Anna kembali ke ruangannya dan duduk sambil menghela nafas berat. Ia masih memikirkan kejadian tadi dimana ia bertemu dua tokoh utama di sebuah cerita berbeda dalam suatu tempat yang sama.
Apakah ini Crossover? Menyatukan dua cerita yang berbeda dijadikan satu cerita?
Ahh... Tapi masa sih bertemu tokoh-tokoh diluar dari webtoon 'Putri Terindah'? Ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan mengetik profil Julia dan Dante.
Mengejutkan... Ternyata mereka berdua merupakan warga negara kerajaan ini. Anna melayangkan kebawah kepalanya di atas meja.
Benar-benar membingungkan dan bikin pusing. Ngomong-ngomong soal tadi di hall bawah, ia teringat dengan sikap aneh Cila saat wanita remaja itu menujuk ke arah pelayan pribadinya dengan terang-terangan.
Bodoh amatlah... Tuh Vina berusaha fokus dengan tugas utamanya membawa Frans menjadi raja.
...****************...
"Justin!! Tunggu aku!!" seru Cila berlari menghampiri lelaki dewasa tersebut. Pria bertopi bakerboy itu menoleh ke arah rekan kerjanya yang jauh lebih muda itu.
"Ada apa Cila? Ada yang ketuker lagi?" Cila menggeleng-geleng cepat.
"Boleh aku bertanya sesuatu, tidak?" tanpa rasa curiga sama sekali, Justin mengangguk dengan diam.
"Justin kenal sama wanita di sebelah Bu Bos?" Justin langsung berhenti berjalan bersamaan dengan perempuan berambut cokelat terang itu.
"Pasti kalian kenal."
"Tidak," jawab Justin secara singkat dan melanjutkan perjalanannya. Cila langsung cemberut mendengar jawaban secara singkat dari lelaki dewasa itu.
Menurut dia, pasti ada hubungan yang disembunyikan antara Justin dan wanita berambut biru laut itu.
Cila memutuskan melanjutkan pekerjaannya mengantarkan surat yang sempat salah tadi.
Di sisi lain, Justin berjalan dengan kecepatan sedang, ada sesuatu yang ia sembunyikan terutama wanita itu.
...****************...
"Akhirnya..." ucap Henry sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai tanpa hambatan apapun.
Ia memutuskan untuk kembali ke kantornya dan beristirahat sejenak sebelum ia pulang. Ia tidak sengaja menemukan sebuah koran yang tergeletak di sebuah bangku kursi. Awalnya ia tidak menghiraukan koran tersebut, namun penglihatannya langsung tertuju pada Headline sebuah berita tersebut.
"Hmm..." Ia bergumam sambil membaca berita tersebut, kemudian ia meletakan ke tempat semula dan meninggalkan koran tersebut.
Sebuah headline berita yang mencuri perhatian Henry saat ini adalah 'Kᴇʙᴇʀᴀᴅᴀᴀɴ Kᴇʟᴏᴍᴘᴏᴋ Mɪsᴛᴇʀɪᴜs ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴɢʜɪʟᴀɴɢ, Bᴇʀᴀɴɢsᴜʀ Bᴀɴɢᴋɪᴛ'.
...****************...
"Gimana kondisimu?" tanya Julia kepada Dante saat dirinya ingin mengecek kondisi pria tersebut.
"Aku baik-baik saja sekarang,"
"Syukurlah kalau begitu," Dante langsung tertegun melihat ekspresi Julia yang menurutnya sangat imut.
"Kau belum pulang, Julia?" tanya Henry membuat kedua orang itu dibuat terkejut dengan kehadiran pria pengantar surat tersebut.
"Ini mau pulang, tetapi aku harus mengecek kondisi Tuan Beinhorld," Henry mengangguk paham.
"Apakah kamu tinggal di sebuah penginapan?"
"Awalnya begitu. Emang kenapa?"
"Kau bisa tinggal di tempatku sementara,"
"Ah benarkah? Terima kasih banyak tuan-"
"Panggil aja Henry. Sepertinya kita seumuran, jadi santai saja," ucap Henry membalas.
"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Julia berpamitan kepada kedua pria dihadapannya.
"Ngomong-ngomong... Aku belum liat ibu bos sejak jam makan siang."
"Ibu bos?"
"Ah... Maksud saya Nona Girdadez. Beliau yang mendirikan perusahaan ini. Kamu tau beliau, tidak?"
"Aku lihat, dia sudah pulang setelah dia ngecek kondisiku," Henry mengangguk paham lagi dan mengajak Dante untuk pulang bersama.
Di tempat lain, Anna bertemu Frans yang hendak naik ke kendaraan kudanya. Lelaki itu juga melihat Anna dan tidak jadi naik kereta kuda.
Ia menghampiri wanita itu dan berkata, "kebetulan sekali aku mau menjemputmu."
"Kamu mencariku untuk apa?"
"Masuklah... Aku ingin berbicara denganmu," Anna menyutujui ajakan Frans dan mereka berdua masuk ke sebuah kereta kuda milik lelaki tersebut.
Setelah mereka berdua masuk, mereka berdua masih dalam suasana dalam diam selama dalam perjalanan. Frans menghela nafas panjang dan Anna bertanya duluan, " Gimana kampanyenya?"
"Oh! Kampanye? Ya... Berkatmu jumlah masyarakat yang ingin milihku bertambah dengan pesat,"
"Bagus deh," kemudian mereka saling diam satu sama lain.
Tumben sekali mereka saling diam satu sama lain. Biasanya Anna yang selalu memulai pembicaraan.
"Nona Girdadez."
"Iya?" balas Anna sambil melirik ke arah Frans.
"Seperti apa tempat tinggal kamu sebenarnya?"
"Hah?" Anna merasa bingung dengan pertanyaan Frans secara tiba-tiba.
"Kau bilang kalau kau bukan dari sini, kan?" sekarang Anna mulai paham maksud pembicaraan Frans.
"Yah... Sangat, sangat berbeda dengan di sini," ia terdiam sejenak sambil memandangi pemandangan Kota Hilda yang sekarang sudah malam hari.
Ia jadi teringat dengan tempat tinggalnya yang dulu. " Di sana, kalau malam lebih terang di sini, banyak gedung ting-tinggi, dan tentu saja lebih banyak orang."
Entah kenapa Vina benar-benar kangen dengan suasana kota metropolitan yang super sibuk, banyak penerangan tiap jalan, gedung-gedung tinggi, dan tidak lupa kangen dengan keluarga.
Tanpa sadar, air matanya turun ke pipi. Dia benar-benar kangen dengan kehidupannya yang dulu. Kangen babeh, kangen Vino, kakaknya, kangen teman-temannya, dan kangen kerja.
Anna menyeka air matanya dan menghela nafas berat. Ini sudah 2 kali selama dia di sini dia nangis dihadapan Frans.
Frans yang hanya diam saja, berpindah posisi ke sebelah Anna dan memeluknya dengan lembut. "Aku akan berusaha untuk menjadi raja."
"Apapun itu... Agar kamu bisa pulang," Anna tertegun melihat sikap Frans yang lembut itu.
Anna melepaskan pelukannya dan mengeluarkan ponsel pintarnya. "Oh! Benda itu..."
CKREKKK
Suara tangkapan foto membuat Frans terkejut bukan main. "Kamu ngapain?"
"Memfoto kamu," Frans curiga melihat kelakuan Anna yang tertawa-tertawa kecil sambil melihat hasil foto.
"Kamu lihat apa sih?"
"E-enggak... Bukan apa-apa," Frans dengan cepat meraih ponsel tersebut dan melihat hasil foto dari Anna.
"Jelek."
"Biarin. Aku yang foto, kok," Anna berusaha untuk mengambil ponsel miliknya, namun sayangnya, dia tidak bisa meraih ponselnya karena tangan Frans sengaja ia angkat biar perempuan itu tidak bisa meraih.
"Kembalikan!!"
"Tunggu dulu...." ucap Frans menahan wanita dihadapannya itu dan secara mengejutkan, ia memfoto dirinya sendiri alias selfie dengan kamera depan bahkan berpose dua jari.
Ia memfoto dirinya sendiri sebanyak 5 kali, kemudian ia menyerahkan kepada Anna yang masih bengong dengan tindakan Frans yang secara mengejutkan.
"K-kamu... Kamu kok bisa tau caranya?"
"Hah?" Anna meragakan tindakan Frans barusan. "Kamu barusan melakukan selfie, kan? Kok kamu bisa tau caranya?"
"Selfie itu apa?"
HAH??!! MASA DIA GAK TAU SELFIE, TAPI DIA TAU CARA SELFIE SEPERTI ORANG-ORANG DI DUNIA GUE??!!
"Itu-"
"Oh tampaknya kita sudah sampai," Frans langsung turun dari kereta kudanya dan menunggu Anna untuk turun. Anna turun dari kereta dibantu oleh Frans.
"Terima kasih sudah mengantarkanku pulang," Frans tersenyum sebagai balasan. Anna pamit kepada pria itu dan berbalik badan meninggalkan Frans untuk masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba lengan perempuan tersebut ditarik secara tiba-tiba membuat Anna langsung balik badan menghadap pria tersebut secara otomatis.
Kedua matanya langsung membulat. Terkejut dan shock dalam waktu bersamaan saat bibir merah meronanya dikecup oleh bibir pria tersebut.
Beberapa detik, Frans melepaskan ciuman mereka dan menatap perempuan tersebut dengan lekat dan lembut.
"Mimpi yang indah, Nona Anna."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments