Mereka semua langsung berkumpul di ruang istirahat. Mumpung jam makan siang, mereka semua langsung bergegas menuju ruang istirahat. Kecuali Frans yang sedang sibuk dengan kerjaan dan kamapanye.
"Darah suci..." Julia benar-benar shock dan tidak percaya bahwa darahnya bisa menghilangkan kutukan pria itu.
"Keluarga Beinhorld? Setauku mereka perlahan langsung menghilang tanpa jejak, bukan?"
Pria berambut silver itu mengangguk pelan. "Benar. Dan akulah satu-satunya yang merupakan keturunan Beinhorld."
"Bagaimana kamu bisa sampai ke sini? Wilayah selatan sangat jauh lho."
"Aku hanya bisa bergerak jika waktunya sudah malam."
"Terus..." semua orang langsung mengalihkan pandangan kepada Anna.
"Bagaimana kamu tau kalau Julia bisa mengangkat kutukanmu?" sebuah pertanyaan yang sangat tepat sasaran dan tentu saja itu sebuah pertanyaan yang harus dijawab karena itu adalah sebuah jawaban yang sangat penting.
"Aku melihat mimpi..."
"Mimpi seorang wanita berambut merah muda tersenyum padaku dan tiba-tiba kutukanku langsung hilang dalam sekejap."
"Julia... Nama yang ia sebut saat mimpi," semuanya langsung terdiam.
Berbeda dengan Cila dengan pandangan berbunga-bunga seolah-olah ia sedang melihat adegan romantis dalam sebuah cerita roman manis.
Sementara Anna, entah kenapa ia langsung merinding hebat mendengar mimpi pria tersebut. Entah kenapa saat ia masuk ke dunia yang entah berantah, ia selalu merinding hebat.
"Siapa namamu?"
"Hah?"
"Namamu siapa, tuan?"
"Dante Beinhorld,"
Dante? Seperti nama karakter di salah satu game yang ia mainkan.
Tungguu!!
DANTE BEINHORLD!!!
Vina baru ingat bahwa lelaki bernama Dante Beinhorld adalah karakter tokoh utama dalam sebuah novel 'Kutukan dan Darah Suci' yang ia sempat baca sembari menunggu Webtoon 'Putri Terindah' update.
KENAPA DUA CERITA YANG BERBEDA BISA MENYATU DI SINI??!!
Jangan bilang Julia, salah satu anak buahnya adalah tokoh utama wanitanya. Anna memandangi Julia dengan intens.
Rambut merah muda seperti Bunga Sakura, ada freckless di sekitar kedua pipi dan area hidung, dan bola mata bewarna kuning keemasan.
Tidak salah lagi kalau Julia adalah tokoh utama wanita dalam 'Kutukan dan Darah Suci' itu.
Yang diceritakan Dante dan perjalanan pria itu memang benar sih, tetapi perbedaannya, di versi novel aslinya mereka bertemu saat Julia masih berada sebagai pegawai toko roti di Kota Ulfacth.
Tetapi di sini, Julia keluar dari pekerjaan lamanya dan melamar sebagai resepsionis di sebuah perusahaan pengiriman surat yang Anna bangun.
Masalahnya jarak dari Ulfacth ke Hilda lumayan jauh. Bagaimana bisa ia tau keberadaan Julia di sini?
"Baiklah sudah..." Kinar yang sibuk mengoleskan salep ke pipi Dante menjauhi lelaki itu.
"Kulitmu akan kembali pulih beberapa hari. Lebih baik jangan keluar di siang hari. Akan memperparah kulitmu," Dante mengangguk menuruti perkataan Kinar.
"Terus kita harus ngapain?" tanya Yuna sambil berbisik.
Vina berusaha mengingat-ingat kejadian-kejadian yang ia baca di novel tersebut. Kalau tidak salah, Dante bisa diangkat kutukan saat tidak sengaja Julia dan Dante berciuman.
"Aku tau cara menghilangkan kutukan Tuan Beinforld."
"Nona serius?"
"Gimana caranya?" Anna melirik ke arah Julia sekali lagi.
"Julia... Aku benar-benar minta maaf kalau ideku terlalu lancang. Kalian harus berciuman," mereka semua pada diam satu sama lain.
"Maaf, bu bos... Apa itu tidak masuk akal?"
ITU TIDAK MASUK AKAL!!
"Bagaimana denganmu, Julia? Kamulah yang bisa mengakat kutukan pria itu," tampak Julia ragu sambil menunduk kepalanya.
"Aku tidak bisa... Bukannya apa-apa tapi aku belum siap. Masa ciuman pertamaku adalah orang yang belum aku kenal?"
Perkataan Julia memang benar, sih...
Di tengah perdebatan antara mereka semua, Anna berusaha sekali lagi mengingat cara lain mengangkat kutukan Dante.
Darah Suci...
Seketika, ide Anna langsung keluar. "Semuanya!! Aku punya ide lain," mereka langsung menoleh ke arah Anna bersamaan.
"Julia... Kamu mau tidak mendonorkan darah kepada Tuan Beinhorld?"
"Donor darah?" Julia tampak bingung dengan ide atasan barusan.
"Hei, Dante!! Kau bilang kamu membutuhkan darah suci, bukan?" Dante mengangguk sekali.
"Kalau dia butuh darah suci darimu, seharusnya bisa melalui dengan donor darah."
"Tapi..."
"Itu ide yang tidak berisiko," ucap Alda, gadis berkacamata yang sedari tadi diam angkat suara.
"Maksudnya apa, Alda?" tanya Ivy bingung.
"Julia awalnya enggan dengan ide pertama bu bos, tapi dengan ide lainnya, menurutku tidak ada yang merugikan di antara mereka berdua," Julia berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk setuju.
...****************...
Jam makan siang telah habis, mereka semua langsung melanjutkan aktivitas masing-masing. Kecuali Dante yang disuruh oleh Kinar untuk beristirahat di ruang istirahat.
Lucy, pelayan pribadi Anna secara mengejutkan tiba-tiba datang dan menghampiri nonanya.
"Lucy? Kamu ngapain di sini?"
"Nona selalu lupa bawa ini," Lucy menyerahkan sebuah kain yang sudah dilipat dengan rapi kepada Anna.
"Oh ya!! Aku benar-benar lupa."
"Jangan dibiasakan itu, nona. Untung saja saya saat itu sedang merapikan kamar nona dan menemukan syal punya nona. Kalau lupa, bisa-bisa nona kedinginan di sini..."
Anna menghela nafas panjang. Entah kenapa pelayan yang satu ini mengingatkan dengan ibunya yang selalu ngomel tiap hari, tiap waktu.
Tidak ada kerjaan aja ngomel mulu ke anaknya.
"Nona... Nona lihat Cila tidak?" Anna dan Lucy saling menoleh ke arah pria bertopi bakerboy itu.
"Bukannya dia langsung pergi saat kita introgasi dengan Dante?"
Justin menggaruk kepalanya tidak gatal. "Aduh... Sepertinya dia membawa tas saya saat ia berangkat mengantarkan surat."
"Hah? Jadi ketuker ceritanya?"
Sementara di tempat lain, seorang ibu paruh baya berlari menghampiri Cila sambil berteriak.
"Tunggu!!" Cila menoleh ke arah belakang dan memasang bingung.
"Ada apa, Bibi?"
"Sepertinya kamu salah alamat, deh," bibi itu memberikan surat kepada Cila dan membaca sekali lagi.
Hah?!
Ia mengeluarkan peta yang dibuat oleh Anna dengan seksama. Ternyata dia salah ngantar surat.
"Maafkan saya, bibi. Saya akan cari suratnya," dengan paniknya Cila merogoh beberapa surat di dalam tas yang ia bawa.
Seketika ia langsung membeku di tempat. "Ada apa, nak? Ada yang terjadi sesuatu?"
"Mampus!! Tasku ketuker sama tas Justin," batin Cila semakin panik.
"Maafkan saya, bi. Saya harus pergi dulu. Nanti siang aku akan ke sini lagi," belum sempat berucap, Cila langsung berlari menuju kantornya.
"Hah?! Jadi ceritanya ketuker?" Justin mengangguk pelan.
"Ya udah kamu cari Cila sampai ketemu. Tuh anak bikin meresahkan saja." hendak Justin pergi mencari gadis berusia 17 tahun itu, orang yang dicari langsung datang sambil berlari menghampiri mereka.
"Aduuhh... Kenapa bisa ketuker sih?"
"Seharusnya kamu ngecek dulu dong, tasnya punya siapa," Cila langsung kaget melihat atasannya sudah ada di dihadapnnya.
"Ibu Bos??!! Aku benar-benar minta maaf,"
"Minta maaflah sama Justin. Punya kalian, kan ketuker."
"Justin... Maafkan saya," ucap Cula sambil membungkuk meminta maaf.
"Tidak apa-apa," Justin menyerahkan tas milik rekannya dan mereka saling mengembalikan tas mereka mading-masing.
"Kalau begitu, saya permisi dulu, ya," pamit Justin hendak melanjutkan pekerjaannya.
Cila masih berdiri di tempat dan memandang kedua gadis di depannya. "Kenapa kamu menatap seperti itu?"
"Bukannya kamu..." Cila menunjuk ke arah Lucy dengan pandandangan aneh.
"Kamu kenapa, Cila? Kalian saling kenal?" tanya Anna bingung.
"Ahh... Tidak kok. Saya juga pamit kembali, nona," Lucy segera berpamit kepada nonanya dan bergegas keluar gedung.
"Cila..." panggil Anna kepada gadis remaja tersebut.
"Ah ya, aku harus pergi mengantarkan surat yang salah," Cila langsung bergegas pergi meninggalkan atasanya yang berdiri kebingungan.
Sebenarnya apa terjadi dengan Lucy dan Cila?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jenna Joni
sebenarnya ini arah ceritanya kemana thor
2022-10-13
0