Yuna datang ke kantornya lebih awal dari biasanya. "Pagi Julia, Pagi Ivy," Yuna menyapa dua resepsionis.
"Pagi Yuna. Tumben sekali kamu datang jam segini?" Yuna hanya membalas dengan menggosok hidungnya yang tidak gatal.
"Entah kenapa hari ini aku lagi semangat datang ke sini," bersamaan itu Alda keluar dari ruangan penulis surat dan melihat kehadiran Yuna.
"Kukira kamu datangnya satu jam lagi."
"Awalnya juga begitu," Yuna berjalan memasuki tempat kerjanya. Kini ia harus fokus dengan kerjaannya.
"Sudah ada pengunjung sebelum aku?"
"Belum. Baru aja buka," seketika Yuna menyadari sesuatu bahwa ia datang beberapa menit setelah kantornya dibuka.
Anna memasuki hall lantai 1 setelah kedatangan Yuna, tampaknya putri bangsawan satu ini sedang tidak baik-baik saja.
Ivy yang menyadari kondisi atasannya yang sedang tidak baik-baik saja menanyakan kepadanya, "Nona... Nona baik-baik saja, kah?"
"Yah... Lumayan..." balasnya dengan lemas.
"Mau saya buatkan teh?"
"Terima kasih, Ivy..." Julia menghampiri atasannya karena khawatir.
"Nona baik-baik sajakah? Kelihatannya nona sangat kelelahan."
"Ah... Benarkah? sepertinya begitu..." balasnya semakin lemas. Julia membawa Anna untuk duduk di sofa dekat meja resepsionis dan mengkipaskan atasannya menggunakan koran yang ia baca barusan.
Ivy tiba dengan membawa secangkir teh dan meletakan di atas meja. "Nona sebaiknya istirahat saja. Muka nona tampak kelelahan."
Anna menghela nafas berat. Sepertinya dirinya dibuat khawatir dengan dua anak buahnya. Ya gimana 2 hari dia masih kepikiran tentang ciuman yang mendadak dari lelaki itu.
Tentu saja selalu kepikiran sampai 2 hari berturut-turut. Ciuman pertamanya...
Ahh!! Tapi...
Ini, kan bukan tubuh dirinya, ngapain juga kepikiran hal itu sampai 2 hari setelahnya. Yang kepikiran itu tentang gimana caranya orang 'kuno' seperti Frans mengerti menggunakan selfie layaknya orang-orang di dunianya.
Ya tidak mungkin juga, kan itu semua rencana Tuhan? Semua orang yang di sekitarnya saja tidak tau tentang ponsel. Paling taunya cuman telepon kabel yang kuno yang kalau mencet tombol harus diputer dulu.
Dan juga pas dirinya mengecek foto-foto lelaki itu...
Dia benar-benar tau pose-pose anak-anak muda modern di dunianya. Melihat seperti itu, Anna semakin curiga dengan lelaki berambut pirang pucat itu.
"Nona Girdadez," panggil seseorang membuat tiga gadis tadi langsung menoleh ke arah asal suara tadi.
"Oh... Patrick... Ada... Apa...." Patrick sedikit kaget dengan bosnya yang tampak lemas, kemudian ia menjawab, "Ruang pemyimpanan surat yang akan dikirim atapnya bocor. Apa kita perlu dipanggil tukang untuk memperbaiki?"
"Kalau ada uang yang cukup, panggil tukang ke sini saja." dan langsung saja Anna langsung jatuh ke samping dia atas sofa.
"Nona... Lebih baik nona istirahat ke ruang istirahat, saja."
Ivy dan Julia membawa bosnya menuju ke ruang istirahat, sementara Patrick, sesuai perintah atasannya, dia langsung menghubungi tukang untuk memperbaiki atas yang bocor.
...****************...
"Uhmm? Apa ini-"
"Jangan sentuh!! Itu barang mahal!!" seru Justin membuat Cila yang hendak mengambil kotak kecil itu langsung berhenti bergerak beberapa saat, kemudian ia urungkan niatnya.
"M-maaff!!" Justin menghela nafas berat, ia mengambil kotak kecil itu dan memasukannya ke kantong celana.
Gara-gara kejadian 2 hari yang lalu, Cila harus diawasi oleh Justin ataupun Henry. Awalnya Henry, lelaki berambut biru tua itu menolak mentah-mentah dengan keputusan bosnya, tetapi dengan ancaman dari Anna, mau tidak mau Henry terpaksa menemani dan mengawasi gadis remaja tersebut.
"Aku dengar... Kamu berasal dari daerah sini, bukan?" tanya Justin memulai percakapan. Cila langsung menoleh sambil melotot kedua matanya. Pertama kalinya seorang pria yang suka irit kata dan pendiam ini mengajak obrolan.
Cila mengangguk dengan cepat. "Kamu tau alamat ini, kan?" Justin menujuk sebuah surat yang bertuliskan alamat kepada Cila.
"Aku tau!!" dengan semangatnya Cila mengajak rekannya mengikutinya menuju alamat yang ditanyakan oleh pria bertopi tersebut.
Ternyata alasan Justin dengan sukarela mengawasi Cila pada hari ini, karena kebanyakan surat yang ia antar kebanyakan dikirim ke distrik tempat Cila tinggal.
"Gimana kabarmu sebagai pelayan Keluarga Girdadez? Aku dengar nona muda sedang membangun bisnis, ya?"
Lucy mengangguk sekali. " Ahh... Tak terasa, ya... Waktu itu saat aku kerja di sana, nona benar-benar seperti iblis."
"Tapi sekarang dia sudah berubah. Dia sekarang jauh dewasa," teman Lucy mengangguk betul.
"Ngomong-mgomong... Selamat atas pernikahanmu," Lucy memberi selamat kepada temannya.
"Wahh... Kukira kamu tidak mendengar kabar kebahagianku, tapi makasih ya atas ucapan selamatnya."
Tiba-tiba Cila dan Justin memasuki sebuah restoran dan menghampiri seorang kasir langsung.
"Maaf, kami pengantar surat. Apakah Tuan Forst ada?"
"Ah! Itu saya," Justin menyerahkan surat kepada Tuan Forst, pemilik restoran tersebut.
"Terima kasih banyak- Oh! Ada Cila rupanya."
"Selamat siang Tuan Forst," sapa Cila dengan seperti biasanya, ceria.
"Sebelum kembali bekerja, kalian boleh makan siang di sini,"
"Eh? Benarkah?" Tuan Forst mengangguk dengan senang.
"Saya tau kalian sudah berkeliling sambil ngantarkan surat. Pasti capek."
"Terima kasih banyak," mereka berdua memutuskan untuk mencari tempat duduk dan mereka memutuskan untuk duduk di dekat jendela.
"Tuan Forst memang baik, ya..."
"Memang beliau baik banget. Saking baiknya aku selalu sungkan kalau beliau menwarkan sesuatu kepadaku bahkan keluargaku."
Di sisi lain, Lucy yang berada di tempat yang sama terkejut melihat Justin dan Cila duduk di dekatnya.
"Lucy," panggil temannya membuat Lucy langsung mengalihkan ke arah temannya.
"Kamu tidak ada niatan untuk nikah?" Justin langsung melirik ke arah samping kiri dan menemukan sosok wanita bewarna biru laut bersama temannya.
"Hahaha... Kayaknya itu urusan nanti. Sekarang aku harus fokus dengan pekerjaanku."
"Haahhh.... Kamu terlalu berada di lingkungan Keluarga Girdadez. Bisa-bisa kamu ketularan dengan Nona Eli, lhoo... Sampai sekaramg dia belum nikah bahkan banyak orang bilang Nona Eli adalah Nona perawan tua. Habis itu, Nona Anna karena sibuk dengan usaha barunya."
"Mending kamu keluar saja jadi pelayan sana, habis itu cepat cari jodoh dan nikah. Nikah itu enak, lhoo..."
Kedua tangan Lucy mengepal dengan sangat kuat. Bagaimana bisa dengan gampangnya dia berkata hal seperti itu kepada dirinya?
Sementara itu, Justin sempat mencuri pembicaraan kedua perempuan di sana. "Lho? Bukannya nona itu pelayannya ibu bos?"
"Kenapa dia ada di sini?"
"Mungkin dia ingin jalan-jalan," ucap Justin sambil menyuapkan satu garpu berisi daging steak.
"Buruan dihabiskan. Masih banyak yang harus kita antarkan."
"Siap, pak!"
Setengah jam kemudian, kedua wanita berbicara dengan asik, mereka berdua memutuskan untuk pulang.
Lucy berjalan menuju ke kasir dan membayar makanan. " Oh! Maafkan saya nona, tapi pesanan nona sudah dibayarin oleh seseorang."
"Dibayarin seseorang? Siapa?" Tuan Forst tampak gugup menutupi siapa yang membayarin.
"Justin," panggil Cila.
"Kenapa kamu bayarin sih? Tuan Forst kan kasih kita gratis."
"Aku tau maksud kebaikan beliau, tapi gak enak saja."
"Terus..." Justin melirik ke arah perempuan berambut ikal mengembang itu.
"Kenapa Kamu bayarin juga punya pelayan ibu bos?" arah mata pria bertopi itu langsung menuju ke arah depannya.
"Biar sekalian," Justin sengaja mempercepat jalannya mendahulukan Cila membuat perempuan imut itu cemberut.
"Nih orang kenapa sih?"
...****************...
"Aku harus bagaimana?" Samuel yang melihat tingkah atasannya yang langsung panik dibuat kebingungan.
"Apa jangan-jangan tentang ciuman-" Samuel langsung berhenti saat Frans menoleh ke arahnya dengan tatapan membunuh.
"Yah... Mau gimana lagi... Namanya juga refleks..."
Frans menghela nafas panjang. "Besok lusa ada pemilihan raja. Tuan apakah sudah siap?"
Dia menghela nafas lagi membuat asistennya kebingungan lagi. "Aku tidak tau kenapa Tuhan memlihku menjadi raja?"
"Tuan..."
"Padahal rencanaku sebenarnya bukan itu," ia menarik pintu laci meja kerjanya dan mengambil sebuah benda berukuran mirip seperti ponsel.
"Tapi kalau tujuan gadis itu untuk pulang..."
"... Terpaksa aku harus maju melawan Ben." Ia menekan sesuatu dan berbunyi sebuah operator pencarian layaknya google.
"Halo Hilux."
"Kapan 'Perang Kematian' akan mulai?"
"𝐊𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 15 𝐛𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚 '𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧'."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments