"SELANJUTNYAA!!" teriak Lucy memanggil peserta lain untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang akan digunakan untuk sesi wawancara.
"Kapan ini selesai sih??" tanya Frans yang sudah lelah dengan sesi wawancara ini.
"Salahmu sendiri... Minta ikut," balas Anna malah menyalahkan Frans.
Seorang wanita mungil memasuki ruangan dan berjalan dengan imutnya menghampiri Anna dan Frans.
"Halo semuanya!! Namaku Cecilia Anarts. Panggil aja Cila."
"Chi-chila?" tanya Frans kesulitan memanggil gadis imut itu.
"Bukan Chilaa!! Cila!!"
"Ya, ya... Terserah kamu lah... Kamu berasal darimana?" Tanya Anna kembali fokus.
"Di sini."
"Maksudku... Kamu tinggal di daerah mana, Cilaa..."
"Ohhh... Aku tinggal di Dexter."
"Dexter, ya..." gumam Frans sambil mengangguk paham.
"Ahh!! Bukankah kamu Frans Hourmant?"
"Iya. Itulah saya," ucap Frans memasang senyuman ramahnya membuat Cila tiba-tiba teriak bak fangirl.
"KYAAA!! AKHIRNYA... AKU BISA BERTEMU TUAN HOURMANT!!"
Anna sampai speechless melihat sikap Cila tiba-tiba teriak heboh. "Errggghh... Kamu penggemar Frans, kah?" tanya Anna buka suara.
Cila mengangguk mantap." Bukan hanya penggemar Tuan Hourmant saja, dia seperti seorarang pangeran impianku."
"Impian-impian darimana? Udelmu?" Gumam Anna sedikit kesal.
"Kenapa kamu memilih pekerjaan ini?" tanya Frans selanjutnya.
"Biar bisa ketemu dengan Tuan Hourmant!!" Jawab Cila semangat membuat mereka berdua speechless.
"Bercanda... Tujuanku ingin mencari pengalaman saja. Ini pertama kalinya ada kantor pos swasta di sini."
"Kalau misalnya kamu diterima bekerja di sini... Kamu milih dimana?" Cila berpikir keras, sementara Anna dan Frans menunggu sambil memandang penuh penasaran.
"Menjadi akuntan."
MENJADI AKUNTANN??!!
"Kamu yakin?" Frans tampak ragu dengan jawaban gadis mungil itu.
"Emangnya kenapa? Kata kalian bilangnya begitu," ucap Cila dengan polosnya.
"Y-ya sih... Kamu benar, tetapi kamu harus tau bakatmu sesuai tidak dengan bidangnya."
"Coba deh... Kamu tau akuntan tidak?" Anna ingin menguji Cila apakah gadis muda itu tau tentang akuntan.
"Tau!!"
"Apa itu?"
"Seperti melayani pelanggan, bukan?" ternyata benar... Dia tidak tau tentang akuntan.
Frans yang masih diam dari tadi hanya tertawa kecil saja. "Sepertinya kamu tau banyak hal."
Polos dan tanpa dosa gadis mungil bermata cokelat itu mengangguk kuat.
"Sepertinya dia tidak cocok kerja di sini." tiba-tiba Anna berbisik kepada Frans.
"Jangan seperti itu, Nona Girdadez. Aku tau kalau anak ini bisa mengandalkan bisnismu."
"Aku tidak percaya dengan omonganmu."
"Dicoba dulu lah..." kata Frans meyakinkan Anna.
BENAR SIH... DIA MEMANG TIDAK COCOK MENJADI AKUNTAN.
OHH!! SEPERTINYA DIA BAKAL COCOK DI TEMPAT INI!!
"Baiklah, Nona Anarts. Kamu diterima di sini."
"BENARKAH??!! APA AKU BISA MENJADI AKUNTAN?" Anna menggeleng lemah.
"Maaf, ya... Sepertinya orang yang kami butuhkan menjadi akuntan sudah terpenuhi, tapi tenang kok... Minggu depan kamu akan mendapatkan pelatihan sesuai bakatmu," Cila bersedih bahwa impiannya menjadi akuntan telah lenyap.
"Baiklah... Kalau begitu saya permisi dulu," Cila membungkuk badannya pamit kepada dua orang di depannya dan keluar dari ruangan tersebut.
Beberapa detik setelah Cila pergi, Lucy masuk ke dalam. "Sudah semuanya?"
Lucy mengangguk mantap. Frans langsung meregangkan seluruh badannya karena terlalu lama duduk.
"Kapan kamu akan berangkat?" Frans menoleh ke arah samping dirinya dan menjawab, "Sepertinya habis ini."
Tiba-tiba Frans teringat sesuatu dan menanyakan balik kepada perempuan berambut blonde itu. "Apa yang kamu ketahui tentang masa laluku?"
Anna menoleh juga dan menjawab, "Yah... Cuman taunya tentang orang tua kandungmu."
Anna sebenarnya ingin menceritakan secara lengkap kepada lelaki itu, namun ia terpaksa menjawab seadanya karena ini menyangkut misi.
Frans terdiam sejenak hingga Samuel datang menghampiri mereka berdua. "Maaf tuan, nona... Kendaraan sudah tiba," Frans langsung bangkit dan pamit kepada gadis cantik itu.
"Nona..." panggil Lucy membuyarkan lamunan Anna.
"Benda ini... Benda ini apa?" Lucy menunjuk ke sebuah kamera yang sengaja disembunyikan oleh Anna.
"Oh... Itu kamera."
"Kamera?" Anna menghampiri kamera DSLR tersebut, mengambil, dan memotret Lucy secara tiba-tiba.
"Nona... Nona ngapain?"
"Memotret kamu lah... Lihat." Anna menujukkan hasil jepretan kepada gadis bewarna biru laut itu.
Lucy langsung dibuat kagum oleh benda ajaib itu. "Ini seperti sihir."
Anna hanya diam saja, kemudian menekan tombol preview sambil melihat hasil foto yang ia sembunyikan dari para pelamar tadi.
"Nona..."
"Apa?" Tanya Anna balik tanpa mengalihkan dari kamera DSLR.
"Berarti nona bukan Nona Anna asli, dong?" dengan entengnya, Anna mengangguk.
"Terus... Nona Anna ada dimana sekarang?"
Nah...
Ini adalah sebuah pertanyaan terbesar bagi Vina hingga saat ini. Kalau jiwanya masuk ke tubuh Anna, kemana jiwanya Anna? Sudah pergi kah? Atau diambil dulu sama Tuhan?
"Aku tidak tau. Tapi tugasku hanya membantu Tuan Hourmant menjadi raja."
Lucy tidak menanyakan tentang permasalahan barusan dan kini ia bertanya tentang para pelamar yang ingin bekerja di sini.
"Menurut, nona... Dari semua pelamar yang ingin bekerja di sini, siapa yang paling berkesan?"
"Jujur sih... Tidak ada satu pun yang paling berkesan bagiku." jawab Anna menghela nafas berat mengeluh.
Ya habis...
Hampir semua pelamar yang memilki latar belakang masing-masing, tidak ada satu pun yang sesuai dengan bidang yang Anna kasih.
Kecuali si Justin, pelamar pertama yang masuk. Dia bilang kalau dia pernah menjadi kurir koran sebelumnya.
Yah... Cocoklah.
Lucy mengangguk paham. Memang mencari pegawai yang sesuai diinginkan oleh bos itu sulit.
Vina memaklumkan kalau di era seperti ini, mereka tidak mengenal tentang skill, pendidikan yang tinggi seperti universitas. Hanya orang bangsawan dan orang kaya yang bisa ke sana.
Ngomong-ngomong soal akuntan...
"Apa kita minta tolong ke Tuan Girdadez aja?"
"Ada apa dengan tuan besar?" tanya Lucy kaget tiba-tiba nonanya menanyakan hal seperti itu.
"Masalahnya... Kita sama sekali belum menemukan orang yang sesuai dengan bidang akuntan."
"Iya juga, ya..." mereka berdua berpikir keras, namun akhirnya mereka berdua menghela nafas panjang.
"Sepertinya aku harus bertanya kepada beliau," mereka berdua akhirnya meninggalkan gedung kantor baru Anna setelah mereka beres-beres terlebih dulu.
...****************...
"Ayah..." panggil Anna saat mereka sedang makan malam bersama Eli, kakaknya.
"Ada apa, Anna?" tanya Ronald menghentikan acara makan.
"Begini..." Eli maupun Ronald saling memandangi gadis berusia 19 tahun itu yang masih gugup mengatakan sesuatu.
"Di perusahaanku sedang kekurangan akuntan-"
"Kalau masalah itu, ayah akan minta salah satu pegawai ayah untuk membantumu sementara," belum apa-apa, Ronald sudah memberikan tanda hijau kepada anak bungsunya.
Eli maupun Anna sama-sama dibuat takjub dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba tau permasalahan putrinya.
INI SI OM KOK BISA TAU SIH??!! KAN GUE BELUM NGOMONG SAMPAI HABIS!!
Seketika Anna dibuat merinding disko sekian kalinya setelah ia merinding kuat gara-gara tingkah Frans yang super cringe itu.
"T-terima kasih, ayah..." balas Anna tidak habis pikir, sementara Eli masih speechless gara-gara tingkah laku ayahnya yang dari dulu tidak pernah berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ida Kw
lanjut thor
2021-06-14
1