Jakarta, Indonesia. Bandara Soekarno Hatta, 12:40 Waktu Setempat.
Reyna Angelica, gadis cantik berusia 16 tahun keluar dari pesawat dengan menyeret koper kecil di tangan kirinya. Sementara tangan kanan dia gunakan untuk mengotak-atik ponselnya.
Di belakang, terlihat seorang wanita paruh baya beserta suaminya. Mereka membawa dua koper di tangan masing-masing. Dua milik mereka, dan dua lagi milik sang Nona yang menjadi alasan pasutri itu dipindah negarakan oleh sang majikan.
" Non, tunggu Bibi Non! ".
" Cepetan! ".
Sesampainya di luar bandara, Reyna masuk ke dalam mobil jemputannya. Di susul dengan pasangan pasutri paruh baya yang juga ikut menaiki mobil yang sama.
" Non, sudah mengabari Nyonya? " Tanya si Bibi di jok belakang.
Kedua pasutri itu memang orang Indonesia asli yang Bella bawa saat pindah ke New York dulu.
Dan sekarang, mereka sengaja Bella pulangkan. Selain memberi akses untuk bertemu keluarga, juga untuk menjaga putrinya selama di sana.
Reyna tumbuh di New York, bagaimanapun Bella melarang putrinya bergaul bebas, tetap saja Reyna mengenal yang namanya dunia luar.
Malah pernah sewaktu-waktu Reyna kepergok Marchel sedang merokok di pinggir jalan bersama teman-temannya.
Hal itulah yang menjadi pemicu besar Marchel memaksa putrinya untuk pindah ke Jakarta.
Arabella Sapitri, Ibu Reyna yang berdarah asli Indonesia. Dia menikah dengan Marchel Puth Alexander, pria keturunan barat yang pada akhirnya membawa Bella pindah ke negri asalnya saat Reyna berusia 3 tahunan.
Mereka membiarkan putri mereka sekolah di Jakarta karena ada sang Opa dan Oma yang tidak lain adalah kedua orangtua Marchel. Mereka menetap di Jakarta, dan di rumah merekalah Reyna akan tinggal!.
Reyna yang terduduk di samping supir menjawab tanpa menatap orang yang di ajak bicara.
" Waktu Indonesia sama New york beda jauh, Bi. Jam segini mereka tidur, Mybe! ".
Mobil mulai berjalan, membelah panasnya kota Jakarta.
Di tengah perjalanan, Reyna merasa gerah. Dia membuka alas penutup mobil dan menaikkan kaca mata hitam yang menutupi mata indahnya ke atas kepala.
" Denger gak aku mau dipindahin ke sekolah mana, Bi? Di New York aku udah masuk SMA, mungkin di sini baru mau awal semester. Jadi gak bakalan jadi murid baru 'kan aku? " Tanya Reyna menoleh ke belakang.
" Kalau masalah itu Bibi kurang tahu, Non. Tapi kemungkinan besar Nona akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Tuan Muda, ".
Reyna berdecak.
" Si anak kampung aja gak masalah SMA nya lanjut di sini. Lah gue? Kenapa harus ikut-ikutan pindah ke sini sih? Mana gak punya kenalan lagi di Indo. Ah.. Si Mommy, ngerepotin aja. " Gerutu Reyna kesal.
Si Bibi mengulum senyumannya mendengar gerutuan si anak majikan yang cantik jelita ini.
" Memang Non tidak rindu sama Opa, Oma, Tante dan Omnya? Tuan David aja betah di sini, mungkin lama-kelamaan Nona juga gak bakalan mau pulang seperti Tuan muda. " Ucapnya cekikikan.
David Alexander, Kakak laki-laki satu-satunya yang Reyna miliki. David memang sudah tinggal di Jakarta sejak SMP, dan kini Kakaknya telah menginjak kelas 12 SMA.
Tadinya kedua orangtua mereka membuat keputusan, jika David hanya akan sekolah tiga tahun saja di Jakarta, yaitu saat SMP. Dan kembali ke New York setelah lulus. Tapi David menolak, dia memilih melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Mungkin akan pulang saat kuliah nanti.
Untuk Reyna sendiri, memang sudah menjadi kesepakatan juga dia akan disekolahkan di Jakarta setelah lulus SMP.
" Ck, gini nih, punya orangtua beda Negara. Repotin anaknya, " Gerutu Reyna.
" Lagin kenapa Daddy mesti nikah sama Mommy sih? Perasaan di sana juga banyak yang cantik-cantik, ".
" Kalo Tuan tidak menikah dengan Nyonya, Non gak bakalan ada dong? " Celetuk si sopir.
" Diam! ".
--
Reyna berdecak kagum pada bangunan yang menjulang tinggi di depannya.
" Ck, sumpah.. Rumah Opa gede banget. Pantesan si anak kampung betah di sini, serasa jadi pangeran dia. " Gumamnya.
" Mari Non! Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda di ruang tengah! " Ujar si sopir.
Reyna mengangguk. Dia kembali menurunkan kaca mata hitamnya dan melangkah memasuki rumah besar yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di Jakarta.
" Assalamu'alaikum.. " Bukan Reyna yang mengucap salam, melainkan kedua pembantunya.
" Wa'alaikum sallam, Angel!! " Lyandra memekik senang melihat kedatangan cucu perempuannya.
Lyandra memeluk Reyna, yang langsung dibalas oleh yang dipeluk.
Meskipun bertahun-tahun tidak bertemu, tapi mereka sering bertukar kabar dan video call. Sehingga Reyna tahu bagaimana rupa keluarganya di Indonesia.
Bukan hanya Lyandra dan Alex, Reyna juga tahu wajah dari bibi-bibi, paman-paman, serta Kakek dan Nenek dari pihak Ibunya.
" How are you bule nakal? Daddymu cerita yah, tentang kenakalan kamu sama Oma. " Ucap Lyandra melepas pelukannya.
Tanpa melepas kaca matanya, Reyna menyengir.
" Gak nakal kok, asli. Angel cuma.. " Perkataan Reyna menggantung saat beberapa pemuda turun dari lantai atas.
" Anjim barbie, " Latah salah satu dari mereka saat melihat Reyna. Kakinya hampir saja keseleo saking terkejutnya.
Kening Reyna berkerut, terutama setelah mata dibalik kaca mata hitam itu menatap sosok yang agak familiar di matanya.
" Apa lo? Lupa, sama Kakak sendiri? " Sewot pria yang tidak lain adalah David, Kakak Reyna.
" Kakak?! " Pekik tiga pemuda yang bersama David.
" Vid, gila lo. Punya adik cantik bohay mencrang bukannya kenalin malah— ".
" Alah bacot, yuk turun! ".
Keempat pemuda dengan tampang di atas rata-rata itu turun menghadap Lyandra dan Reyna yang masih berdiri di tempat.
" Salim! " David menyodorkan tangan kanannya.
" Salim? ".
" Iya, salim. Cepetan! Cium tangan gue, ".
" Ogah! " Dengan santainya Reyna berjalan melewati David.
Sambil berjalan, dia berteriak:
" Opa mana Opa? Oppa... Oh Oppa? Mana sih si Opa? Opa?!! ".
Ketiga teman David melongo melihatnya.
" Gila, Vid. Adik lo durhakim bener, ".
" Bener. Mulutnya juga.. Rrrr savage, ".
" Astaga.. Cantiknya calon makmum gue.. " Celetuk yang lain.
Peletak!.
" Keranjang lo! " Semprot pria bertahi lalat di kening sambil menjitak kepala temannya.
" Tahu tuh si Erza. Calon makmum apanya, yang ada kabur dia saat malam pertama. Lihat mamass lo yang kurang mancreng, ".
" Rey!! " Teriaknya tidak terima.
Pria bernama Rey itu malah tertawa.
" Btw Vid, serius adik lo? " Tanya Rey pada David.
" Iya. Dia Reyna, yang waktu itu gue ceritain suka gigit. "
" Suka gigit ya? Yo wes lah.. Not problem kalo dia suka gigit. Malahan gue seneng, kalau dia main gigit-gigitan sama gue, asekk.. Di gigit vampir cantik, ".
Peletak!.
Jitakan kembali mendarat di kepala Erza, namun kali ini bukan Rey pelakunya, melainkan..
" Astaga Tarzan!! Lo mau kepala indah gue benyok apa? Tar kalo gak ada yang suka gue lagi gimana? ".
Arzan, pria yang dipanggil Tarzan itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
" Vin, aus gue. Ke dapur kuy! " Ajaknya.
" Alah.. Bilang aja lo mau lihat si bening, iya 'kan? " Tebak Erza sambil berjalan bersama yang lainnya.
" Tahu aja lo, " Cengir Arzan.
" Tuh, kan. Lo sama gue itu sama, " Ucap Erzan menggantung.
" Sama-sama aus yang bening! Ha ha.. " Ucap Keduanya bersamaan.
David dan Rey yang berjalan di belakang mereka hanya menggeleng kepalanya. Bukan hal aneh bagi mereka melihat tingkah somplak kedua temannya.
...Di dapur......
" Opa! " Reyna memeluk Alex yang sedang menyeduh kopi.
" Oh, Angel. Kau membuat Opa terkejut. Kamu datang, sayang? Apa kabar? " Alex berbalik memeluk cucu cantiknya.
" Baik, Opa. Opa sendiri bagaimana? Penyakitnya gak kambuh lagi 'kan? " Tanya Reyna sambil melepaskan pelukannya.
" Alhamdulillah, Opa sehat Nak. "
" Syukurlah, " Reyna tersenyum lega.
" Beres-beres gih! Kamar kamu di atas, yang bekas Onty Mikhayla. "
" Cih, sampingan dong sama si anak kampung. "
" Berhenti panggil gue anak kampung, bocah! " David datang dengan ajudannya.
Reyna berbalik, " Oh, ada ternyata. Opa, Angel beres-beres dulu ya? ".
Cup.
" Bye Opa!! ".
Saat Angel melewati jajaran pasukan David, secara tidak sengaja dirinya menginjak bekas pisang dan alhasil dia terseleo namun pada saat akan jatuh, sebuah tangan dengan sigap menahan punggungnya agar tidak terjatuh.
Hap.
Reyna menatap pria yang menolongnya, begitupun pria itu yang juga menatap gadis dalam pelukannya.
" Ck, bisa di lepas gak sih kaca matanya? Gue gak bisa lihat mata biru lo, cantik. "
Bruk!.
" Awh! " Reyna mendorong sang penyelamat sampai punggung Arzan menubruk tembok dekat wastafel.
" Jahat banget sih? Udah gue tolongin juga. Astaga... Pinggang gue.. ".
" Fttt.. Ha ha ha!! " David, Erza dan Rey tertawa menertawakan kemalangan Arzan.
Bukannya menang banyak, malah rugi banyak.
Reyna menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal, dia gelagapan saat menatap Arzan.
" So-sorry, gue gak sengaja. Opa, Angel ke kamar! " Sedetik kemudian, Reyna ngacir dari hadapan para pemuda tampan teman Kakaknya.
" Vid, adik lo pemenang sabuk hitam yah? Tangan kecilnya kuat banget, sampe gue kepentok tembok. Auh.. Sakit asli, " Keluh Arzan mengelus pinggangnya.
" Yakuza kali dia, ".
" Gak ada darah Jepang dalam silsilah keluarga gue, ".
" Iya, adanya juga darah gila. "
" Siapa yang gila? ".
" Elo, ".
" Erza!! ".
" Hey kalian, diamlah! David, bawa kopi Opa ke ruang tengah! " Lerai Alex.
" Baik, Opa. "
Setelah Alex pergi dari dapur, David membawa dua gelas kopi sambil menggerutu.
" Si Alex, nyuruh-nyuruh mulu bisanya. Mentang-mentang di sini gue numpang, ".
" Woi Vid, kewalat lo sama orang tua! lo mau di kutuk jadi maling semp*k, " Celetuk Erza.
" Maling kundang, pea! Bukan maling s*mpak. Seenak jidat lo ganti-ganti nama orang, " Ralat Arzan.
" Malin kundang, onta! Emang malin kundang nama orang? Perasaan nama batu deh, ".
Mendengar pertanyaan polos dari Rey, membuat David menggeleng.
" Hanya gue yang waras di sini, " Gumamnya.
--
Di balkon dekat kamar Mikhayla yang kini di huni Reyna, para pemuda gesrek yang sayangnya tampan itu sedang main game online bersama, dengan ditemani beberapa kaleng soda dan snack kacang.
" Vid, Vid, si Morgan gak lu invite bangkee! Wah.. Wah.. Berabe nih, koid gue kalo gini. "
" Sabar elah.. Gak on dia, " Balas David dengan mata fokus pada benda miring di tangannya.
Dred...
" Eh si monyett, lagi gini dia telpon. " Gerutu David melihat nama Morgan tertera besar di layar telpon.
" Loud speakerin! ".
" Oke, ".
Tut.
" Hallo, Mor. Di mana lo?! ".
" Yo, Hellow my best friend. Gue lagi ngasuh bocah, cepet pada sini! Adik gue berakk, ".
" Eh monyett, gue tanya serius juga ah! Gak asik lo njingg, ".
" Serius gue. Gak percaya lo? Ntar gue alihin panggilannya, ".
David menekan tombol hijau saat Morgan mengalihkan pada Video Call.
Dan yang pertama mereka lihat, adalah pantat bayi dengan banyaknya kotoran yang belepotan sampai ke betis.
" Anjirt tayi, MORGAN!! ".
_-_
Tbc!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ziana Abdullah
🤣🤣🤣sakit perut aku di buat nya
2022-11-06
0
maestuti dewi saraswati
oiii... pada hesrek semua😅😅
2021-09-09
1
Yetti Dimas
kereeenn
2021-08-24
1