Gu Xun, Elang muda berwarna merah dominan, saat ini sedang jatuh cinta pada Huo Bing, separuh Phoenix separuh Cygnus. Mereka berdua saling mencintai, tapi keduanya tidak pernah tahu perasaan masing-masing.
Benar. Tidak pernah tahu. Tidak pernah.
Saat itu Huo Bing dan Gu Xun sedang makan malam.
Tiba-tiba sebuah tombak yang terbuat dari api seperti yang terakhir mengejarnya muncul dan menargetkan Huo Bing lagi.
Huo Bing yang sedang menikmati makan malamnya marah karena diganggu. Ia mengepakkan sayapnya dan menangkis tombak itu.
"Sialan! Kau lagi! Apa yang kau mau dariku sebenarnya? Apa hidupmu hanya untuk mengganggu hidup orang lain? Dasar sialan!"
"Hu-Huo Bing....." Gu Xun yang mulai menyadari situasi memanggil Huo Bing, takut dia akan bertindak sembarangan.
"Hehehe......"
"Apa mauku? Kepalamu tentu saja. Berani juga kau kali ini, mengingat terakhir kita bertemu kau langsung melarikan diri sebelum diriku sempat memburumu"
Sesosok lelaki yang mengenakan jubah hitam dengan lambang burung dan naga yang bertarung keluar dari bayang-bayang pohon.
"Dengar ya monyet sialan. Aku tidak pernah takut ataupun lari darimu. Mengerti? Tidak pernah" kata Huo Bing yang mulai merasa curiga dengan kata 'memburu' namun masih berusaha tenang.
"Benarkah? Bagaimana kalau sekarang?"
Pria itu menjentikkan jarinya kemudian sekitar 20 orang muncul dari balik bayang-bayang pohon. Semuanya mengenakan pakaian hitam yang sama dengan lambang burung dan naga yang sedang bertarung seperti milik pemimpin mereka.
Melihat dirinya tiba-tiba dikepung, Huo Bing hanya bisa diam ketakutan.
"Hehehe.... Sepertinya kata-katamu beberapa saat yang lalu tidak berlalu lagi"
"......" Huo Bing hanya diam tak menjawab meskipun Gu Xun memanggilnya beberapa kali
"Hehehe.... Serang dia, tapi secara perlahan. Kita buat dia merasakan arti dari kata TAKUT!"
Pria berjubah hitam itu tertawa dengan dingin.
Para bawahan pria itu melemparkan beberapa serangan yang tidak cukup untuk membunuhnya tapi cukup untuk membuatnya tersiksa.
Semua serangan diterima Huo Bing tanpa bergeming sedikitpun mulai dari pukulan, tendangan, pedang, dan tombak.
Serangan terakhir berupa tombak api sukses menjatuhkan Huo Bing.
Pria berjubah hitam itu memperhatikan Huo Bing dari atas sampai bawah.
"Hehehe.... Sepertinya dia sudah putus asa. Habisi dia."
Memang, kondisi Huo Bing saat itu cocok digambarkan dengan kata putus asa. Tubuhnya hanya berbaring tak berdaya dengan luka disekujur tubuhnya dan pandangannya yang kosong.
Para bawahan pria itu mulai mengeluarkan serangan pamungkas mereka yang sangat berbeda dibanding serangan sebelumnya.
"HUO BING!!!"
Tubuh Gu Xun bergerak sendiri menjadi perisai hidup bagi Huo Bing.
"!!!"
Mendengar teriakan Gu Xun, cahaya mulai berkumpul di mata Huo Bing. Ia mulai menyadari keadaan sekitarnya, dan ketika ia melihat tubuh wanita yang ia cintai terbaring tak berdaya dengan luka di seluruh tubuhnya, amarah mulai mengisi hati Huo Bing.
Tubuhnya bergetar menahan amarah, terhadap musuhnya, juga terhadap dirinya sendiri.
Huo Bing bergerak secepat yang dia bisa untuk menyelamatkan Gu Xun, namun sayang takdir berkata lain
"Black Thunder"
Sebuah petir hitam menyambar tubuh Gu Xun yang sudah tak berdaya.
Sebuah serangan yang sukses merengut nyawa Gu Xun, wanita yang ia cintai.
Waktu seakan melambat. Amarah menguasai dirinya.
Setelah itu Huo Bing tidak ingat apa-apa lagi.
Tahu-tahu ia sedang duduk dengan setumpuk mayat disekitarnya, termasuk mayat pria berjubah hitam yang tadi membuanya takut.
Tubuhnya penuh dengan luka, tapi bukan itu yang membuat air matanya mengalir tanpa henti.
Di dekatnya terbaring mayat seekor elang dengan bulu putih dominan merah dengan senyum tulus dan air mata yang mengalir. Namun tubuh itu kini berwarna hitam gosong tersambar petir.
Gu Xun mati dengan senyum yang tulus dan air mata yang mengalir di wajahnya yang rupawan.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"
Huo Bing selalu menyalahkan dirinya karena peristiwa itu.
Sejak saat itu, Huo Bing tidak pernah merasa takut lagi. Sekuat apapun musuhnya, sebanyak apapun musuhnya ia tidak akan pernah takut lagi.
Tidak akan.
Tidak akan pernah.
Setelah peristiwa itu, Huo Bing tidak pernah punya teman lagi.
Sebagian alasan karena tidak ingin membuat orang ikut menanggung bebannya, sebagian lagi karena masih tidak rela dengan kepergian Gu Xun dan tidak menemukan penggantinya.
Sampai ia bertemu dengan Xing Xika, anak malang yang tidak bisa berkultivasi dan karenanya tidak memiliki teman. Huo Bing menemukan banyak kesamaan antara dirinya dengan Xika. Mungkin itulah yang membuat keduanya begitu dekat. Meskipun sering berdebat, tapi hubungan mereka jauh lebih dekat dibanding yang terlihat.
Ia sempat menguji Xika, untuk menentukan haruskah ia bersama dengan anak itu atau tidak.
Dan ia memutuskan untuk bersama dengan Xika.
Sejak Huo Bing bertemu dengan Xika, ia berjanji tidak akan membiarkan hal buruk terjadi kepada Xika.
Namun sayang, sekali lagi takdir berkata lain.
Sesampainya mereka di Shaking Card Clan, mereka disambut dengan pemandangan yang mengejutkan.
Sejauh mata memandang, yang bisa dilihat adalah pertarungan, mayat, dan lambang yang sama yang dilihat oleh Xika dan Huo Bing, lambang naga dan burung yang bertarung.
Di tengah pertarungan itu, Xika melihat sesosok pria paruh baya, pria yang telah mengasuhnya selama 10 tahun terakhir, pria yang telah ia anggap ayah keduanya, tengah bertarung dengan 5 orang.
1 tingkat Forming Qi 6, 2 tingkat Forming Qi 5 dan 2 tingkat Forming Qi 4.
Pertarungan antara Fa Diala dan 5 orang tersebut berlangsung seimbang. Hasil yang luar biasa mengingat Fa Diala kalah jumlah, terlebih ada 1 orang yang setara dengan tingkat kultivasi Fa Diala.
Sepertinya Earth Spirit Root yang dibawa Xika berperan besar dalam hal ini, tapi bakat Fa Diala juga memiliki peran yang tidak kalah dengan Earth Spirit Root.
BRUKK!!
Xika jatuh berlutut.
Kenangan akan peristiwa sepuluh tahun silam terputar kembali di kepalanya.
Peristiwa itu sama persis dengan pertarungan saat ini. Hanya tinggal beberapa saat sebelum tempat tinggalnya dibantai lagi.
Tidak.
Xika berdiri dan menyeka air mata yang entah sejak kapan telah menetes.
Ia tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi lagi.
ia berdiri dan mengamati situasi saat ini.
Shaking Card Clan tidak dalam posisi yang baik saat ini.
Pemimpin dari serangan ini adalah seorang pria dengan tingkat kultivasi Forming Qi tahap 8.
Pria itu sedang sibuk bertarung dengan pemimpin Shaking Card, Fa Daihai yang memiliki tingkat kultivasi Forming Qi tahap 7.
Pertarungan berlangsung berat sebelah. Sepertinya tidak akan lama lagi sampai Fa Daihai dikalahkan.
Namun Xika tidak peduli sama sekali dengan Fa Daihai.
Ia berlari menuju pamannya sekuat tenaga.
Xika segera melemparkan bola api dengan seluruh qi miliknya.
Serangan itu cukup melukai kultivator tahap 4 Forming Qi.
Dengan beberapa gerakan, Fa Diala berhasil menumbangkan kultivator itu.
Fa Diala menoleh dan menemukan anak asuhnya sedang berlari dan melempar batu ke salah satu lawannya.
Batu itu membuat kultivator tersebut terhuyung mundur beberapa langkah. Serangan yang cukup kuat mengingat perbedaan Xika dan kultivator itu sebesar 1 alam.
"XIKA! Syukurlah dia selamat. Apa yang kau lakukan di sini? Cepat pergi, di sini berbahaya"
"Tidak. Aku tidak akan mundur lagi. Aku akan berjuang bersama dengan paman. Aku tidak akan membiarkan paman menanggung semua beban sendirian lagi"
Fa Diala begitu tersentuh dengan perkataan Xika sampai ia hampir terkena tebasan salah seorang kultivator tahap Forming Qi. Beruntung Xika dengan sigap melempar batu dan menghentikan tebasan tersebut.
Fa Diala kembali fokus pada pertarungan setelah sekilas melihat pandangan mata Xika.
Pandangan yang tidak akan mundur apapun yang terjadi.
"Cari jarak yang aman baru bantu paman. Disini terlalu dekat"
Xika mengangguk mengikuti perintah Fa Diala.
Ia berlari menuju sebuah tempat yang agak tinggi dan memiliki semak-semak yang cukup rimbun untuk menutupi dirinya. Setelah yakin dirinya tersembunyi dengan baik, barulah Xika melempar batu untuk membantu pamannya.
Sesekali Xika akan melempar batu untuk membantu pertarungan-pertarungan yang kurang menguntungkan.
Mengapa tidak menggunakan qi lagi? Alasan sederhana. Qi nya habis. Hal itu wajar saja mengingat Xika hanyalah kultivator tahap Qi Gathering 1, tentu saja Xika tidak memiliki energi yang banyak. Meskipun qi nya habis, Xika masih memiliki tubuhnya. Selama ini, Xika selalu bertarung dengan para pengganggunya hanya dengan mengandalkan tubuh fisiknya. Ditambah, Xika memiliki puluhan dantian di tubuhnya yang semakin membuat tubuhnya kuat.
Dengan bantuan Xika, pertarungan mulai berjalan seimbang dari yang tadinya berat sebelah.
Xika akan berpindah tempat sesekali, takut dirinya ketahuan.
Namun sayang, tindakannya tidak membuatnya terhindar dari pusat perhatian.
Pemimpin serangan itu mulai memperhatikan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Sang M
dasar payah lakon lemah dancook. cerita apa, thor....
2024-02-25
0
dafit putri
👍👍👍👍👍
2022-01-09
0