Anna menguap dengan lebarnya dan berpindah posisi dengan menyilangkan kedua kakinya di atas kasur.
Lucy datang membawakan mapan berisi teh dan cemilan untuk Anna.
"Nona kelihatannya capek sekali," ujar Lucy khawatir dengan kondisi Anna yang semakin kacau belakangan ini.
"Ya begitulah, Lucy... Namanya juga sibuk buat usaha baru," balas Anna memelas.
Lucy memperhatikan nonanya sedang menyetel kamera DSLR yang terasa asing bagi Lucy.
"Nona... Boleh aku bertanya sesuatu."
"Iya... Silahkan."
"Apakah benda itu sihir?" Lucy masih bertanya tentang kamera DSLR itu.
"Ini bukan sihir, Lucy..." jawab Anna sekali lagi. Perasaan dirinya sudah memberitahu tentang ini kepada pelayannya 2 hari yang lalu.
"Terus... Itu apa?" Lucy menunjuk ponsel pintar di sebelah Anna.
"Oh... Itu ponsel."
"Ponsel?" tanya Lucy dengan polosnya.
"seperti telepon, tapi ini bisa dibawa-bawa gitu." Anna menujukkan ponsel kepada Lucy.
Pelayan bewarna biru laut itu terkesima dengan benda asing tersebut dan memegang ponsel pintarnya dengan berdecak kagum.
Setelah melihat-lihat sampai puas, Lucy mengembalikan ponsel milik nonanya dengan berhati-hati. Takut barang milik nonanya rusak, setelah itu dia marah.
Tiba-tiba Anna bangkit dari kasurnya membuat Lucy bertanya kepada wanita cantik itu. "Nona? Nona mau kemana?"
"Jalan-jalan. Udah pusing ngerjain begini."
...****************...
Mereka berdua memutuskan berjalan-jalan di sekitar mansion Duke Girdadez. Selama mereka jalan-jalan, sudah bertebaran spanduk-spanduk promosi Pangeran Ben agar terpilih menjadi raja.
Sementara Frans, pria yang memiliki gelar duke itu sama sekali tidak melakukan promosi dirinya.
"Sepertinya dia benar-benar tidak tertarik menjadi raja," ucap Lucy.
Anna mendengus kesal, mau tidak mau ia harus melakukan secara paksa kepada pria berambut blonde itu.
"Kita harus menemuinya."
"Sekarang?"
"Iya sekarang!!" seru Anna menyuruh kusir pribadinya menuju kantor penguasa.
...****************...
"Frans Hourmant ada tidak?" tanya Anna saat dirinya dan Lucy telah tiba dan langsung menanyakan kepada pria berambut merah darah.
"Dia ada- Tunggu!! Tuan sekarang lagi sibuk dan tidak bisa diganggu oleh siapapun," Anna tidak mendengar perkataan Samuel dan bergegas menuju ke ruangan kerja Frans.
"FRANS HOURMANT!!" teriak Anna sambil mendobrak pintu dengan keras.
Frans yang awalnya sedang menikmati secangkir teh sambil membaca beberapa dokumen penting, tiba dibuat terkejut hingga teh yang ia sempat ia minum langsung muncrat.
"KENAPA KAMU TIDAK MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN BEN, HAH?!"
"Kamu bisa diam tidak, Nona Girdadez, kedatanganmu mengundang masalah di sini."
"TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN ITU, FRANS HOURMANT!!" Anna berjalan dengan kesal sambil menghampiri lelaki itu.
"Iya, iya... Aku tau maksudmu kok." ucap frans berusaha menenangkan perempuan di depannya.
"Kenapa kamu tidak melakukan seperti Ben, hah?" tanya Anna sekali lagi.
"Aku sudah bilang... Aku tidak cocok jadi raja."
"Tapi ini sudah menjadi takdirmu," Frans menggeleng tidak percaya.
"Ayolah... Kalau begini terus aku tidak bisa pulang ke tempat asalku." Anna memohon-mohon kepada Frans.
Frans hanya diam sama sambil memandangi Anna yang sedang memohon-mohon kepadanya. Ini pertama kalinya ia melihat sikap Anna yang memohon kepada orang lain, walaupun katanya jiwa di dalam tubuh perempuan itu adalah bukan Anna yang sebenarnya.
Frans menghela nafas berat. Apa boleh buat... Ia harus membantu dia agar bisa pulang. Kasihan sih jiwanya masuk ke tubuh wanita jahat itu, terutama ia mendapat misi kalau ia harus membantu pria itu menjadi raja.
Apa boleh buat, ini sudah takdir dari Tuhan.
"Baiklah... Aku akan coba," Anna yang mendengar itu langsung menoleh ke arah pemuda itu.
"Serius?" Frans mengangguk pasrah. Anna berteriak keras hingga berlari mengelingi Frans saking senangnya.
"AKHIRNYA AKU BISA PULANGG!!"
...****************...
Lucy menoleh ke arah Anna yang sudah kembali dengan perasaan senang. "Nona? Nona kenapa senyum-senyum sendiri begitu?"
"Bukan apa-apa. Ayo kita pergi lagi."
Mereka berdua langsung pamit kepada Samuel dan berjalan-jalan lagi mengelingi kota.
"Nona... Nona kok bisa meyakinkan Tuan Hourmant? Gimana caranya?" Anna tersenyum misterius.
"Ra. Ha. Si. A."
"Tapi ada syaratnya."
"Syaratnya apa?" Anna menaikkan sebelah alisnya. Jangan bilang dia mau minta yang aneh-aneh.
Dia selalu bikin menyusahkan orang. Vina tau kalau tuh anak minta yang diluar pikiran orang lain.
Frans tersenyum misterius. Ia mendekati perempuan itu dan membisikan sesuatu. "Kamu harus menjadi kekasihku*."
SUDAH GUE DUGA!!
"Gimana? Kalau kamu tidak mau, aku tidak akan melakukan kampanye seperti Ben."
Anna terdiam sejenak dan berpikir keras. "Baiklah... *Tapi kamu harus membantuku, oke."
"Membantumu?"
"Iya lah. Saling simbiosis mutualisme. Mau tidak?" Frans akhirnya mengangguk setuju.
"Aku mau nanya sesuatu."
"Apa?"
"Kenapa kamu menjawab dengan santai saja?" Sepertinya dia menyadari kalau Anna menanggapi dengan santai. Biasanya kalau dalam novel-novel romantis pasti ada 1 cowok yang 'memaksa' cewek itu jadi miliknya. Tentu saja cewek itu tidak mau, tapi karena cowoknya tau kelemahan dia dan mengancam cewek itu, mau tidak mau ya terima dengan terpaksa.
"Emangnya aku seperti perempuan lain yang kamu pikirkan?"
"Aku mah simple orangnya. Kalau kamu bilang begitu, aku sih ayo aja."
"Karena bentar lagi juga aku nanti balik ke duniaku. HAHAHA*...."
Mereka tiba di sebuah taman kota. Tidak rame, tapi masih ada beberapa orang di sana.
"Nona. Kita ke sini mau ngapain?" tanya Lucy kebingungan karena tiba-tiba nonanya tiba-tiba ke sini.
"Jalan-jalan," balas Anna dengan santai.
"Woahh... Apaan tuh? Anna bergerak menuju sebuah stand berisi makanan ringan. Meninggalkan pelayannya yang sibuk melihat sekeliling dia.
"Nona... Lebih baik kita-" tiba-tiba saja Lucy tidak menemukan satu pun nonanya di sisinya.
"Nona Anna!!"
Sementara itu, Anna memandangi sebuah makanan ringan yang baru saja dimasak oleh pelayan itu.
"Ini apa?" tanya Anna sambil menujuk ke makanan itu.
"Itu Apatela."
"Apatela?" Anna tampak bingung dengan nama makanan itu. Bentuk semacam Roti Perancis, namun ukurannya tidak sepanjang Roti Perancis aslinya.
"Beli 1 deh." Anna menoleh mencari Lucy namun ia tidak menemukan sosok yang ia cari.
"Lah? Kemana tuh Lucy?" setelah membayar, Anna mencari Lucy berada.
"Tuh anak kemana sih?" Anna berkacak pinggang sambil melihat sekelilingnya.
Ia memutuskan berjalan menuju ke arah barat taman kota. Mungkin dia bisa ketemu dengan pelayan itu.
Sesuai dugaan, Anna berhasil menemukan Lucy, namun ia berhenti jalan karena ia melihat Lucy dengan seseorang pria bertopi. Tampaknya mereka berbicara dengan serius.
"Lucyy!!" seru Anna menghampiri pelayannya.
"Nona?"
"Dari tadi aku mencari kamu, ternyata kamu di sini."
"Saya juga awalnya mencari nona tadi," Anna melirik ke pria di belakang Lucy, namun sosok itu telah hilang.
"Ada apa nona?"
"Tadi aku lihat kamu sedang mengobrol dengan seseorang. Kamu kenal dia?"
"Siapa?"
"Itu... Ahh... Dia udah hilang barusan. Pokoknya pakai topi," Anna bisa melihat ekspresi Lucy benar-benar tegang.
Tuh anak kenapa sih?
"Ada masalah?"
"T-tidak... Tidak nona."
"Ayo kita pulang saja," Anna berjalan mendahului Lucy. Lucy menoleh ke arah belakang, kemudian menyusul nonanya.
Sementara Anna ternyata diam-diam memotret pelayan pribadinya dan pria tadi lewat ponsel. Ia melihat hasil jepretan dengan seksama.
Ia melihat ke arah sosok pria yang berbicara dengan Lucy. Dilihat-lihat... Pria itu tampak tidak ading baginya.
Siapa dia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments