Card Cultivation System
Desa Crucosyta, malam hari.
"Arggghhhhhhh"
"Hahaha, teriakan yang indah"
Slash!
Sebuah kepala menggelinding ke bawah.
Terlihat seseorang yang mengenakan pakaian hitam tersenyum. Ia lah yang membunuh pria malang tadi. Dengan ini, beres sudah tugasnya dan teman temannya.
"TIDAKKKKKK"
Ternyata belum semua penduduk desa ini mati, masih ada seorang anak yang berusia sekitar 5-6 tahun.
Terlihat tumpukan mayat disekitar anak itu. Mayat-mayat itu merupakan mayat dari para penduduk desa yang berusaha melindungi anak itu, namun gagal.
"PERGILAHH!! PERGI KALIAN!!!! PERGIIII!!!"
Seorang anak kecil yang mengenakan baju merah dan terlihat beberapa tahun lebih tua daripada anak tersebut tersenyum mendengar perkataan itu.
Sang anak berbaju merah berkata "Hei Sha, urus anak itu."
"Baik tuan muda."
Pembunuh yang dipanggil Hei Sha membungkuk hormat pada anat tersebut kamudia ia mendekati anak tersebut secara perlahan.
"Baiklah. Mari kita lihat apakah dirinya masih bisa berteriak setelah melihat- "
Pembunuh itu mengangkat sebuah mayat dan memotong kepalanya.
"-ini"
Bruk!!
Anak tersebut jatuh melihat pemandangan tersebut. Mayat yang kepalanya baru saja dipotong tadi merupakan salah seorang penduduk desa yang cukup dekat dengannya.
Melihat orang yang sebelumnya masih bisa bercanda tawa dengannya kini kepalanya tergeletak di dekat kaki dirinya merupakan sebuah pemandangan yang menakutkan.
"Hahahahaha"
"Hahahaha"
Melihat anak tersebut jatuh mengundang gelak tawa pembunuh lainnya. Sementara si anak berbaju merah hanya tersenyum sinis.
Ternyata pembunuh itu tidak sendiri, ia berkelompok dengan temannya, total 6 orang termasuk si anak berbaju merah tadi.
Salah seorang pembunuh yang menggunakan baju biru maju dan memegang pipi anak itu.
"Heh, mana teriakanmu tadi hah?"
PLAK!
Si biru menampar anak itu.
"Mana teriakanmu?'
PLAK!
"Hei aku bertanya.
Dimana-"
PLAK!
"-Teriakanmu-!'
PLAK!
"Tadi?"
PLAK!!
Anak itu hanya berlutut terdiam. Ia tidak bergeming dengan tamparan yang ia terima. Pandangan matanya kosong.
Salah seorang yang merupakan penduduk desa yang cukup dekat dengannya baru saja dibunuh. Lebih parah lagi kepala orang itu tergeletak tidak jauh darinya.
Salah satu pembunuh yang berbaju merah maju dan bertanya pada teman-temannya.
"Tuan muda, harus kita apakan anak ini?"
"Terserah" jawab si anak berbaju merah tidak peduli.
Mendengar perkataan anak tersebut, para pembunuh itu berdiskusi.
"Bagaimana kalau kita bermain?"
Salah seorang pembunuh memberi usul.
"Masing masing dari kita akan menyerangnya. Siapa yang berhasil membunuh anak itu lah yang akan menang"
Seseorang yang mengenakan pakaian hijau maju dan berkata.
" Ide bagus , aku setuju"
Begitu pula dengan si baju kuning.
" Aku juga"
Para pembunuh itupun dengan santai membuat hal yang keji terlihat seolah hal yang biasa, bahkan menyenangkan. Sementara si anak berbaju merah hanya diam tak peduli.
" Baiklah ayo kita mulai, aku pertama"
Segera lelaki berpakaian hitam itu mengambil sebuah batu dan melemparkannya pada anak itu.
Whushhhhhhhh
Sebuah batu mendarat dengan telak di kening sang anak. Segera, anak tersebut kehilangan kesadaran.
" Hei hei, bagaimana ini, baru 1 lemparan , masa sudah pingsan?"
" Kau melemparnya terlalu kencang"
" Apaboleh buat, kita gantung saja dia"
Kelompok pembunuh yang berjumlah 5 orang tersebut pun segera mendekati anak itu.
Saat si merah menarik bajunya, sebuah tangan melayang menuju mukanya.
BUAK!
Si merah terhuyung mundur.
"Sial, anak ini belum pingsan rupanya. Dia sengaja"
Anak tersebut menoleh ke kiri dan kanan, mencari harapan. Dan ia menemukannya.
Ia melihat seorang anak yang usianya tak jauh berbeda darinya, mengenakan pakaian mahal berwarna merah dengan lambang naga dan burung yang sedang bertarung.
Ia segera mendekati anak berbaju merah tersebut berharap mendapat pertolongan.
Namun, bukan pertolongan yang ia dapat, melainkan sebuah ucapan yang mengejutkan seperti petir di siang bolong.
"Jauhkan dia dariku" kata anak berbaju merah itu dengan tatapan jijk.
Mendengar perkataan tuan muda mereka, para pembunuh itu segera mengepungnya.
Anak tersebut yang seolah kehilangan harapan berteriak dan memukul pembunuh yang paling dekat dengannya.
"AHHHHHHHHHH"
Anak itu berteriak sekeras mungkin, tidak terima dengan nasibnya, bingung, sedih sekaligus sakit hati, melihat satu-satunya harapannya musnah.
Pukulan tersebut mendarat di wajah pembunuh berpakaian hijau.
BUAK!
"AHHHHHHHHH"
Lagi, si anak terus berteriak.
Pembunuh berbaju biru maju dan menendang dagu anak itu.
DUAKK!
Anak itu terlempar mundur.
"Payah kalian. Masa bisa kena serangan lemah seperti itu"
Meskipun anak itu mengerahkan seluruh kekuatannya, hal itu belum cukup untuk menghajar para pembunuh itu. Terlihat dua orang yang tadi dipukulnya kini berjalan mendekat seolah tak terkena apa-apa.
Hei Sha berjalan maju sambil mengangkat tangannya keatas.
"Yang tadi sepertinya kurang"
Swushhhh!
Awan mulai berkumpul di langit.
"Black Thunder"
Bersamaan dengan mengepalnya tangan pria itu, sebuah petir pun turun menyambar anak itu.
JLEGER!!
Bruk!
Kelihatannya anak itu benar-benar pingsan sekarang. Seluruh tubuhnya hitam, beberapa kali anak itu bergerak kejang kejang.
Bersamaan dengan hilangnya kesadaran, anak itu mengingat-ingat hal terakhir yang ia lihat, pembantaian, lambang naga dan burung yang bertarung, dan tatapan mati yang sangat dingin seolah dirinya tak layak hidup.
Pembunuh yang mengenakan baju hijau mengangkat kerah anak itu.
Ia menoleh dan berkata pada pembunuh berbaju hitam.
"Kau curang. Kau menyerangnya dua kali"
Namun Hei Sha diam saja tak peduli.
Melhat lawan bicaranya tidak peduli, pembunuh berbaju hijau itu juga tidak melanjutkan pembicaraan.
Ia kini menatap si anak.
"Cyclone Rage"
Telapak tangan si hijau kini dikelilingi angin yang membentuk ujung tombak.
DUAKK!
Sebuah pukulan mendarat tepat di perut anak itu.
Pukulan itu membuat perut anak itu terkoyak.
Si hijau membawa anak itu ke pohon terdekat, kemudian menggantungnya.
"Meteor-"
Sebuah meteor muncul di dekat kaki pria berbaju merah.
"-Shoot"
Ia menendang meteor tersebut.
DUAK
WHUSSHH
Meteor itu melaju kencang hingga akhirnya berhenti di dada anak itu.
DUAKKKK!!
Kini bukan hanya perutnya yang hancur, dadanya pun terluka parah.
Melihat serangan yang tadi cukup dekat dengannya membuat si hijau protes.
"Sialan kau hampir mengenaiku!"
Sedangkan si merah hanya bersiul tak peduli.
"Giliranku"
Si kuning kini melakukan pose aneh.
"Needle from Hell"
Ia melemparkan sebuah jarum tepat diatas pusar anak itu.
KRAK!
Si baju merah protes.
"Hei, kau mengenainya tepat di dantiannya. Itu curang"
Si baju kuning hanya tersenyum dan berkata
"Siapa cepat dia dapat"
Si baju biru maju.
"Baiklah. Biar kuselesaikan"
"Whirlpool Spear"
Sebuah tombak dari air yang ujungnya terus-terusan berputar muncul di tangan pria berbaju biru itu.
WHUSSSH!
Ia melemparkan tombaknya ke arah yang sama dengan serangan pria berbaju kuning sebelumnya.
DARRR!!!
Terdengar suara seperti ada yang pecah.
KRAK...
"Kau sengaja ya?"
KRAK...
"Aku yakin dia pasti sengaja"
BLARRRRR!!!
Terjadi ledakan besar diluar perkiraan kelompok itu.
Ledakan itu menghempaskan mereka berlima cukup jauh.
Mleihat ledakan itu, si anak berbaju merah pergi dengan diikuti pembunuh-pembunuh itu.
Pria berbaju hijau melihat tempat anak itu berada sebelumnya.
"Anak itu pasti sangat berbakat. Ledakan sebesar itu pasti berasal dari dantian yang besar. Sayang sekali"
"Apa kau yakin dia sudah mati?"
"Dengan ledakan sebesar itu?"
Pria berbaju biru balas bertanya.
Mereka saling menatap hingga akhirnya meninggalkan desa yang kini sudah hancur lebur.
------------------
Beberapa hari kemudian....
Terlihat seorang pria berusia paruh baya sedang berjalan menuju desa Crucosyta.
Ia hendak menemui sahabatnya yang tinggal di desa tersebut.
Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati pemandangan berupa sebuah tempat yang hancur lebur.
Tempat dimana desa sahabatnya tinggal seharusnya berada.
" Apa apaan ini? Siapa yang menghancurkan desa Crucosyta?"
Mendadak raut muka pria itu berubah sedih bercampur amarah.
Ia menelusuri tempat yang sudah hancur lebur itu. Berharap menemukan seseorang yang masih hidup.
Mudah mudahan saja masih ada beberapa orang yang bertahan hidup.
Tiba tiba ia melihat sebuah tangan dari bawah pohon. Tangan yang cukup kecil, mungkin pemiliknya hanyalah seorang yang berusia 5-6 tahun.
Pria paruh baya tersebut tidak berharap bahwa pemilik tangan itu masih hidup. Bahkan sebuah desa saja hancur apalagi seorang anak yang berusia 5-6 tahun?
Namun ia tetap mendekati pohon tersebut untuk melihat kondisi anak(yang dianggapnya sudah meninggal) tersebut.
Alangkah terkejutnya ia melihat tubuh anak tersebut masih utuh-meskipun dipenuhi luka, tapi tidak ada bagian tubuh yang hilang-apalagi ketika melihat muka anak tersebut.
"X-Xi ka, Xika, tidak salah lagi dia Xing Xika, anak sahabatku Xing Taiyang, apa yang terjadi pada mu Xika? Ja-jangan-jangan..."
Pria tersebut mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada xika namun mendadak mata xika terbuka
"...."
"Xi-Xika! Xika, kau tidak apa-apa? Ini aku paman Fa Diala, kau ingat aku kan?"
Xika tampak tak mendengar perkataan pamannya, ia hanya terdiam beberapa saat, dan akhirnya pingsan lagi.
Fa Diala segera membawa Xika kembali ke klannya-setelah memeriksa sekitar.
------------------
Fa Diala kembali teringat saat ia menyelamatkan Xing Xika. Sepuluh tahun telah berlalu, anak itu sudah besar sekarang, bulan depan ia akan resmi berumur 15 tahun.
Xika tumbuh menjadi anak yang memiliki pikiran yang cukup dewasa dibanding anak seusianya, hal itu dikarenakan Xika tidak dapat berkultivasi.
Ya, kejadian sepuluh tahun lalu sukses merengut kesempatan Xika untuk berkultivasi. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat hendak menyerap qi, Xika merasakan sakit yang teramat sangat.
Tabib mengatakan bahwa penyebab sakit yang dirasakannya dikarenakan dantian nya retak. Bila ia terus menyerap qi, besar kemungkinan dantiannya meledak dan hancur.
Mengetahui hal tersebut membuat Xika dan Fa Diala teramat sedih. Semenjak hari itu, Xika berhenti mencoba menyerap qi. Meskipun begitu, ia tetap tidak berubah, masih menjalankan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Tetap tertawa riang seolah tak ada apa-apa.
Namun teman-temannya yang lain tidak demikian. Mereka mengejek Xika karena tidak bisa berkultivasi. Beberapa bahkan memukulnya. Namun diam dan pasrah pada keadaan bukanlah sifat Xika.
Meskipun mereka lebih kuat dan lebih banyak, Xika tidak pernah mundur.
"Sekalipun aku mati, aku akan membunuh sebanyak mungkin musuhku" adalah prinsip hidup yang dipegang Xika.
Sekalipun ia terluka dipukuli anak-anak lain, ia tidak tinggal diam. Setidaknya setengah dari jumlah mereka terluka juga.
Karena tidak bisa berkultivasi, Xika dikucilkan oleh hampir seluruh anak sebayanya, sehingga membuat Xika tidak memiliki teman.
Waktunya ia habiskan untuk membaca buku di perpustakaan. Hal itu membuat Xika memiliki pengetahuan yang diluar anak seusianya.
Namun sayangnya, karena dirinya yang tidak mampu berkultivasi, ia tidak diijinkan menaiki lantai atas, ia hanya diizinkan memasuki lantai pertama-itupun dengan banyak tatapan sinis dan merendahkan. Meski begitu, Xika tetap sering membaca di perpustakaan.
Kecintaanya pada buku perlahan-lahan menarik hati penjaga perpustakaan. Kini setidaknya berkurang satu orang yang menatapnya dengan sinis. Selain pamannya, penjaga perpustakaan lah yang bersikap biasa pada Xika.
Selain perpustakaan, tempat yang paling sering dikunjungi Xika adalah gunung belakang klannya, Diamond Shake. Diamond Shake adalah gunung kekuasaan Shaking Card Clan, gunung itu cukup berbahaya, bahkan seorang kultivator tahap forming 7 dapat terbunuh jika tidak hati-hati.
Diamond Shake terbagi menjadi 3 bagian, daerah luar, daerah inti, daerah terlarang. Hanya para penatua tertinggi dari klan yang dapat memasuki daerah terlarang.
Tentu saja Xika hanya dapat memasuki daerah luar, bagaimana mungkin ia dapat bertahan hidup tanpa kultivasi di tengah sarang binatang buas seperti ini?
Siang ini, Xika tengah berjalan-jalan di gunung belakang klannnya, mencari tanaman-tanaman spiritual, yang mungkin bisa membantu kultivasi pamannya, atau paling tidak bisa menambah uang saku.
Ya, semenjak pamannya merawat dirinya, muncul banyak penolakan dari klannya sendiri, hal yang membuat Xika sedih. Karena itu ia berusaha membantu pamannya dengan mengumpulkan uang, walaupun sedikit, mungkin bisa membantu.
"Hm?"
"Apa itu?"
Saat tengah berjalan, Xika menemukan suatu hal aneh.
Ada mayat Ice Bear.
"Mengapa ada mayat Ice Bear disini? Bukankah Ice Bear merupakan Spirit Beast tingkat White-3 yang setara dengan kultivator tahap qi gathering 7? Ice Bear kan harusnya hanya terdapat di daerah inti"
Saat tengah mencari penyebabnya Xika merasakan sebuah aura mengerikan dibelakangnya.
"Hm?"
Saat menoleh Xika menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Seekor...
"3 Horn Winged Snake!!!!!!"
Xika segera berlari secepat mungkin. Ia berlari seperti orang gila, tidak peduli ke mana ia pergi, yang ia pikirkan hanyalah lari dari 3 Horn Winged Snake tingkat White-4 yang setara dengan kultivator tahap qi gathering 9.
"Pantas saja ice bear itu mati"
Xika menoleh kebelakang, dan menemukan ular itu sudah cukup dekat dengan dirinya.
Xika semakin mempercepat larinya.
Duaakkkkk!!!
Sialnya, ia tersandung akar pohon,dan terjatuh.
Saat hendak menoleh, Xika mendengar suara ular yang ia yakini sebagai suara ular yang mengejarnya tadi seolah tersiksa.
Saat ia menoleh, ia tidak menemukan apapun.
Tidak ada!
3 Horn Winged Snake yang mengejarnya tidak ada!
Xika memeriksa sekitarnya.
Hm? Dimana aku?
Saat tengah berlari dari kejaran 3 Horn Winged Snake, Xika lupa ke arah mana ia berlari. Tanpa sadar kini ia sudah di daerah inti.
Xika merasakan hal yang aneh, meskipun ia sedang di daerah inti, ia tidak menemukan satu hewan pun disini, 3 Horn Winged Snake yang mengejarnya pun tak terlihat seolah menghilang begitu saja.
"Mmmm, memang ular rasanya paling enak, meskipun hanya tahap White-4, tapi lumayanlah"
Mendadak Xika mendengar sebuah suara.
"Si-siapa itu?!"
Hening. Tak ada jawaban.
"Sepertinya hanya perasaanku saja" ucap Xika sambil mengelus dada.
"Manusia huh? Sudah lama sekali aku tidak bertemu manusia. Apa yang kau lakukan disini manusia?"
Terdengar lagi! Suara tadi bukan hanya perasaannya. Suara tersebut benar-benar nyata!
Xika agak ragu menjawab suara tersebut mengingat ia berbicara seolah sudah lama sekali ia melihat manusia, sepertinya ia bukan manusia. Terlebih kemungkinan mahkluk inilah yang membuat 3 Horn Winged Snake yang mengejarnya tersiksa.
"Salam, senior. Saya hanya tersesat, saya tidak bermaksud mengganggu senior, saya akan pergi segera. Permisi"
Xika tidak berani bersikap tidak sopan, ia juga tidak berani berlama-lama di tempat ini, namun saat ia hendak pergi...
"Tunggu!"
Deg!
Xika segera membungkukkan badannya dan menyatukan kedua tangannya.
"Senior! Mohon ampun jika junior berbuat salah, saya tidak bermaksud mengganggu senior, sungguh! Tolong biarkan saya pergi."
"Bagaimana kalau kau tidak dapat pergi?"
"Aku tidak mengerti maksud senior. Sampai jumpa"
Xika melemparkan sesuatu ke tanah dan mendadak kabut muncul.
Ia segera berlari secepat mungkin. Menjauh sebisa mungkin dari mahkluk tak dikenal itu.
BRUK!
Xika menabrak sesuatu.
"Apa ini?"
Ia mengulurkan tangannya meraba-raba. Tangannya menyentuh sesuatu. Lebih tepatnya sebuah dinding.
"Heh, tempat ini dipenuhi auraku, sehingga membuat tak ada satu hewan spiritual pun yang berani dekat dekat, kalau kau keluar dari tempat ini, kau tidak akan bertahan sejam pun, banyak hewan spiritual diluar sana siap untuk memangsamu, terlebih kau bukan lah kultivator, bukan, lebih tepatnya kau tidak bisa berkultivasi, kau hanyalah manusia cacat."
Sorot mata Xika berubah menyeramkan. Tidak bisa berkultivasi merupakan titik lemahnya. Meskipun ia sendiri seolah tidak peduli, tapi ia sebenarnya sangat iri dengan teman sebayanya. Dan suara itu dengan santai menghinanya membuat Xika marah.
"Aku bisa berkultivasi atau tidak bukan urusanmu!"
Nada suara Xika berubah, begitu juga dengan bahasanya, ia tidak peduli lagi dengan kesopanan.
Suara itu terkekeh sebentar, kemudian berhenti seolah menyadari sesuatu.
"Hm? Tunggu dulu...... Itu.... Begini.... Lalu...... Benar juga..... Ya! Bisa-bisa!"
Suara itu mendadak bicara sendiri. Terdengar seperti mencari cara untuk melakukan sesuatu.
Xika yang menyaksikan hal ini -walau tidak bisa dibilang menyaksikan karena ini hanya suara- hanya diam dengan alis mengkerut dan hati yang bertanya-tanya.
Selang beberapa waktu, suara itu akhirnya mengingat keberadaan Xika.
"Dengar nak, saat ini aku tidak mempunyai tubuh. Bahkan jiwakupun sangat lemah, sampai sampai aku harus menghisap energi mahkluk lain.
Dulu jangankan menghisap energi mereka, bahkan untuk berpikir menghisap energi mereka aku tidak akan sudi"
"?"
Alis Xika semakin mengkerut. Bingung karena suara itu mendadak bercerita. Namun ia tidak berani menganggu, sehingga diam saja.
"Aku merupakan hewan spiritual campuran yang sangat langka, banyak yang mengincar nyawaku, bahkan klan ibuku pun mengincarku. Aku akhirnya melarikan diri. Kedua orangtuaku ditangkap demi melindungiku"
"Apa yang kau bicarakan?"
"...... "
Suara itu terdiam sebentar.
Ia melanjutkan.
"Aku melihat sesuatu didalam dirimu, sesuatu yang akan membawaku kembali ke kejayaan masa lalu ku, bahkan lebih"
Xika mengernyitkan alisnya.
"Mungkin dulu 'sesuatu' yang kau lihat itu ada, namun sekarang sudah sirna. Dantianku retak, bila aku menyerap qi, dantianku akan meledak dam hancur, bagaimana mungkin aku bisa mengembalikan kejayaanmu di masa lalu.
"Dantian mu mungkin akan meledak. Tapi tidak hancur"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Nur Ngatemi
terjemahan juga yg lumayan amburadul kata katanya
2023-12-29
0
kc rahman
dilihat2 translet nie
2022-10-29
0
Adit Trisakti
masih Pantau....
2022-08-27
0