“Menikahlah dengan kakakku.” Calvin tersentak kaget. Kath memandang ke arah lain. Berusaha menghindari pandangan Calvin. Hati Kath terasa pedih. Sudah seminggu dia mempersiapkan diri agar kuat mengatakannya tapi rasanya tetap saja menyakitkan.
“Kath,tatap aku!” Kath mengacuhkannya. Kath tak ingin Calvin melihat sorot terluka di matanya. Amarah Calvin mulai bangkit.
“Maafkan aku. Aku tak tega melihat kondisi Kak Catla.” Calvin mengacak rambutnya sendiri. Inilah Kath. Gadis yang takkan tega menyakiti siapapun walaupun itu berarti dia yang harus berada dalam posisi terluka. Calvin rasanya ingin menghancurkan sesuatu tapi dia tak ingin Kath melihat sisi dirinya yang itu.
“Jadi itu keputusanmu?”
Kath tak sanggup menjawabnya. Keputusan? Ya itu memang keputusannya. Tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan? Lebih menyakitkan daripada tusukan pisau yang pernah dirasakannya.
“Baiklah...”Kath sontak menatap Calvin. Rasa sesak di dadanya bertambah.
“Aku akan menikahi Catla.” Kath berusaha bernafas. Dadanya begitu sesak. Apa yang sebenarnya diharapkannya? Bukankah dia yang meminta Calvin menikahi Catla tapi kenapa dia kecewa saat Calvin mengabulkannya? Kath berusaha tersenyum.
“Tapi maukah kau mengabulkan satu keinginanku?”
“Keinginan?”
“Dua hari lagi ulang tahunmu. Maukah kau merayakannya bersamaku?” Begitu banyak masalah yang harus dihadapinya sampai-sampai ulang tahunnya sendiri terlupakan. Mungkin bersama Calvin di saat itu lalu berpisah adalah hal yang akan selalu disesalinya tapi sisi lain dirinya ingin tetap bersama Calvin walau hanya sesaat. Sebenarnya Kath berencana pindah keluar negeri bila Calvin dan Catla menikah. Berada di negara yang sama dengan mereka adalah luka tak berdarah yang akan slalu dirasakannya.
“Baiklah.” Calvin merengkuh Kath dalam dekapannya. Pelukannya begitu erat. Calvin bahkan mencium kepala Kath.
Esok harinya mereka menemui Catla dan memberitahu keputusan itu. Catla memandang keduanya dengan tak percaya. Setelah perjuangan yang keras mereka tiba-tiba mengalah? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apakah mereka memiliki rencana untuknya? Dia menatap keduanya berusaha membaca isi fikiran mereka.
“Kalian tidak sedang mempermainkanku kan?” Matanya menatap keduanya bergantian, penuh selidik.
“Kath yang memutuskan hal itu.” Catla tertawa miris. Calvin melakukannya karena Kath yang memintanya,benar-benar rasa cinta yang dalam.
“Baiklah. Terima kasih Kath.”
“Tapi,bisakah kakak mengabulkan permintaanku?”
“Apa itu?”
“Berhentilah mabuk-mabukan dan buatlah Ayah bangga.”
“Akan kuusahakan. Lalu apa yang akan kau lakukan? Aku tahu ini berat bagimu tapi aku benar-benar mencintai Calvin.” Kath tersenyum misterius. “Tenang saja,aku takkan merusak kebahagiaan kalian.”
“Sebelum kita menikah aku dan Kath akan merayakan ulang tahunnya 2 hari lagi. Tapi hanya berdua,dan itu permohonanku. Maukah kau mengabulkannya?”
“Kalian ini benar-benar penuh permohonan yah?”
“Bolehkah?”Catla sedikit kaget. Walaupun nadanya pelan tapi tatapan Calvin begitu tajam.
“Silahkan. Asal kalian tidak kabur saja!”
“kakak tenang saja. Aku takkan mengingkari kata-kataku.”
Catla mengangguk dan tanpa bicara lagi pergi entah kemana.
“Aku ke kamar dulu.” Kath tak menunggu jawaban Calvin. Gadis itu melangkah dengan gontai dan mengunci pintu. Air matanya tak sanggup lagi ditahan. Kath menangis dalam diam. Dia yang menerima keinginan Kakaknya tapi dia pula yang tersakiti.
Calvin menelfon seseorang.
“Bagaimana?”
“Semua sesuai keinginanmu.”Jawab seseorang dari sebrang.
“Good job. “ Calvin tersenyum puas. “Kath,sebentar lagi.” Calvin membuka galeri HP nya dan tersenyum menatap sebuah foto. Foto yang tersimpan rapi sejak bertahun-tahun lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments