun. Ini sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Biasanya, mereka akan berdebat terus tidak peduli tempat dan waktu, namun kali ini benar-benar hening tanpa ada sepatah katapun dari mereka berdua.
Perjalanan itu diisi dengan sebuah perasaan.
Kesepian.
Meskipun mereka berdua, tapi mereka merasakan kesepian yang teramat sangat.
Xika yang tidak bisa berkultivasi, dikucilkan oleh teman sebayanya, tidak ikut menghinya pun sudah cukup baik. Ia tidak pernah memiliki teman, bahkan seorang pun. Huo Bing lah teman pertamanya. Entah sejak kapan, perasaan curiganya hilang. Ia benar-benar menganggap Huo Bing temannya.
Huo Bing yang sepanjang hidupnya diburu terus-menerus tanpa henti, hanya pernah memiliki seorang teman.
Pernah.
Huo Bing yang masih muda saat itu sedang menikmati hidupnya di alam liar. Kala itu, Huo Bing merupakan penguasa di sebuah hutan.
Tiba-tiba sebuah tombak yang terbuat dari api terbang menuju dirinya.
Sesaat sebelum tombak itu mengenai dirinya, sebuah elang terbang dengan cepat di depannya.
Elang itu berkata 'ikuti aku'.
Huo Bing berpikir dengan cepat apa yang harus ia lakukan. Ia mungkin bisa saja menghindari tombak itu, namun ia tidak mengetahui dari mana tombak itu berasal dan seberapa kuat penyerangnya.
Akhirnya Huo Bing memilih untuk mengikuti elang itu.
Jujur saja, itu merupakan pilihan yang cukup sulit mengingat Huo Bing yang memiliki harga diri yang tinggi diminta untuk mundur dan menyerahkan tempat kekuasaanya. Namun yang berperan paling besar dalam pilihan itu adalah..... elang itu memiliki paras yang cukup menawan.
Penyerang Huo Bing tidak mundur melainkan mengejar Huo Bing.
Berkali-kali Huo Bing hendak berhenti dan bertarung dengan pemburu itu, namun ia dihentikan oleh elang itu dengan tatapan yang cukup untuk meluluhkan hati.
Setelah bebas dari kejaran pemburu itu mereka baru mulai berkenalan secara resmi. Di pelarian mereka sebelumnya mereka hanya menggunakan kata kata seperti kau, burung besar dan lain-lain.
Elang itu bernama Gu Xun. Nama yang cocok dengan dirinya mengingat bulunya yang sangat merah diselingi sedikit warna putih.
Sejak saat itu, Gu Xun selalu bersama dengan Huo Bing.
Mereka melarikan diri dari kejaran pemburu bersama.
Perlahan-lahan, Huo Bing mulai memiliki perasaan dengan Gu Xun, begitu juga dengan Gu Xun.
Keduanya sama-sama tidak mau mengaku. Gu Xun yang malu dengan Huo Bing yang memiliki harga diri tinggi.
Namun, mereka tidak pernah mengungkapkan perasaan mereka.
Saat keduanya mulai menyadari perasaan yang dimiliki satu sama lain, semuanya sudah terlambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
dafit putri
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-01-09
0